All Chapters of Dibuang Suami, Dipinang CEO: Chapter 61 - Chapter 70

92 Chapters

Bab 61

Keesokan harinya, matahari terbit dengan tenang, seolah-olah tidak ada ancaman yang menggantung di udara.Namun, suasana di rumah Arga masih terasa tegang. Tidak ada tanda-tanda serangan seperti yang mereka takutkan, tetapi itu tidak membuat Naira bisa bernapas lega.Malam berlalu tanpa kejadian mencurigakan, dan meskipun Arga merasa sedikit lega, nalurinya tetap mengatakan bahwa badai belum benar-benar berlalu.Saat sarapan, Naira duduk di meja makan dengan ekspresi muram. Tangannya mengaduk teh di dalam cangkir tanpa benar-benar meminumnya.Arga, yang duduk di seberangnya, memperhatikannya dengan seksama. Ia tahu Naira masih terguncang, dan itu membuat hatinya perih.Arga meletakkan cangkir kopinya dengan tenang dan berkata, “Sejauh ini tidak ada tanda-tanda pergerakan dari mereka. Aku sudah menugaskan anak buahku untuk berjaga di sekitar rumah. Tidak ada yang bisa menyentuhmu tanpa sepengetahuanku.”Naira menatapnya, matanya penuh dengan kegelisahan. “Tapi bagaimana jika mereka hany
last updateLast Updated : 2025-04-03
Read more

Bab 62

Raisa menatap cincin pertunangan yang tergeletak di meja. Jemarinya gemetar saat mengambil benda kecil itu, seolah berharap semua ini hanyalah mimpi buruk. Namun, kenyataan menamparnya begitu keras. Reyhan telah meninggalkannya.Tidak, dia tidak boleh kalah. Bukan sekarang.Dengan cepat, Raisa meraih ponselnya dan mencoba menghubungi Reyhan lagi. Nada sambung terdengar, tetapi panggilan itu langsung diputus.Ia mengirim pesan berulang kali, tetapi tak satu pun mendapat balasan. Amarah mulai mendidih dalam dirinya."Naira..." desisnya penuh kebencian. "Kau benar-benar sudah keterlaluan."Di sisi lain kota, Bu Maya menemui Pak Alfian dan Bu Ratna, orang tua Raisa. Suasana pertemuan itu penuh ketegangan, dengan Pak Alfian dan Bu Ratna yang tampak cemas dan gelisah."Bu Maya, kami mohon..." suara Bu Ratna bergetar, matanya penuh air mata. "Pertunangan ini... bisakah tidak diputus? Kami bisa membujuk Raisa untuk berubah, kami bisa memperbaiki semuanya."Pak Alfian mengangguk, wajahnya puca
last updateLast Updated : 2025-04-04
Read more

Bab 63

Raisa duduk di dalam mobil, tangannya mengepal erat. Ia tidak akan membiarkan Naira menang begitu saja.Setelah panggilan telepon terakhir mereka, amarahnya semakin membara. Ia tidak hanya ingin menghancurkan Naira secara mental, tetapi juga secara fisik. Dan kali ini, ia tidak akan gagal.Dengan bantuan beberapa orang suruhannya, Raisa telah merencanakan penculikan ini dengan matang.Naira harus merasakan ketakutan yang sama seperti yang ia rasakan saat kehilangan segalanya.Mobil yang ia tumpangi berhenti di dekat sebuah gudang tua di pinggiran kota. Tempat ini akan menjadi saksi kehancuran Naira.Di dalam gudang yang gelap dan lembap, Naira duduk di kursi dengan tangan terikat.Beberapa pria berbadan kekar mengelilinginya, mengawasi dengan waspada. Naira bisa merasakan udara yang berat dan aroma karat dari besi tua di sekelilingnya.Langkah sepatu hak tinggi bergema di lantai semen yang dingin. Raisa masuk dengan anggun, tetapi tatapan matanya penuh kebencian yang membara."Akhirny
last updateLast Updated : 2025-04-05
Read more

Bab 64

Malam itu, setelah semua kekacauan mereda, Naira duduk di dalam mobil bersama Arga.Pria itu mengemudikan mobilnya dengan tatapan lurus ke depan, rahangnya mengeras.Ia belum mengucapkan sepatah kata pun sejak mereka meninggalkan gudang tempat Naira ditahan."Arga..." panggil Naira pelan, namun pria itu tetap diam.Naira tahu, suaminya sedang menahan emosi. Wajar saja. Bagaimana mungkin seorang pria yang sangat protektif terhadap istrinya bisa tenang setelah tahu bahwa Naira hampir kehilangan nyawanya di tangan Raisa?Setelah beberapa saat, Arga menghela napas panjang, lalu menepikan mobil di sisi jalan yang sepi.Ia mematikan mesin, lalu menatap Naira dengan ekspresi yang sulit dibaca.Arga terdiam, menahan gejolak di dalam dadanya. "Kenapa kau tidak bilang padaku kalau kau mau menghadapi Raisa? Kenapa kau lakukan ini sendirian?"Naira menunduk sejenak, suaranya pelan. "Karena aku tidak mau melibatkanmu, Arga. Aku tahu kau akan menghentikanku. Tapi aku butuh penutupan. Aku perlu menu
last updateLast Updated : 2025-04-07
Read more

Bab 65

Beberapa hari kemudian, suasana kantor Arga mendadak berubah seperti arena pertempuran.Pintu lobi bergetar ketika dua sosok angkuh muncul, langkah mereka cepat dan penuh kemarahan.Bu Ratna dan Pak Alfian, orang tua Raisa, datang tanpa undangan, namun kehadiran mereka segera menyedot perhatian seluruh lantai direksi."Mana Arga?! Suruh dia keluar sekarang juga!" teriak Bu Ratna, suaranya melengking membelah keheningan kantor.Resepsionis yang berjaga tampak panik, tapi belum sempat ia bertindak, Arga sudah berjalan keluar dari ruangannya, diikuti oleh Naira. Pria itu berjalan dengan tenang, tapi matanya menyala tajam."Bu Ratna, Pak Alfian. Silakan bicara dengan tenang," ucap Arga tegas."Tenang?! Kami di sini untuk menuntut satu hal: bebaskan Raisa dari tahanan!" bentak Pak Alfian. "Dia tidak seharusnya diperlakukan seperti penjahat!"Naira menegang di samping Arga. Namun pria itu melangkah maju."Bebaskan? Wanita itu mencoba membunuh istri saya. Dia menyekap Naira, mengancam dengan
last updateLast Updated : 2025-04-07
Read more

Bab 66

Cahaya kamera berpendar ke segala arah. Aula hotel bintang lima itu dipenuhi wartawan dari berbagai media nasional, para editor hiburan, jurnalis hukum, bahkan akun gosip yang biasanya hanya hidup di balik layar media sosial.Di atas podium, berdiri dua sosok yang tampak tenang, namun menyimpan badai di dalam dada.Naira berdiri di samping Arga. Penampilannya sederhana namun elegan. Kemeja putih dengan potongan tegas dan celana panjang hitam memberi kesan profesional.Riasan wajahnya tipis, tapi sorot matanya tajam seolah menantang siapa pun yang berani meragukan kebenaran.Arga menyesuaikan mikrofon. Suaranya berat dan mantap ketika membuka acara."Terima kasih atas kehadiran semua pihak hari ini. Saya, Arga Wicaksana, bersama istri saya, Naira, mengadakan konferensi ini untuk meluruskan berbagai informasi yang telah beredar… dan membuka fakta yang selama ini ditutup-tutupi."Suasana mendadak hening. Tak ada bunyi selain gemeretak kamera dan ketikan laptop.Arga melanjutkan. "Kami ti
last updateLast Updated : 2025-04-08
Read more

Bab 67

Dua Bulan Setelah Konferensi PersLangit Jakarta diselimuti mendung sejak pagi. Gerimis jatuh lembut di atap kaca bangunan besar bercat putih, tenang dan terpencil di pinggiran kota. Di gerbangnya tertulis: "Rumah Pemulihan Jiwa dan Trauma Estrella".Di dalam kamar rawat nomor 213, seorang perempuan muda duduk di ranjang dengan kaki memeluk lutut, berbicara lirih ke dinding.Lila.Wajahnya pucat pasi, matanya kosong. Rambut yang dulu selalu ditata rapi kini terurai acak-acakan. Setiap beberapa menit, ia akan menoleh ke jendela, matanya liar."Dia di sana... dia tersenyum ke aku... dia mau balas dendam... Naira..."Seseorang berdiri di samping tempat tidurnya. Bukan perawat. Bukan dokter. Tapi wanita paruh baya, berpakaian anggun, dengan tas kulit mahal dan ekspresi nyaris membeku oleh amarah yang belum juga reda.Bu Maya.Sejak Lila dibawa ke Estrella, Bu Maya hampir setiap hari datang, menemani dari pagi hingga sore.Duduk di sana, mengelus rambut putrinya, kadang membisikkan doa, ka
last updateLast Updated : 2025-04-08
Read more

Bab 68

Keesokan Harinya – Kantor Pusat PT. Seraya Artha WijayaSuasana kantor pagi itu terasa tegang. Langit Jakarta masih kelabu, dan udara terasa berat seakan membawa firasat buruk.Bisik-bisik menyebar, dan tatapan curiga mengiringi langkah cepat Reyhan yang menembus lorong-lorong kantor dengan wajah penuh amarah.Beberapa karyawan yang melihatnya hanya saling menatap, terkejut sekaligus heran. "Itu Reyhan, ya? Kenapa masuk ke ruangan Bu Naira tanpa ketuk?" bisik salah satu staf junior."Nggak sopan banget... Dia pikir dia masih berkuasa di sini?" timpal yang lain.Salah satu supervisor mencatat sesuatu di ponselnya. “Itu sudah pelanggaran etika. Langsung nyelonong ke ruang wakil direktur. Dia makin nggak bisa kontrol diri.”Reyhan membuka pintu ruangan Naira tanpa mengetuk, membuat beberapa staf yang kebetulan lewat menoleh kaget.Naira sedang duduk tenang di belakang meja kaca, mengenakan blus putih gading. Di tangannya, sebuah map proyek terbuka.Ketika Reyhan menerobos masuk, ia hanya
last updateLast Updated : 2025-04-09
Read more

Bab 69

Seminggu Setelah Pemecatan Reyhan – Ruang Kerja Wakil DirekturPagi itu, sinar matahari Jakarta akhirnya menerobos kelabu yang lama menggantung. Di balik jendela besar lantai 16 kantor pusat Seraya Artha Wijaya, Naira berdiri tegap, menatap ke arah langit yang cerah.Secangkir teh hangat di tangannya mengepul pelan. Di meja kerjanya, laporan kemajuan proyek terletak rapi, semua stabil dan bahkan menunjukkan tren naik sejak Reyhan disingkirkan.Pintu ruangannya diketuk perlahan. Tapi yang masuk tanpa menunggu jawaban bukan sembarang staf.Arga dengan setelan jas abu gelap yang rapi dan aroma parfum khasnya muncul di ambang pintu dengan senyum lembut.“Wakil Direktur yang paling anggun dan paling ditakuti se-gedung ini, sedang menikmati kemenangan?” godanya ringan.Naira menoleh, tersenyum tipis. “Kau lupa, Direktur Utama, bahwa kemenangan ini juga milikmu.”Arga menutup pintu perlahan, berjalan mendekat, lalu berdiri di samping jendelanya. Ia meraih tangannya, menggenggam erat.“Kamu y
last updateLast Updated : 2025-04-10
Read more

Bab 70

Tiga Minggu Setelah Perayaan Pernikahan – Rumah Arga dan Naira di MentengHujan gerimis membasahi halaman rumah klasik bergaya kolonial itu. Di dalam, suasana hangat dan tenang menyelimuti ruang keluarga.Naira duduk di sofa, mengenakan sweater krem lembut, sambil membaca laporan dari iPad-nya. Di dapur, aroma kue cinnamon rolls yang baru matang memenuhi udara.Tiba-tiba bel pintu berdenting.“Sayang, kamu bukain pintu ya?” teriak Naira ke arah dapur, mengira itu kurir atau asisten rumah tangga yang lupa bawa kunci.Tak lama, Arga datang sambil mengusap tangan dengan lap kecil. Tapi begitu membuka pintu, ia terlihat sedikit terkejut.Seorang gadis muda berdiri di ambang pintu dengan koper besar dan hoodie putih yang basah oleh gerimis.Wajahnya cantik, lembut, dan penuh antusias. Rambut coklat gelombangnya digerai, dan senyumnya merekah saat melihat Arga.“Kak Arga…!”Naira yang penasaran bangkit dan menghampiri. Gadis itu langsung memeluk Arga erat, membuat Naira refleks mengernyitka
last updateLast Updated : 2025-04-10
Read more
PREV
1
...
5678910
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status