All Chapters of Dipaksa Nikah (Mencintai Istri Abdi Negara): Chapter 31 - Chapter 40

67 Chapters

Menikah

Ayahnya Rio yang merupakan perwira polisi berpangkat Brigadir Jendral Polisi atau Brigjen pol dengan lambang satu bintang di pundaknya itu mengangguk dan tersenyum. “Baik, Bu. Kami menghargai aturan yang ada di keluarga Ibu Ningsih. Karena setiap anggota keluarga memang punya aturannya masing-masing. Namun, ini urusan hati, Bu. Apa Ibu Ningsih tidak kasihan pada putrinya?” tanya Ayahnya Rio sambil menunjuk ke arah Bintang yang sedang terisak di pelukan Purnomo dengan kelima jarinya. Lelaki itu tetap berusaha tenang dan berwibawa meski tidak memakai seragam polisi. Ningsih menoleh pada Bintang yang duduk tak jauh darinya. Jauh di dalam lubuh hatinya ada rasa iba melihat putrinya seperti itu. Tapi, rasa takut akan melanggar aturan menghantui dirinya. Dia juga sebenarnya tidak ingin bersikap keras atau pun menentang hubungannya Bintang dengan Rio. Namun, sebuah pengalaman membuatnya menyisakan rasa trauma. Dulu pernah ada sebuah kejadia
last updateLast Updated : 2025-02-23
Read more

Didampingi Mantan

Lelaki yang gagah dengan seragam lorengnya khas Kostrad itu berlutut di hadapan Wulan. Telapak tangannya menyentuh perut sang Istri dan mengusapnya lembut. “Adek sayang, biarpun nanti Papa nggak bisa menyaksikan kamu lahir, percayalah … doa Papa selalu mendampingi Adek sama Mama, ya. Doakan Papa juga biar pulang dengan selamat dan bisa ketemu sama Adek dan Mama,” bisiknya. Lalu mengecup perut istrinya cukup lama. Wulan kembali meneteskan air mata. Tangannya mengusap bahu suaminya dengan lembut. Mereka sama-sama saling menguatkan. Setelahnya, Langit benar-benar pergi meninggalkan Wulan demi sebuah misi penting negara. Meski hanya tiga bulan, tapi rasanya berat untuk Langit meninggalkan Wulan yang tinggal menghitung hari lagi kelahiran buah hati yang mereka nantikan. “Semoga Allah menjagamu, juga anak kita. Melindungi kalian …,” gumamnya sambil menatap gumpalan awan dari dalam pesawat yang membawa dirinya ke Papua. Langit menjalani tug
last updateLast Updated : 2025-02-23
Read more

Dikira Suaminya

Dokter pun menginstruksikan untuk proses kelahiran buah hati Wulan. “Begitu mulas datang, langsung dorong sekuat tenaga ya, Bu!” titahnya. Wulan hanya mengangguk. Mendengar instruksi tersebut samar-samar. Tapi dia memang sebelumnya sudah belajar bagaimana trik dan tips cara melahirkan dengan mudah.Genggaman tangan Wulan pada Purnomo semakin kencang bersamaan dengan proses mengejan. “Wulan, kamu bisa! Semangat!” bisiknya. “Mas Langit!” teriak Wulan di sela-sela proses melahirkan tersebut. Hati Purnomo mencelos mendengar Wulan memanggil nama suaminya. Sebegitu cintanya kah kamu sekarang dengan suamimu, Lan? Tak adakah sedikit sisa cinta di hatimu untukku? Ah, Purnomo! Sadar dirilah kamu sekarang itu siapa? Pantaslah Wulan memanggil suaminya. Meski kamu yang ada di sisinya. Laki-laki berkumis tipis itu mengerjap, tersadar dari lamunannya saat cengkeraman tangan Wulan di tangannya semakin kencang. Bahkan sampai kuku dari perempuan itu membekas di lengannya. Purnomo ikhlas menjad
last updateLast Updated : 2025-02-24
Read more

Kepikiran Istri

“Kami kebetulan pernah bertemu, Bu. Sempat ngobrol banyak juga. Jadi … lumayan kenal,” jawab Ningsih. Dia tahu apa yang dikhawatirkan oleh Wulan. Tidak mau ibu mertuanya salah paham dengan kedekatan mereka yang bisa berakibat fatal pada pernikahan Wulan. Apalagi perempuan yang sempat diharapkannya menjadi menantu itu baru saja melahirkan. Butuh istirahat dan pikiran yang tenang dalam mengurus bayinya nanti.“Ooh … saya kira pernah dekat sebelumnya,” sahut Maya dengan senyum tipis.Merasa tidak puas dengan jawaban yang didapat. Dia merasa ada yang disembunyikan oleh Wulan maupun Ningsih dan Purnomo. Namun, mengingat kondisi Wulan yang baru saja melahirkan, Maya mengubur keinginannya mencaritahu hubungan Ningsih dan Wulan juga Purnomo. Dia akan mencari tahunya sendiri nanti.“Ma, Mas Langit sudah dihubungi?” tanya Wulan lemah.“Sudah berkali-kali, Sayang. Tapi, nomornya nggak aktif.”“Kemarin Mas Langit sempat
last updateLast Updated : 2025-02-24
Read more

Tiara Aurora

“Aman! Aman!” teriak Langit dari bawah. Beruntung dia memakai peralatan panjat tebing yang memadai. Sehingga jika terjadi seperti tadi pun tubuh masih bisa menggantung tanpa langsung jatuh ke tanah. “Alhamdulillah. Hati-hati, Ndan!” teriak anggota yang lain dari atas. “Kalian juga hati-hati. Jalurnya licin sekali!” balas Langit dengan suara lantangnya khas para prajurit. “Siap, Kapten!” jawab anggotanya dengan serempak. Kaki Langit pun akhirnya berpijak di tanah setelah melakukan penurunan tebing sekitar lima belas menit.  Kini tinggal anggotanya satu persatu turun. Dia menunggu di bawah sambil beristirahat. Setelah turun semua, mereka kembali melanjutkan perjalanan dengan menaiki bukit lagi, barulah sampai di patok perbatasan. Setelahnya, dia mengecek, apakah patok bergeser atau tidak. Semua harus jelas, hingga nanti dilaporkan pada atasan mereka. Setelah satu patok selesai, mereka kembali melanjutkan dengan meng
last updateLast Updated : 2025-02-24
Read more

Kecurigaan Maya

“Ketemu tetangga, Mas. Mama keluar cari bantuan. Jadilah kita ke rumah sakit sama orang itu,” terang Wulan sedikit gugup. Membuat Maya menatapnya penuh tanda tanya. Sebenarnya apa hubungan Wulan dengan temannya Awan itu? Kalau memang hanya teman biasa, kenapa nggak boleh dikasih tahu sama Langit? [“Syukurlah kalau memang ada yang berbaik hati mengantar ke rumah sakit. Aku sempat kepikiran terus di sini soalnya. Khawatir, cemas. Mana nggak ada sinyal buat hubungi kalian.”]“Ya sudah. Kamu istirahatlah dulu. Pasti capek habis tugas. Nanti kalau ada waktu senggang bisa ngobrol lagi. Anaknya juga tidur ini,” ujar Maya menatap layar ponsel Wulan yang menampilkan wajah lelah anak lelakinya. [“Ya udah, Ma. Titip Wulan sama Ara, ya.”]“Pasti, Langit. Mama akan menjaganya untuk kamu,” balasnya dengan senyuman. Lalu mengembalikan ponselnya pada Wulan.[“Ya sudah, Sayang. Nanti Mas telepon lagi. Mau lapor dulu sama Danpos.”]“Iya, Mas. Hati-hati dan terus berkabar, ya. Aku tunggu kepulanganm
last updateLast Updated : 2025-02-25
Read more

Memantapkan Hati

[Mas Pur diundang sama Mama buat datang ke acara aqiqah Ara nanti malam, Mas]Lelaki berkumis tipis itu kembali meletakkan ponselnya setelah membaca pesan dari Awan. Undangan itu tentunya membuatnya senang karena bisa lagi ketemu dengan Wulan. Apalagi ibunya yang memang ingin bertemu dengan Wulan dan anaknya. Tapi, Pur sudah memantapkan hati untuk tidak kembali menjalin interaksi dengan Wulan, demi kebaikan perempuan yang dia cintai. Juga demi memenuhi permintaan Wulan yang tidak ingin terusik dengan hadirnya Purnomo. Perasaannya gamang. Jika memikirkan perasaan sendiri, tentu saja dia akan senang hati hadir. Tapi … dia juga harus memikirkan perasaan Wulan. Dia tidak ingin Wulan tertekan setelah melahirkan. Itu bahaya untuknya. Khawatir nanti depresi atau terkena baby blues. Purnomo jelas tidak ingin itu terjadi pada wanita yang dicintainya. Dia ingin Wulan bahagia dan baik-baik saja. Hatinya sudah cukup tenang saat tahu Wulan akhirnya dikelilingi oleh orang-orang yang begitu menya
last updateLast Updated : 2025-02-25
Read more

Hipotermia

"Terima saja, Wulan.” Maya meminta menantunya untuk menerima perhiasan yang dikiranya pemberian dari Ningsih untuk cucunya. Meski tentunya agak sedikit merasa heran, karena mereka tidak memiliki ikatan keluarga, tapi memberi hadiah dengan harga yang tentunya juga tidak murah. Karena memberi perhiasan untuk cucu tercintanya. “Iya, Wulan. Tolong terima pemberian ini.” Ningsih kembali menyodorkan kotak perhiasan itu pada Wulan. “Tapi, Bu. Ini terlalu-““Tidak ada tapi-tapi, tolong diterima, ya. Ini permintaan Ibu.” Ningsih yang gemas menarik tangan Wulan dan menyerahkan kotak perhiasan itu pada mantan kekasih anak laki-lakinya.Kedua sudut bibirnya tertarik ke atas melihat ekspresi Wulan yang tak terjelaskan. Lalu menepuk bahunya hingga perempuan itu tersadar. “Kalau belum dipakai, simpan saja. Ibu rasa ini cocok untuk anakmu,” katanya dengan senyuman. “Oh, iya. Namanya siapa?” Ningsih melongok ke belakang, di mana Ara sedang menjalani pemotretan. Mumpung sedang anteng tidur. “Nam
last updateLast Updated : 2025-02-25
Read more

Evakuasi

"Iya, iya!” Khawatir dengan apa yang dikatakan oleh Purnomo dan melihat kondisi temannya yang sudah semakin parah membuat perempuan itu akhirnya menuruti apa yang diperintahkan oleh Purnomo. Dia melepas semua baju yang dipakai di tubuh Sisil. Kemudian mengusapkan minyak kayu putih sesuai perintah dari Purnomo yang berbalik badan dan mengeluarkan kompor dan gas portabel dari dalam ranselnya untuk membuat minuman hangat. Karena hujan juga sudah benar-benar berhenti. “Balurkan yang banyak di seluruh badannya!” titah Purnomo lagi tanpa menoleh. Dia sibuk membuatkan teh hangat untuk Sisil dan temannya itu. Sambil menunggu air mendidih juga Sisil dipakaikan pakaian yang kering, dia menghubungi temannya yang berjaga di pos pendakian melalui HT yang sebelumnya dipinjamkan oleh temannya itu. “Zul, ini Pur. Butuh evakuasi di pos tiga. Ada-““Mas Pur kenapa?” potongnya cepat. Temannya itu langsung panik saat mendengar Purnomo butuh evakuasi. HT itu memang dipinjamkan Zul karena Purnomo men
last updateLast Updated : 2025-02-26
Read more

Merantau atau Melarikan Diri?

"Awan! Kamu dengar Mama ngomong? Diajak ngobrol kok malah ngelamun,” protesnya. Membuat Maya semakin menduga jika memang ada sesuatu di antara mereka. “I-iya, Ma. Anu … aku kenal sama Mas Pur di Gunung Sindoro. Seperti yang waktu itu aku bilang,” jelasnya sedikit gugup. “Kamu tahu asal-usulnya? Tinggal di mana? Masa lalunya?” “Ya ampun, Ma. Segitunya?” keluh Awan sambil mengusap wajahnya. “Harus jelas dong. Soalnya dia kayak dekat sama kita.”“Ya, gitu ….” “Gitu gimana? Kalau ngejelasin itu yang jelas, Awan!” “Ya gitu, Ma. Karena Mbak Wulan sama Mas Pur itu ternyata teman satu sekolahan dulu,” jelasnya. Meskipun tidak spesifik. Maya menganggukkan kepalanya. “Apa mereka pernah ada hubungan sebelumnya?” “Mana Awan tahu, Ma. Lagian ngapa sih?” “Soalnya, sikap keluarganya itu kok kayak dekat banget gitu. Kayak pernah ada sesuatu sebelumnya.” Maya menatap curiga. “Ya, mereka kan satu daerah. Bisa saja kan kalau mereka memang saling kenal tanpa ada hubungan satu sama lain. Lagian
last updateLast Updated : 2025-02-26
Read more
PREV
1234567
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status