หน้าหลัก / Romansa / Setelah Menonton Video / บทที่ 51 - บทที่ 60

บททั้งหมดของ Setelah Menonton Video: บทที่ 51 - บทที่ 60

78

51. Keputusan Mayang

PoV"Mas, tunggu! Kamu mau ke mana? Masa aku ditinggal sendirian di rumah sakit!" Aku baru ingat kunci mobil berada di saku celanaku. Lekas aku kembali menghampiri Mayang yang wajahnya nampak sedih dan kesal. "Sayang, Sri bawa anakku pergi lagi dan gak tahu ke mana, aku harus cari mereka. Maafkan aku, Sayang. Kamu nyetir sendiri bisa ya." Segera aku berikan kunci mobil pada Mayang, lalu mengecup keningnya dan segera berlari keluar dari rumah sakit. Jika aku naik bus, maka akan lama sampainya. Aku putuskan untuk menggunakan taksi ke Cirebon agar aku cepat sampai. Ongkos bukan masalah yang penting aku bisa tiba di depan rumah Sri dengan cepat. Sopir taksi sangat senang aku menyewa mobilnya sampai ke Cirebon. Mobil berhenti tepat di depan rumah Sri setelah perjalanan yang panjang dan mendebarkan bagiku karena terus mencemaskan kabar yang berikan Robi.Aku melihat Robi, di sana adik itu menunggu Sri. Segera melangkahkan kaki turun, aku berjalan cepat menghampiri Robi. "Mas terlambat,
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-02
อ่านเพิ่มเติม

52. Sri Nungguin Kamu

"Maaf, jika bukan mahram, gak boleh berduaan saja di dalam rumah kontrakan ini. Memang ada dua anak kecil, tapi mereka belum mengerti. Jadi, sebaiknya Mas nunggu di luar saja. " Pak Suroto bersungut. Pria dewasa sangat kesal padaku. Entah kenapa, aku pun tidak tahu. Mungkin ia mengira ayah kembar sudah metong. "Baik, Pak, biar saya tunggu di teras saja. Saya mau bawa anak-anak ke rumah sakit. Saya hanya ingin menunggu," jawabku sambil tersenyum. "Anak kecil tiga tahun begini mana bisa ke rumah sakit. Hayo, ngaku, Mas-nya mau menculik kembar dan ibunya ya? Mentang-mentang Sri ----""Mas, ayo, saya dan anak-anak udah siap!" Aku bersyukur Sri datang tepat waktu. Denis dan Aji masih kebingungan menatapku dan ibunya bergantian. "Pak, ini ada sedikit uang untuk beli kopi. Makasih sudah menunggui anak-anak saya selagi ibunya banyak urusan." Aku memberikan sepuluh lembar uang merah pada lelaki yang bernama Suroto itu. Wajahnya tampak tertegun untuk beberapa saat, ketika ia menyadari ada ba
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-02
อ่านเพิ่มเติม

53. Susah Move On

"Bagaimana menurut kamu, dokter Wahyu, Nak?" Nindi tersenyum begitu semringah setelah Mayang masuk ke dalam rumah. Ia baru saja mengantar dokter Fatih dan putra sulungnya yang bernama Wahyu. Dokter Wahyu Presetya, usia tiga puluh lima tahun, tapi belum menikah. "Dokter Fatih baik. Anaknya pun terlihat baik. Hanya saja, kalau harus buru-buru menjalin hubungan serius, Mayang belum ingin, Ma, Pa.""Terus mau kapan? Usia kamu semakin bertambah. Kami ingin melihat kamu bahagia. Pilihan kamu pertama bukan dari dunia kedokteran, bikin kamu sakit'kan? Nah, setelah tiga tahun berlalu, Papa dan mama berhak ikut menentukan pilihan kamu!" Ujar Azis tegas. Mayang menghempaskan bokongnya di sofa. "Gak perlu ungkit masa lalu, Pa.""Gimana gak mau ungkit? Kamu jadi begini karena lelaki bernama David itu! Cuma modal cinta awalnya, sampai nikah. Belum jadi pengantin, udah khianat! Udahlah, pokoknya kamu harus dapat suami sesuai dengan passion kamu. Apa itu? Dokter! Mau dokter hewan, mau dokter umum,
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-02
อ่านเพิ่มเติม

54. Percaya Karma

David berjalan keluar dari kamar perawatan saat melihat layar ponselnya. Heru yang menelepon. Setelah sekian lama tidak satu kantor lagi, tapi hubungan keduanya tetap baik. Baik sebagai teman. Ia sudah mengira pasti Heru meneleponnya untuk menanyakan foto yang ia upload di akun instagram. "Halo, Her.""Halo, Bro, gimana?" David tertawa bahagia. "Lu denger gue ketawa kan? Tandanya gue lagi happy. Lu pasti mau nanya soal foto yang gue upload?""Iya, itu, gue kaget lu uplod foto bocah. Anak lu sama pembantu lo?""Iya, bener. Akhirnya gue ketemu mereka. Mau gue kerangkeng pake buku nikah biar gak pada kabur melulu ha ha... ""Alhamdulillah, gue turut senang Bro. Selamat ya. Jangan lupa gue diundang.""Iya, mulai besok sampai gue nanti nikah, kontak lu gue blokir ya, biar gak kirim video anuan lagi.""He he he... Iya, Vid, kagak lah. Gue juga kapok.""Lo di mana?""Gue lagi di rumah sakit.""Lah, siapa yang sakit? Bini lu? Rumah sakit mana?""Rumah sakit Bina Keluarga. Iya, keguguran lag
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-03
อ่านเพิ่มเติม

55. Perasaan Sri

"Ini rumah siapa, Bu?" tanya Aji yang terdiam di halaman besar rumah oma Eva. Begitu Eva menginginkan si Kembar memanggilnya. "Ini rumah Bapak," jawab David. "Oh, besar ya? Emang boleh masuk? Abang sama ade boleh masuk?""Iya ya, Dek, waktu kita ke rumah juragan Nengsih, kita gak boleh masuk karena katanya orang miskin." "Kata siapa? Denis dan Aji nanti adalah pemilik rumah ini juga. Ayo, masuk sama Bapak. Ibu juga ikutan masuk." Sri hanya mengangguk sambil tersenyum tipis. Meskipun dengan langkah ragu, si Kembar mau juga berjalan menuju pintu masuk rumah keluarga David. Sri memandangi halaman rumah yang sangat asri. Beda saat ia masih bekerja. Tampak halaman dipenuhi tumbuhan menghijau dan ada beberapa bunga warna-warni. Kolam ikan koi juga diperbesar dari sebelumnya. "Wah, ada ikan!" Seru Aji senang. Mereka berjongkok untuk mendekati kolam ikan dengan wajah semringah. "Kolamnya lebih besar ya, Mas," komentar Sri. "Iya, sejak jadi pengangguran, pasti selalu saja ada yang aku k
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-03
อ่านเพิ่มเติม

56. Mantan Minta Balikan

Balikan? Jika pria di depannya ini bicara satu bulan yang lalu atau bahkan seminggu yang lalu, pasti akan lain cerita. Namun, sekarang sepertinya sudah terlambat. Dahulu, ia sangat bangga putrinya dekat dengan aparat negara. Putrinya akan mengangkat harkat dan martabatnya sebagai orang kampung yang dipandang hina, tapi kini, setelah semua yang dilewati oleh Sri. Asih paham, kebahagiaan si Kembar adalah yang utama. "Bu, Sri ada di mana? Saya sudah dengar kabar tentang Sri. Saya gak masalah Bu. Saya juga punya satu putri yang berumur dua tahun. Saya menerima msa lalu Sri dan saya ingin membina semuanya dari awal lagi." Asih hanya bisa menghela napas panjang. Apa yang harus ia katakan pada Farhan? "Nak Farhan, Sri memutuskan untuk kembali bersama ayah dari anak-anaknya," suara Asih terdengar mencicit. Meskipun Farhan bicara dengan nada lembut, tetap saja seragam hijau loreng yang dikenakan pria di depannya ini membuat nyalinya sedikit ciut. Ditambah lagi ia baru sembuh. "Dengan anak m
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-04
อ่านเพิ่มเติม

57. Pernikahan

PoV MayangAku menggeser tirai yang tertutup rapat karena sejak tadi ada suara anak kecil menangis, tetapi tidak ada yang menenangkan. Ke mana orang tuanya? "Sus, ini kenapa?" tanyaku padaku pada salah satu suster yang sedang bolak-balik sibuk di IGD. "Sesek napas, Dok. Positif DB juga.""Ya Allah, orang tuanya mana? Itu nangis terus dari tadi?""Orang tuanya lagi cari pinjaman. Masih nunggak BPJS, belum dapat kamar." "Terus kenapa gak dipasang oksigen?" Aku melongok lagi ke dalam bilik itu dengan perasaan iba. "Lagi dicari, Dok. Banyak yang pakai!""Di lantai dua pasien anak kamar dua tiga udah udah bisa pulang. Coba ambil ke atas. Ini harus cepet dioksigen! Ibunya mana?" Aku benar-benar ikut panik. Tidak tega melihat anak kecil, perempuan pula sedang menangis dengan napas yang sesak. "Baik, Dok. Saya lihat ke atas.""Cepat! Tunggu, kertas ini biar saya yang pegang!" Aku mendekati ranjang itu sambil mengusap air matanya. "Sabar ya. Kalau kamu nangis terus, nanti malah tambah sa
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-04
อ่านเพิ่มเติม

58. Boleh Peluk?

"Ma, gak bisa seperti ini, Ma. Bisa-bisanya kita ditipu mereka. Astaghfirullah." Papaku mengepalkan tangan. Bahkan vas bunga yang ada di ruang ganti pecah karena ia melemparnya ke tembok. Aku tidak bisa menangis. Rasanya air mata ini susah sekali dipaksa untuk turun. Sudah banyak ujian hidupku, sehingga aku rasa menangis pun percuma, pria yang akan menikahi ku itu pergi entah ke mana. "Sabar, Pa. Mama juga bingung. Kenapa bisa kacau seperti ini?" Mama menenangkan papaku. "Mbak, ini minum!" Tasya memberikan segelas air putih. Aku masih duduk di bawah lengkap dengan kebaya pernikahanku. Tubuhku lemas tidak bertulang. "Apa salah kita di masa lalu, Ma. Sampai-sampai anak kita seperti ini?" "Coba, Papa yang ingat-ingat!" Papaku menunduk. "Itu sudah lama sekali, Ma. Papa susah taubat. Mama tahu kan, Papa bahkan sempat bermalam di penjara karena urusan itu." "Pa, Ma, mungkin Mayang tidak ada jodohnya di dunia." Papa dan mamaku menoleh serentak. "Mayang, jangan bicara aneh! Bicara yang
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-04
อ่านเพิ่มเติม

59. Kamu Keramas?

"Kamu keramas, Sayang?" tanya mamaku sambil menahan senyum. "Iya, Ma, gerah," jawabku santai. Mas Aldi menarik kursi untukku, lalu ia duduk di sampingku. Aku celingak-celinguk mencari sosok Lea. "Mana Lea, Ma? Dibawa Tasya ya?""Iya, Tasya mau beli lontong sayur. Lagi pengen katanya. Jadi minta ditemani Lea. " Mama tersenyum sangat manis padaku, lalu beralih pada suamiku. Terus saja tatapan itu menyorot pada rambut kami berdua. Mama nampaknya bahagia. Padahal semalam tidak terjadi apa-apa. "Ayo, makan yang banyak, kalian pasti lapar kan?" kali ini papa ikutan menggoda. Mama dan papaku seperti tidak pernah muda saja. Perasaan waktu aku menikah dengan David, mama dan papa tidak seheboh ini. Oh, apa karena David pingsan? Pingsan setelah mendengar bahwa Sri hamil ha ha ha ha... Jika diingat lagi, aku benar-benar tak habis pikir. Bisa ditipu oleh orang yang paling aku percaya. "Selain lapar, mereka juga capek, Pa," sambung mama. Ingin sekali menganggah candaan kedua orang tuaku, tapi a
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-05
อ่านเพิ่มเติม

60. Mantan Meresahkan

PoV DavidFlash backAku menyusul Sri yang detik itu juga bergegas melihat tamunya. Sebuah nama yang tidak asing bagiku yang tadi pagi sempat aku dengar dari seberang telepon bersama calon mertuaku. Berani sekali lelaki itu datang kemari! "Kang Farhan." Sri berbinar dan langsung menciyum punggung tangan lelaki berseragam loreng itu. Aku hanya diam terpaku untuk beberapa saat. Tubuhku sedikit gempal, tetapi postur ku tidak setinggi tentara bernama Farhan ini. "Kamu apa kabar, Sri?" tanya lelaki itu. "Sehat, Kang. Ayo, silakan duduk! Kita duduk di sini saja ya!""Ehm! Maaf, Sayang, ini siapa ya?" tanyaku menyela. Sengaja aku panggil Sri dengan kata Sayang, agar lelaki itu tahu, aku adalah calon suaminya. Wajah Sri yang semringah seperti sekarang baru kali ini aku lihat dan itu bukan untukku. "Oh, iya, Mas David, kenalkan ini Kang Farhan." Pria itu bersikap dingin. Aku pun sama. Aku membalas jabatan tangannya sambil terus menatap wajahnya. Aku sama sekali tidak takut dengan seragam y
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-05
อ่านเพิ่มเติม
ก่อนหน้า
1
...
345678
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status