Home / Romansa / Setelah Menonton Video / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Setelah Menonton Video: Chapter 61 - Chapter 70

79 Chapters

61. Keputusan yang Diambil

"Kalian berdua harus bicara. Mama akan pergi ke luar sebentar." Mamaku segera pamit dari meja makan. Nasi di piringnya bahkan belum habis setengah, tetapi aku melihat kesedihan di sana. "Mbak Sri, harusnya sore ini kita akan menikah siri'kan? Kenapa tiba-tiba berubah pikiran dengan hadirnya Farhan? A-apa kamu gak mau hidup dengan lelaki; ayah anak kamu?""Saya ingin hidup dengan lelaki yang mencintai saya dan anak-anak saya. Mas David menikahi saya karena anak-anak, bukan karena punya perasaan tulus pada saya. Ya'kan? Mas David gak usah khawatir. Si kembar akan disayang oleh Kang Farhan. Saya sangat kenal sekali dengan lelaki itu.""Sri, jangan begini! Masa kamu batalin. Anak-anak gimana? Mereka akan bingung karena punya bapak dan papa. Itu gak baik untuk pertumbuhan mereka. Sri, aku mohon pikirkan lagi. Jangan sampai salah langkah.""Saya udah bicara sama ibu juga semalam. Sesuai dengan keinginan ibu juga bahwa saya harus menikah dengan orang yang mencintai saya. Mas David juga ka
last updateLast Updated : 2025-04-07
Read more

62. Pengantin Baru

PoV SriAkhirnya setelah melewati banyak hal, hari ini seharusnya aku bahagia karena telah menikah dengan kang Farhan. Hari ini aku sudah dah menjadi istrinya dan langsung diboyong ke rumahnya. Mimpi mempunyai rumah tangga seperti orang lain akhirnya kesampaian juga. "Kenapa bapak gak ikut, Bu?" pertanyaan polos Aji membuat aku tersadar dari lamunan. "Mulai sekarang, bapaknya Aji dan Denis adalah papa Farhan ya," suara kang Farhan menjawab. Dua putraku kembali diam. Keduanya serentak menoleh ke arahku. Tidak ada hubungan antara aku dan mas David membuat lelaki itu tidak memiliki hak sama sekali atas si Kembar. Mungkin itu juga yang membuatnya akhirnya mengikhlaskan kembar ikut bersamaku. "Kita sudah sampai." Ibu mertuaku yang duduk di depan mengeluarkan suara. Sayang sekali mobil berhenti di depan jalan besar karena gang masuk rumah mas Farhan kecil. Paling kuat dua motor saja. Aku pun turun sambil menggandeng tangan Aji dan Denis. Sayang Denis mengantuk berat, sehingga aku berinis
last updateLast Updated : 2025-04-07
Read more

63. Mana Uang Dalam Amplop

Aku mencuci pakaian yang banyak sekali. Pakaian kotor keringat, bercampur dengan pakaian Mutia yang beraroma pesing karena putri sambung ku itu masih ngompol. Ada juga seprei besar bau ompol. Semua pekerjaan rumah tangga aku kerjakan dengan perasaan sedih. Aku kasihan dengan anak-anakku. Mereka sepertinya akan menderita bila di dekatku.Kang Farhan tidak pulang semalam. Ponselnya juga tidak aktif. Aku tidak tahu harus mencari ke mana. Aku tanya sama ibu di mana Kang Farhan jaga? Ibu gak mau jawab. "Aduh, kamu nyuci lama sekali, Sri! Katanya kamu dulunya pembantu, masa nyuci manual aja kamu lama! Cepetan, Ibu dan Mutia lapar. Belum lagi masak.""Bu, bikin nasi goreng saja nanti kita sarapannya." Aku lekas menghapus air mata tanpa dilihat oleh ibu mertua. "Yah, gak kenyang dong. Kamu kan banyak uang dari omanya kembar, beli lauk apa gitu yang mateng kalau kamu gak sempat masak. Ibu pengen makanan di online-online itu boleh. Bento, bento, gitu, namanya, tahu gak?" aku mengangguk. "Bu
last updateLast Updated : 2025-04-07
Read more

64. Sekarang Aku Tahu

"Tanganmu ringan sekali? Apa memang terbiasa melakukan hal ini? Kamu berubah, Kang! Aku gak kenal sama kamu la----""Sudah, jangan kebanyakan bicara, Sri! Aku lagi ingin, kamu malah mengomel terus! Udah sini, tinggal rebahan dan mendesah aja, repot banget!" Aku, ia dorong kembali ke atas ranjang. Aku benar-benar ketakutan. "Aku gak bisa, Kang!" Aku mendorong tubuhnya dengan sekuat tenaga, tetapi pria itu bergeming. Tamparan di pipiku amat pedih. "Sri, kamu cukup nikmati saja! Kamu mau aku tampar lagi? Hah!" Aku menggelengkan kepala. Aku merasa begitu jijik dengan sentuhan Kang Farhan. Tidak, aku tidak bisa. Ini terlalu menjijikkan. Bau alkhohol dari mulut, air liur yang.. Uek! Uek! Kang Farhan menghentikan gerakannya. "Ada apa lagi?" tanyanya dengan wajah marah. "Kamu bau alkohol, Kang. Aku gak bisa! Aku mau muntah!" Aku benar-benar muntah dan mengenai dadanya. Wajah pria itu kembali meradang, tetapi aku tidak mau ambil pusing. Aku segera berlari untuk memuntahkan isi perutku y
last updateLast Updated : 2025-04-08
Read more

65. Kutunggu Jandamu

"Kamu nggak usah cerita apa-apa karena anak-anak sudah cerita semua. Lengkap dengan foto kamu." Aku mengerjap beberapa kali. Ini adalah menit kelima setelah aku sadarkan diri setelah terakhir aku sampai di rumah David dalam keadaan gelap. Pria itu terus menatapku dengan tatapan iba. Wajah pertama yang aku lihat setelah aku sadar adalah David. "Cerita apa, Mas? Anak-anak mana?" aku menatap ruang rawat inap yang sepi, hanya ada aku dan mas David saja. Ruangannya besar sekali dan di samping ranjang ku ada buket bunga mawar besar dan juga aneka buah. "Anak-anak aman. Mereka ada sama papa dan mama. Semalam, setelah anter kamu ke rumah sakit, papa dan mama bawa anak-anak ke hotel. Terus pagi ini mereka mau ke Bali." "Bali?" "Iya, setelah mendengar cerita Aji dan Denis. Mama marah besar. Apalagi perut cucunya kempes karena kelaparan. Jadinya mereka memutuskan untuk membawa Aji dan Denis. Ada teman papa yang nikahin putranya di Bali. Jadi sekalian. Kamu gak papa kan?" aku mengangguk pe
last updateLast Updated : 2025-04-08
Read more

66. Sri Gak Mungkin Kabur

PoV Farhan"Gue balik dulu. Udah capek gue main, kagak pernah menang juga." Aku memasukkan ponsel ke dalam saku celana. Duduk di warung kopi sejak siang sampai malam bermain slot, mata sampai perih. Modal habis banyak, tapi gak menang juga. Soalnya double hari ini. "Lu jaga besok ya?" tanya Asep; teman nongkrong bermain slot. "Gue udah resign jadi satpam komplek. Ada kerjaan yang lebih seru dan gak bikin gue capek. Bisa nge-modal main bareng lo pada dengan rupiah yang lebih besar," kataku jumawa. Memikirkan duduk santai di rumah, dimanjakan istri yang mantannya orang kaya, rasanya aku bisa hidup lebih lama lagi. Berasa umur panjang. "Lah, ngapa lo resign? Udah ada gantinya belom? Kalau belum, gue mau dah," kata Asep lagi dengan semangat. "Ya udah, gue kirim nomor Pak Adit. Lu tanya aja dia. Orangnya baik kok. Emang belom dapat setahu gue." Aku pun segera mengirimkan kontak Pak Adhi, selaku komandan satpam di tempatku bekerja pada Asep. Bukan main si Asep girangnya. "Makasih, Han,
last updateLast Updated : 2025-04-08
Read more

67. Aku Bukan Pengedar

"Ibu tahu aku kan, Bu. Gak mungkin aku pengedar barang-barang gitu, Bu. Aku cuma mabok minuman. Ini pasti perangkap, Bu. Mana berani aku, Bu. Aku kan tahu seperti apa, " rengek Farhan pada ibuny dari balik jeruji besi. Lelaki itu terlihat begitu kusut dan tidak berdaya. "Tapi mereka nemu barang itu di motor kamu, Han. Mana bisa ngelak. Ck, kamu bikin masalah aja. Emangnya kamu gak ketemu Sri?""Nggak, Bu, Sri sama anak-anak gak ada. Sepi, mobil dan motor di rumah itu juga gak ada. Kayaknya gak ada orang. Lagian Sri gak mungkin ke sana, dari mana dia ada ongkos?" jawab Farhan lemah. "Duh, semua gara-gara istri kamu itu. Niatnya untung, malah buntung. Lepas dari Sukma, malah masuk penjara sekarang. Ibu gak tahu caranya keluarin kamu gimana? Pasti duitnya gak sedikit." Farhan menggeleng tidak tahu. Ya, tentu saja ia tidak tahu harus bagaimana kehidupannya dan Mutia, juga ibunya jika ia terus mendekam di penjara. Kasus barang haram seperti ganja bukanlah kasus ringan. Meski cuma enol k
last updateLast Updated : 2025-04-10
Read more

68. Ayah Anak-anak

"Jadi lu cerai dari Mira?" tanya David pada Heru yang saat ini berkunjung ke sekolah tempat David bekerja. Ya, bekerja sekaligus ownernya. "Iya, Vid, mama minta cucu dan Mira kandungannya lemah. Mama suruh gue poligami. Gue mau aja sih, tapi Mira gak mau dan dia milih nyerah." Heru menyandarkan kepalanya di sofa. David yang melihat teman baiknya begitu cemas, ikut duduk di samping pria itu."Kita ini udah sama-sama dewasa, tapi untuk urusan percintaan, kenapa kita gak pernah menang? Tidak ada perempuan yang kuat berlama-lama menjalin hubungan dengan kita." David menepuk pundak Heru. "Apa berawal dari video itu?" tanya Heru menebak. Sontak David tertawa. "Video durasi empat detik, merubah semua rencana hidup yang udah gue susun. Semuanya, tapi gue tetap happy karena gue punya anak. Tunggu, emangnya lu gak ada anak sama Lalisa? Wanita malam itu bukannya udah sempat lu nikahin?" Heru menggeleng kepala. "Gue gak tahu itu anak gue apa bukan. Lalisa udah nikah lagi dengan sodara Mira. T
last updateLast Updated : 2025-04-10
Read more

69. Boleh Bahagia, Gak?

"Ma, aku dilamar." Eva mengernyit. "Siapa?" tanyanya balik. "Aku, Ma.""Yang benar saja, mana ada lelaki dilamar. Yang ada, lelaki melamar. Kamu pulang-pulang dari Yogyakarta kenapa malah anget gini luar dalam." Eva menaruh punggung tangannya di kening sang Putra. David tertawa dan langsung memeluk mamanya. "Kenapa sih, pulang-pulang senang banget? Aneh!" Eva melepas pelukan anaknya. David menggenggam tangan Eva sambil menciyumnya. "Dari sore jam tiga, David udah sampai, Ma. David jenguk anak-anak dan ibunya. Alhamdulillah semuanya sehat. Apalagi ibunya, lebih sehat lagi. Soalnya tambah cantik dan tambah bener ha ha ha.... ""Maksudnya?" Eva belum mengerti arah pembicaraan David. Wanita itu membetulkan posisi duduknya agar bisa mendengarkan David bercerita. "Mbak Sri udah mau jadi istri David, Ma," kata pria itu dengan semringah. Bukannya gembira, Eva malah menertawakan kekonyolan putranya. "Kamu pikir, Mama percaya? Sri itu udah gak mau sama kamu. Udah, jangan maksa! Mama udah
last updateLast Updated : 2025-04-11
Read more

70. Ayahnya Sri

"Apa kata dokter?" tanya Eva pada putranya. David mengulum senyum sambil melirik Sri yang keluar dari ruang periksa dengan santai. "Disuruh praktek langsung, Ma," jawab David. Eva dan Asih tertawa. "Mana masih tiga belas hari lagi. Masih lama dong ya.""Gak papa, Ma, masih ada waktu buat latihan." David kembali mencolek lengan Sri. Wanita itu mengangkat bahunya karena tak paham. Sepulang dari rumah sakit, mereka langsung pulang ke rumah. Sri tidak diizinkan keluar rumah lagi sampai waktu pernikahan tiba. Mungkin terdengar lucu, ada janda yang dipingit, tapi begitulah Eva dan David inginkan pada Sri. Kelakuan Sri yang sering kabur-kaburan membuat ibu dan anak itu khawatir. Sri tetap disibukkan dengan kuliah yang terpaksa ia lakukan secara online. Untung saja ia mengambil kelas ekstensi sehingga waktu kuliah sabtu dan minggu saja. Semua tugas bisa ia kerjakan dari rumah, tentu saja dibantu oleh David yang kapan saja bersedia menolong calon istri. "Jadi cukup tiga ratus undangan saj
last updateLast Updated : 2025-04-11
Read more
PREV
1
...
345678
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status