Maya kembali memalingkan muka, keramaian lalu lintas menjadi pengisi keheningan di antara mereka. "Tak perlu dipikirkan, kita harus segera ke stasiun." Firhan kembali melajukan mobilnya percakapan di antara mereka pun terhenti begitu saja. Bersamaan dengan azan magrib berkumandang, mereka sampai di stasiun. "Jam berapa keretanya?" tanya Arman sambil membuka pintu mobil. "Masih ada empat puluh menit lagi," jawab Maya sambil melihat jam. "Baiklah, kita solat dulu," ajak Firhan. "Abang langsung pulang saja, biar Maya sendiri," tolak Maya membuat gerakan Firhan terhenti saat hendak turun, pintu mobil pun kembali ditutup oleh laki-laki itu. "Baiklah, seperti keinginan kamu," ucap Firhan yang tak ingin mendebat keinginan Maya. "Abang jangan marah," balas Maya yang merasa Firhan tersinggung atas perkataannya. "Tidak. Pergilah!" bantah Firhan tanpa menatap gadis di sebelahnya. Maya menatap Firhan sedih, tapi dia tak ingin terlalu ambil pusing. Diraihnya tangan Fi
Terakhir Diperbarui : 2025-02-09 Baca selengkapnya