หน้าหลัก / Romansa / Suami Titipan Mantan / บทที่ 41 - บทที่ 50

บททั้งหมดของ Suami Titipan Mantan: บทที่ 41 - บทที่ 50

63

bab 41

Firhan menatap ponselnya yang tidak mendapat tanggapan dari Maya. Dia mencemaskan istrinya yang jangankan menelpon, pesannya pun bahkan belum dibaca. Sejak tadi dia mencoba menelpon, tapi Maya tengah dalam panggilan yang Firhan pikir mungkin dari Idham atau Mala mengabarkan kondisinya. Namun hingga jam masuk kerja kembali dimulai, Maya tetap tak menerima panggilannya. "Aku nggak mungkin datang ke mess untuk melihat Maya," ujar Firhan pasrah. Lalu mencoba fokus kembali pada pekerjaan dengan harapan nanti Maya membalas pesannya. Hingga jam kerja berakhir, harapan Firhan tak menjadi kenyataan. Dengan langkah tak semangat, Firhan keluar dari lobi, dia menoleh ke arah mess berada. Dilihatnya Nova tengah berjalan sedikit tergesa. Tak ingin terus dihantui rasa penasaran atas kondisi istrinya, Firhan bergegas mengejar Nova. Dia tak peduli andai Maya marah padanya nanti. Biarlah, cepat atau lambat hubungan keduanya pasti akan diketahui orang banyak. "Mbak!" seru Firhan yang b
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-16
อ่านเพิ่มเติม

bab 42

Sementara Lidya memijat dahinya, hal itu tak luput dari pengamatan Rudi yang baru datang dari toko. "Assalamua'aikum, Papa salam dari tadi nggak dijawab," ujarnya membuat Lidya tersentak kaget. "Wa'alaikumussalam, ya Allah. Maaf, Pa. Mama nggak denger," balas Lidya menyalami suaminya. "Kenapa? Kayak yang bingung gitu," tanya Rudi duduk di sebelah Lidya. "Anak-anak, Pa. Maya sakit." "Kata siapa? Sejak kapan?" Rudi memberondong Lidya dengan tak sabar. "Barusan abang nelpon. Dia mendapati Maya pingsan di mess," jelas Lidya. "Emang Firhan datang ke mess Maya?" Tentu saja dia tidak tahu Maya dan Firhan ada di perusahaan yang sama. "Maya dikirim kerja di perusahaan pusat yang ternyata itu perusahaan tempat abang kerja, Pa. Pantes kemarin Maya nanya abang kerja di PT apa. Mungkin saat itu dia melihat abang, dan tadi siang Arman menghubungi Maya. Entah bagaimana cerita lengkapnya, Maya ditemukan abang pingsan," terang Lidya dengan menghempas napas kasar. "Arman meng
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-17
อ่านเพิ่มเติม

bab 43

Arman menghela napas panjang. Dia tidak mungkin pulang ke rumah Lidya malam itu juga, jadi dia memutuskan untuk pergi ke tempat tinggal Angga. Dia perlu bertanya tentang pekerjaan pada temannya itu. Tiga puluh menit kemudian Arman sudah sampai di tempat kosan Angga. Gegas dia mengetuk pintu kamar kost Angga meski saat itu mungkin saja Angga tidak ada di tempat. "Loh, Arman?" Arman tersenyum lega begitu pintu terbuka, senyumnya lebar membalas rasa kaget Angga melihatnya ada di sana. "Boleh masuk, Nggak? Capek gue," ujar Arman langsung menerobos masuk, lalu dengan santai membaringkan tubuhnya di kasur begitu saja. "Ck, kebiasaan!" Angga menutup pintu, lalu mendekat pada Arman yang terlihat sangat kelelahan. "Baru sampe gue!" jelas Arman tanpa diminta. "Nggak nanya!" balas Angga sewot. "Pengumuman aja." Arman menjawab tak acuh, meski dia tahu sahabatnya tidak serius dengan perkataannya. Angga teringat dengan surat Arman untuk Maya. Dia lantas berdiri dan mengambil
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-18
อ่านเพิ่มเติม

bab 44

Pagi menjelang, tidur Arman terusik oleh suara ramainya lalu lintas. Laki-laki berumur dua puluh tujuh tahun itu, tersentak kaget, niatnya hanya sebentar memejamkan mata, rasa lelah justru membuatnya tidur sampai pagi. Arman kembali melajukan lagi mobilnya untuk mencari mesjid, jam setengah enam, memang terlambat dia melaksanakan kewajiban solat subuh. Tangan Arman terangkat menengadah, berdoa dengan hati yang benar-benar tulus membujuk Sang Maha. Meminta semua salah da khilafnya dimaafkan, memohon agar apa yang menjadi tujuan masih bisa dia wujudkan. Bergegas meninggalkan masjid, Arman terus melajukan mobil menuju ke perusahaan tempat Maya bekerja, tak dihiraukan perutnya yang keroncongan meminta isi. Nanti, setelah bertemu dan menjelaskan pada Maya, Arman baru akan makan, begitu pikirnya. Arman sampai di depan perusahaan Maya satu jam kemudian. Arman mencoba mengingat terakhir kapan Maya bekerja. Kalau saja jadwal kerja Maya tidak berubah, maka hari ini Maya kerja masuk sia
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-18
อ่านเพิ่มเติม

bab 45

"Ar-man," lirih Idham dengan rahang mengetat. "Bu, Pak, maafkan saya. Tolong maafkan semua kesalahan saya. Saya datang untuk memperbaiki semuanya. Di mana Maya, Pak? Bu?" tanya Arman memberanikan mendekat namun tubuhnya langsung didorong oleh Mala. "Pergi kamu, Arman! Tak perlu lagi kamu mencari Maya. Dia sudah bahagia bersama suaminya! Bukan kah kamu yang sudah memilihkan laki-laki yang lebih baik dari dirimu sendiri?" Mala berteriak di depan Arman, segala kekecewaan Maya diluapkan seperti dirinya wakil sang adik. "Nggak, Mbak! Bukan seperti itu kebenarannya!" elak Arman, tak terasa air matanya luruh, mendengar perkataan Mala bahwa Maya bahagia bersama Firhan. Benarkah itu? "Pergi!" Idham menunjuk ke arah pagar, "dan jangan pernah datang lagi!" pekiknya membuat Mala khawatir bapaknya bisa terkena serangan jantung lagi. "Pak, sabar. Ingat, Bapak baru sembuh," kata Mala memeluk Idham. Laki-laki itu menarik napas dalam, dan menghembuskannya perlahan. Dia harus bisa mengon
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-18
อ่านเพิ่มเติม

bab 46

Rumah itu terlihat sepi saat Arman sampai, menyesal juga tadi dia tidak ke toko lebih dulu. Otaknya tidak bisa berpikir jernih, hingga tak kepikiran mampir ke toko tempat Rudi menjalankan roda perekonomian keluarga. Menghempas pintu mobil dengan kasar, Arman bergegas menuju pintu gerbang. Namun dia kembali harus menelan kekecewaan saat tahu pintu pagar dalam keadaan terkunci. "Kemana mama? Apa ikut dengan papa ke toko?" Arman memukul angin, menendang pintu pagar yang bahkan tak punya salah apa pun padanya. Lidya tentu sering ikut dengan Rudi ke toko, tapi tak pernah pagar harus digembok seperti ini. Kecuali berniat pergi untuk jangka waktu yang lama. Arman merosot di depan pintu pagar, bersandar tanpa peduli dengan sekitar. Tenaganya terkuras, dari semalam dia belum beristirahat dengan baik, selain ketiduran di mobil. Bahkan sebutir nasi pun belum ada masuk ke lambungnya. "Mama kemana?" lirih Arman. Dia kembali berdiri saat teringat belum menelpon Lidya, dia pun kembali ke
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-19
อ่านเพิ่มเติม

bab 47

"Mama, papa," sapa Firhan berdiri. "Ya ampun, menantu mama kenapa?" Lidya mendekat, lalu menyentuh kening Maya. "Maya nggak papa, Ma. Maaf sudah membuat mama sama papa repot dan khawatir," ujar Maya menatap sendu pada mertuanya. Rudi berdiri di samping Lidya sambil mengangguk, disimpannya parsel buah yang dibawanya. "Nggak ada yang direpotkan. Kamu jangan banyak pikiran, ya?" Maya mengangguk sambil tersenyum sungkan. "Mama nggak ngabarin bapak dan ibu kan soal kondisi Maya?" tanya Firhan. "Nggak. Mama belum mengabari, apalagi pas abang bilang Maya baik-baik saja. Apa--" "Syukurlah kalau mama belum ngabarin ke bapak. Maya takut mereka cemas, apalagi bapak baru sembuh, takut malah berdampak pada kesehatan bapak," sela Maya. "Iya. Sebentar, mama periksa hp dulu, perasaan dari tadi bunyi terus. Tadi pas beli buah bunyi, sekarang bunyi lagi," kata Lidya yang pada saat Arman menghubunginya dia tengah memilih buah. "Eh, ke papa juga ada yang nelpon, Ma. Tapi nomo
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-19
อ่านเพิ่มเติม

bab 48

"Benar juga, Pa. Terus dia … dia datang ke rumah pak Idham untuk mencarinya saat tak bisa menemui Maya!" tebak Lidya dengan nada khawatir dalam suaranya. "Biar papa telepon pak Idham," usul Rudi. "Tapi apa alasannya tiba-tiba papa nelpon pak Idham buat nanyain Arman?" Di tengah kebingungan Lidya dan Rudi, pintu kamar Maya terbuka, Firhan keluar sambil menerima telepon. "Ma, Pa, kata bi Suti di rumah ada Arman." "Apa?!" "Sini teleponnya. Biar mama bicara sama bi Suti." Firhan memberikan ponselnya pada Lidya. "Halo, Bi. Beneran ada Arman di rumah?" tanya Lidya begitu ponsel Arman sudah berpindah tangan. "Iya, Bu. Sekarang mas Arman lagi istirahat di kamar tamu," jawab Suti setengah berbisik, bahkan matanya awas melihat ke pintu kamar tamu yang tertutup rapat, lalu melangkah ke ruang makan. "Kapan Arman datang, Bi?" tanya Lidya dengan hati yang tak menentu. Kehadiran Arman membuatnya cemas akan hubungan Maya dan Firhan. "Baru lima belas menitan, Bu. Saya
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-20
อ่านเพิ่มเติม

bab 49

Sedang Firhan nampak gelisah. Dia tak menemukan kedua orang tuanya saat kembali ke luar. Apalagi ponselnya juga ada pada Lidya jadi dia tidak bisa mengetahui dimana mereka. Kegelisahan Firhan tertangkap oleh Maya, beberapa kali Maya melihat suaminya itu menghela napas panjang. "Abang kenapa? Ada yang abang pikirkan?" tanya Maya akhirnya. Firhan tersenyum, lalu menggeleng. "Nggak ada. Cuma bingung mama sama papa kemana," jawab Firhan menggenggam tangan Maya. "Ada apa, Bang?" tanya Maya yang merasa kalau ada yang disembunyikan oleh Firhan. Firhan mengernyit heran karena Maya seakan tahu ada yang dia sembunyikan, tapi masih berusaha menutupi. "Memang kenapa?" "Maya tau abang menyembunyikan sesuatu. Mama juga. Tadi pas nerima telepon dari Anna, kalian langsung berubah. Ada apa? Apa ada hubungannya dengan … Arman?" Firhan menghembuskan napas kasar, genggaman tangannya diurai. "Abang ingin hubungan kita semakin baik, kan?" Firhan mengernyit heran dengan pertan
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-22
อ่านเพิ่มเติม

bab 50

Arman mengusap sudut bibirnya. Pukulan Firhan membuat luka akibat tamparan dan juga kepalan tangan Mala dan Idham, kembali terbuka dan mengeluarkan darah. Perih. Namun jauh lebih sakit dan perih hatinya melihat reaksi Firhan atas ucapannya. Sungguh penyesalan terbesar Arman adalah meminta Firhan menjadi pengantin pengganti untuknya. "Man, kamu berdarah," ucap Lidya mendekat dan mencoba menyentuh sudut bibir Arman, dia langsung terkesiap saat melihat bahkan pipi Arman memar dan bengkak, yang menandakan kalau pukulan Firhan bukan satu-satunya penyebab wajah Arman tak baik-baik saja. "Arman baik-baik saja, Ma. Hati Arman yang justru tidak baik-baik saja" balas Arman membuat Firhan berdecak kesal. "Lalu salah siapa?" sarkas Firhan. "Tapi harusnya abang bisa amanah! Menjaga apa yang sudah aku titipkan pada abang. Bukan malah merampas dan menikmatinya! Gimana, terlalu nikmat 'kan Maya?" ejek Arman membuat Firhan kembali berang. "Sial-an kau, Arman! Seenaknya kamu samakan M
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-23
อ่านเพิ่มเติม
ก่อนหน้า
1234567
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status