Home / Romansa / Tawanan Cinta Sang Mafia / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Tawanan Cinta Sang Mafia : Chapter 31 - Chapter 40

94 Chapters

Bab 31

Lampu-lampu kota berkelap-kelip di kejauhan, menciptakan pola cahaya yang seolah menari di balik kaca jendela besar sebuah penthouse mewah. Angin malam berhembus lembut, namun tak mampu menembus kaca tebal yang melindungi ruangan itu dari dunia luar. Di dalam, suasana terasa tenang, nyaris membeku dalam kesunyian yang mahal.Seorang pria paruh baya duduk di kursi kulit hitam yang menghadap langsung ke jendela. Setelan jasnya yang rapi mencerminkan kelasnya, sementara dasi yang sedikit longgar memberi kesan bahwa malam itu adalah waktu santainya setelah seharian mengatur dunia di tangannya. Ia mengangkat gelas anggur merah ke bibirnya, menyesap perlahan, membiarkan sensasi asam dan pahit itu mengalir di lidahnya.Pikirannya jauh, mengamati gemerlap kota di bawah sana, seolah segala yang berada di luar jendela itu hanyalah pion-pion kecil dalam permainan besar yang ia kuasai. Namun, ketenangan itu buyar ketika pintu ruangan terbuka pelan.Seorang pria berpakaian gelap masuk dengan langk
last updateLast Updated : 2025-02-02
Read more

Bab 32

Hujan tipis mengguyur langit senja, mengaburkan pemandangan di luar jendela besar kediaman Lucas yang menyerupai kastil megah. Benteng batu kokoh, jendela-jendela tinggi dengan vitrase gelap, dan penjagaan ketat di setiap sudut membuat tempat itu lebih mirip benteng daripada rumah. Di dalamnya, keheningan yang mencekam terasa lebih dingin dibanding udara luar.Lucas berdiri di depan jendela di ruang kerjanya, satu tangan dimasukkan ke saku celana, sementara tangan lainnya memegang segelas whisky separuh penuh. Sorot matanya tajam menembus tirai hujan tipis, memantulkan kecemasan yang jarang terlihat di wajahnya. Ponsel di meja kayu hitam bergetar pelan, memecah kesunyian. Ia mengambilnya dengan cepat, membaca pesan singkat yang hanya berisi dua kata: “Dia datang.”Rahang Lucas mengeras. Tanpa berkata apa-apa, ia meletakkan gelasnya dengan suara denting halus di atas meja, lalu melangkah cepat ke arah tangga. Langkahnya penuh ketegasan, namun ada ketegangan yang tak bisa ia sembunyikan
last updateLast Updated : 2025-02-02
Read more

Bab 33

Malam merayap masuk ke setiap sudut kastil Lucas, membawa hawa dingin yang merambat di sepanjang dinding batu yang bisu. Lampu gantung di lorong berayun pelan, bayangannya menari di lantai marmer yang mengkilap. Meski udara di dalam ruangan tetap hangat, suasana hati Lucas terasa jauh lebih dingin.Lucas berdiri di depan jendela ruang kerjanya, menatap gelapnya langit malam yang hanya diterangi kilatan samar lampu kota di kejauhan. Pikirannya masih tertinggal pada percakapan dengan ayahnya. Kata-kata pria itu bergema di benaknya, seperti duri yang menancap tanpa bisa dicabut."Jangan tunjukkan kelemahanmu, Lucas. Dunia tidak memberi belas kasihan pada orang yang lemah."Lucas mengepalkan tangannya di sisi tubuh, mencoba menenangkan amarah yang bergemuruh. Namun, pikirannya justru melayang pada sosok Emma—satu-satunya orang yang bisa membuatnya merasa kehilangan kendali.Tanpa bisa menahan dorongan itu, ia meninggalkan ruang kerjanya, langkah kakinya cepat dan mantap menyusuri lorong p
last updateLast Updated : 2025-02-02
Read more

Bab 34

Langkah Lucas menggema di sepanjang lorong kastil yang kini terasa lebih sunyi dari biasanya. Setiap dentuman sepatunya di atas marmer seolah menjadi detak jantungnya yang berdebar kencang. Wajahnya menegang, rahangnya mengeras, dan matanya dipenuhi kilatan amarah yang tak berusaha ia sembunyikan. Pesan singkat itu masih terpatri jelas di benaknya, mengubah ketakutan yang samar menjadi kemarahan yang nyata.Begitu tiba di kamar Emma, Lucas membuka pintu dengan kasar. Emma terkejut, hampir menjatuhkan buku yang tengah ia baca. Tatapannya tertuju pada Lucas yang berdiri di ambang pintu dengan napas memburu, sorot matanya gelap dan penuh kecemasan."Lucas? Ada apa?" tanya Emma cepat, bangkit dari duduknya.Lucas tidak menjawab. Ia hanya melangkah masuk, menutup pintu di belakangnya, lalu mendekati Emma dengan tatapan tajam. Tanpa peringatan, ia meraih kedua bahu gadis itu, menatapnya seolah ingin memastikan Emma benar-benar ada di hadapannya."Ada apa?" ulang Emma, suaranya lebih pelan,
last updateLast Updated : 2025-02-02
Read more

Bab 35

Malam merambat perlahan, melapisi kastil Lucas dengan selimut gelap yang pekat. Lampu-lampu temaram di sepanjang lorong memantulkan cahaya samar di dinding batu, menciptakan bayangan yang bergerak seiring hembusan angin. Di luar, udara dingin menampar wajah para penjaga yang berdiri tegak di pos mereka, waspada terhadap setiap gerakan mencurigakan.Lucas berjalan cepat melewati lorong, wajahnya tegang, pikirannya berputar cepat memikirkan pesan ancaman yang diterimanya. Setiap langkahnya terdengar berat, menggema di antara dinding yang dingin. Hugo menyusul di belakangnya, membawa laporan tentang jejak mencurigakan yang ditemukan di sekitar area luar kastil."Mereka tidak berusaha bersembunyi," ujar Hugo, suaranya rendah namun serius. "Jejaknya terlalu jelas. Seolah-olah mereka ingin kita tahu."Lucas berhenti di depan pintu ruang senjata, menoleh pada Hugo dengan tatapan tajam. "Mereka ingin membuat kita cemas. Tapi kita tidak akan bermain sesuai aturan mereka."Ia membuka pintu dan
last updateLast Updated : 2025-02-02
Read more

Bab 36

Pagi datang dengan langit kelabu, awan menggantung rendah seolah ikut menekan suasana hati yang mencekam di dalam kastil. Hembusan angin dingin merayap melalui celah-celah jendela, membawa aroma tanah basah dari hujan tipis yang turun semalaman. Lucas berdiri di balkon kamarnya, tatapannya kosong menembus kabut pagi. Pikirannya penuh dengan pertanyaan tanpa jawaban. Ancaman itu bukan sekadar gertakan—ini adalah pesan, sebuah peringatan bahwa seseorang di luar sana tahu persis bagaimana menusuk kelemahannya. Dan lebih buruk lagi, mereka berani melakukannya. Di belakangnya, Emma berjalan pelan mendekat, membungkus dirinya dengan selimut tipis. Ia berdiri di samping Lucas, menatap pemandangan yang sama. "Apa yang kau pikirkan?" suaranya pelan, hampir tenggelam oleh suara angin. Lucas tidak segera menjawab. Tangannya yang menggenggam pagar balkon mengepal, buku-buku jarinya memutih. "Aku berpikir… bagaimana mereka bisa sedekat ini tanpa kita sadari." Emma menoleh, meneliti wajah Lucas
last updateLast Updated : 2025-02-02
Read more

Bab 37

Fajar baru menyingsing, namun kehangatan cahaya matahari tak mampu mengusir dingin yang merayap di hati Emma. Ia terjaga lebih awal, matanya menatap kosong ke arah jendela kamar. Di balik pemandangan langit yang perlahan cerah, pikirannya dipenuhi oleh bayang-bayang rekaman yang ia temukan semalam.Lucas masih terlelap di sisi lain tempat tidur, napasnya teratur, wajahnya terlihat jauh lebih damai daripada apa yang disimpan dalam benaknya. Karena lukanya yang belum sembuh, juga kemungkinan pria itu yang akan kembali demam, membuat Emma memutuskan untuk tidur di kamar pria itu sementara waktu.Emma menoleh, mengamati garis rahang tajam pria itu, dan perasaan bersalah mulai menghampiri. Ia menyembunyikan sesuatu darinya—sebuah rahasia yang mungkin bisa mengubah segalanya.“Haruskah aku memberitahunya sekarang?” pikir Emma. Tapi ada ketakutan yang menahan langkahnya. Jika Lucas tahu, ia pasti akan bertindak cepat, mungkin terlalu cepat. Emma ingin memastikan segalanya lebih dulu, agar ke
last updateLast Updated : 2025-02-02
Read more

Bab 38

Langit pagi yang biasanya membawa ketenangan, kini tak lebih dari kanvas kelabu tanpa harapan. Cahaya matahari yang menyelinap di balik tirai kamar hanya menjadi saksi bisu kecemasan yang menggelayuti hati Emma. Ia duduk di tepi ranjang, tangan menggenggam erat buku catatan kecil berisi semua detail tentang Marco—setiap kata, setiap gerak-gerik yang berhasil ia amati.Kepalanya penuh dengan pertanyaan. "Haruskah aku memberitahu Lucas sekarang? Atau menunggu untuk mendapatkan bukti lebih banyak?" Pikiran itu terus berputar tanpa henti, menciptakan beban yang kian berat di dadanya.Emma tahu satu hal dengan pasti—setiap menit yang terbuang adalah risiko. Marco berada begitu dekat dengan mereka. Siapa yang tahu apa yang akan dilakukan pria itu dalam waktu dekat?“Aku tidak bisa menunggu lebih lama,” gumam Emma akhirnya, suaranya nyaris seperti bisikan untuk dirinya sendiri.Emma sadar, ia tidak bisa melakukan segala sesuatunya sendiri. Ia hanyalah wanita biasa. Bukan tokoh superhero yang
last updateLast Updated : 2025-02-03
Read more

Bab 39

Hari-hari setelah pengungkapan tentang Marco terasa lebih tegang daripada sebelumnya. Lucas menjadi lebih pendiam, pikirannya terus berputar mencoba merangkai semua potongan yang belum lengkap. Sementara itu, Emma memilih untuk menjaga jarak, bukan karena takut, tetapi untuk memberi ruang bagi Lucas menghadapi kemarahannya. Namun, di dalam dirinya sendiri, Emma tahu bahwa diam saja bukanlah pilihan.Pagi itu, Emma berjalan di sepanjang lorong kastil, mencoba mengalihkan pikirannya dengan aktivitas ringan. Aroma roti panggang dan kopi hangat menguar dari dapur, mengundangnya untuk masuk. Di sana, Marta terlihat sibuk mengatur sarapan, wajahnya tenang seperti biasa meskipun suasana kastil sedang diliputi ketegangan.Emma duduk di salah satu kursi dekat jendela, menikmati secangkir teh hangat yang baru diseduh. Ia baru saja akan memulai obrolan ringan ketika pintu dapur terbuka, dan Marco masuk. Pria itu tampak santai, mengenakan jaket gelap dengan lengan digulung setengah.Emma berusah
last updateLast Updated : 2025-02-03
Read more

Bab 40

Emma menelan ludah, mencoba mengendalikan detak jantungnya yang berdegup kencang. “Aku… aku melihat Marco keluar. Aku hanya—”“Kau hanya apa?” potong Lucas tajam. “Mengikuti dia? Sendirian? Tanpa berpikir panjang tentang apa yang bisa terjadi padamu kemudian?!”Lucas melepaskan genggamannya, tetapi sorot marah di matanya tidak berkurang sedikit pun. Ia berdiri tegak di hadapan Emma, tubuhnya sedikit membungkuk untuk menatap gadis itu lebih dekat.Emma mengatur napasnya, mencoba mencari kata-kata yang tepat. “Aku hanya ingin tahu ke mana dia pergi. Aku pikir—”“Kau pikir?” Lucas menahan tawa sinis. “Kau pikir ini permainan, Emma? Ini bukan sekadar mencari tahu rahasia seseorang. Ini berbahaya.”Emma menguatkan dirinya, menahan dorongan untuk mundur. “Aku tahu ini berbahaya. Tapi aku tidak bisa hanya duduk diam dan berpura-pura tidak ada yang terjadi!” suaranya meninggi, penuh emosi yang tertahan.Lucas menarik napas panjang, mencoba meredam kemarahannya. Ia menatap Emma beberapa detik
last updateLast Updated : 2025-02-03
Read more
PREV
123456
...
10
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status