Home / Romansa / Tawanan Cinta Sang Mafia / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Tawanan Cinta Sang Mafia : Chapter 21 - Chapter 30

94 Chapters

Bab 21

Malam telah larut ketika Emma duduk di tepi jendela kamarnya, memandangi langit gelap yang bertabur bintang. Udara dingin menyusup melalui celah jendela yang sedikit terbuka, tetapi ia tidak berniat menutupnya. Ada sesuatu tentang angin malam yang membuatnya merasa sedikit lebih bebas, meskipun hanya sebatas ilusi.Percakapannya dengan Lucas beberapa jam lalu masih terngiang di kepalanya."Aku tidak ingin sesuatu terjadi padamu."Nada suara pria itu terdengar terlalu serius, terlalu berat untuk diabaikan. Emma ingin percaya bahwa Lucas hanya mengada-ada, bahwa semua ini hanyalah bagian dari caranya mengendalikan dirinya. Namun, ada sesuatu dalam ekspresi Lucas—sesuatu yang membuat Emma merasa bahwa ancaman itu nyata.Namun, apa pun itu, ia menolak untuk merasa takut.Dengan pelan, Emma bangkit dari duduknya dan merapatkan sweater yang ia kenakan. Rumah ini terlalu besar, terlalu sunyi di malam hari. Ia tidak terbiasa dengan kesunyian seperti ini.Kakinya membawanya keluar dari kamar,
last updateLast Updated : 2025-01-31
Read more

Bab 22

Langkah Emma terhenti di depan pintu kamarnya. Ia seharusnya masuk, menarik selimut, dan mencoba tidur. Tapi pikirannya tak bisa tenang. Ada sesuatu yang selama ini mengusik, pertanyaan yang selalu ia tunda untuk ditanyakan.Ia menarik napas dalam-dalam, menoleh ke belakang. Ruang keluarga masih diterangi cahaya lampu temaram. Di dalam sana, Lucas masih duduk dengan sikap yang sama—tenang, tak terbaca.Emma menggigit bibirnya. Mungkin ini satu-satunya kesempatan.Dengan langkah mantap, ia kembali ke ruangan itu. Lucas mendongak ketika mendengar langkahnya.“Kau kembali.”Emma tidak langsung menjawab. Ia berdiri beberapa langkah di depan Lucas, meremas ujung sweaternya.“Ada yang ingin kutanyakan.”Lucas mengangkat alis, menunggu.Emma menelan ludah, lalu berkata, “Kenapa kau membeliku malam itu? Di pelelangan gelap.”Raut wajah Lucas berubah. Tidak terkejut, tapi juga tidak sepenuhnya tenang. Ia menatap
last updateLast Updated : 2025-02-01
Read more

Bab 23

Malam itu, segalanya tampak biasa. Lampu-lampu di lorong redup, hanya menyisakan sinar remang yang menciptakan bayangan panjang di dinding. Di luar jendela, angin bertiup pelan, menggesekkan ranting-ranting pohon ke kaca, menghasilkan suara samar yang biasanya tak lebih dari latar malam yang sunyi.Emma berbaring di ranjang, mencoba memejamkan mata, tapi pikirannya tak kunjung tenang. Ada kegelisahan aneh yang menempel di benaknya, meski ia tak tahu pasti apa penyebabnya. Ia membalikkan badan, menarik selimut lebih tinggi, berharap kantuk segera datang.Namun, sebuah suara keras memecah keheningan.Brak!Seperti benda berat jatuh atau pintu yang dibanting keras. Emma terlonjak duduk di tempat tidur, jantungnya berdetak cepat. Ia menahan napas, mendengarkan lebih saksama.Beberapa detik kemudian, terdengar langkah kaki tergesa-gesa di lorong. Langkah itu cepat, berat, dan… terburu-buru. Seolah-olah seseorang sedang berusaha melarikan diri atau mengejar sesuatu. Suara sepatu menghentak
last updateLast Updated : 2025-02-01
Read more

Bab 24

Lorong itu sunyi. Suara langkah kaki Emma nyaris tak terdengar saat ia berjalan perlahan, mengikuti jejak Lucas yang telah lebih dulu menghilang di balik tikungan. Jantungnya berdegup pelan namun berat, seolah mencoba menyesuaikan diri dengan kegelisahan yang memenuhi pikirannya. Cahaya temaram dari lampu dinding menciptakan bayangan panjang yang bergerak bersamanya, menambah kesan mencekam di setiap sudut rumah besar ini.Lucas berusaha bersikap seolah segalanya terkendali, seolah noda darah di bajunya hanyalah insiden kecil yang bisa diabaikan. Tapi Emma tahu lebih dari itu. Cara pria itu berjalan—sedikit tertahan, seolah menahan sesuatu—tidak bisa membohonginya. Ada sesuatu yang disembunyikan. Dan Emma tidak bisa hanya diam, berpura-pura buta terhadap kenyataan yang jelas-jelas ada di depan matanya.Ia berhenti sejenak di depan pintu kamar Lucas yang sedikit terbuka. Dari celah sempit itu, terdengar suara samar: desahan pelan, seperti seseorang yang berusaha menahan rasa sakit. Emm
last updateLast Updated : 2025-02-01
Read more

Bab 25

Ruangan itu diselimuti keheningan, hanya ditemani suara detak jarum jam di dinding yang terasa lebih keras dari biasanya. Lampu kecil di sudut kamar Lucas memancarkan cahaya redup, cukup untuk menyingkirkan bayang-bayang pekat, tapi tetap menyisakan nuansa temaram yang membuat suasana terasa intim dan sedikit canggung. Lucas berbaring di ranjang, matanya menatap langit-langit, mencoba mengabaikan denyut nyeri yang datang bergelombang dari perutnya. Luka itu masih segar, meski Emma sudah membersihkannya dengan hati-hati, mengoleskan salep, dan membalutnya dengan perban bersih. Ia harus mengakui, sentuhan lembut gadis itu lebih menenangkan daripada obat apa pun yang pernah ia kenal. Namun, yang membuatnya lebih bingung adalah perasaan aneh yang kini mengendap di dadanya—sesuatu yang lebih dari sekadar nyeri fisik. Desiran itu… bukan hanya karena luka. Ada sesuatu yang lain. Lucas mengalihkan pandangannya ke arah Emma, yang dengan santai duduk di sofa kecil di sudut ruangan, hanya beb
last updateLast Updated : 2025-02-01
Read more

Bab 26

Malam terus merambat, membawa keheningan yang terasa lebih pekat daripada biasanya. Hanya suara angin yang berdesir lembut di luar jendela, sesekali membuat tirai tipis di kamar itu bergerak pelan. Lampu kecil di sudut ruangan sudah lama padam, menyisakan kegelapan yang samar-samar diterangi cahaya bulan yang merembes melalui celah-celah tirai.Emma terbaring di sofa sempit, selimut tipis menutupi tubuhnya. Namun, matanya tetap terbuka, menatap langit-langit yang nyaris tak terlihat dalam gelap. Rasa kantuk memang menghampiri, tapi kewaspadaannya jauh lebih kuat. Telinganya tetap tajam, mendengarkan setiap suara kecil yang mungkin menandakan perubahan kondisi Lucas.Ini adalah pertama kalinya sejak kepergian neneknya, ia berjaga di samping seseorang yang sedang sakit. Kenangan itu datang tanpa bisa ia cegah, mengendap pelan di sudut pikirannya. Dulu, sebelum neneknya meninggal, wanita tua itu sempat terbaring lemah selama beberapa bulan. Penyakit tua yang merenggut
last updateLast Updated : 2025-02-01
Read more

Bab 27

Bab Selanjutnya: Di Balik Wajah TenangCahaya pagi menyelinap masuk melalui celah tirai, menggoreskan garis-garis terang di dinding kamar yang masih diselimuti bayang-bayang malam. Udara pagi terasa sejuk, tetapi bagi Lucas, sejuk itu tak cukup untuk menenangkan denyut sakit yang berdentam di pelipisnya.Ia membuka mata perlahan, menyesuaikan diri dengan cahaya yang masuk. Pandangannya kabur sejenak sebelum akhirnya fokus pada langit-langit kamar yang familiar. Tubuhnya terasa berat, seolah-olah semua energinya terkuras habis. Tapi meski kesadarannya belum sepenuhnya jernih, ingatan tentang malam tadi datang dengan jelas.Rintihan pelan yang tak mampu ia tahan, tangan yang lemah menggenggam seprai, dan… Emma.Lucas mengingat bagaimana gadis itu duduk di tepi ranjang, mengompres dahinya dengan penuh kesabaran, membantu memberinya obat, bahkan menggenggam tangannya saat demamnya mencapai puncaknya. Bukan sekadar kepedulian biasa, ada ketulusan dalam setiap sentuhan Emma, sesuatu yang su
last updateLast Updated : 2025-02-01
Read more

Bab 28

Lucas kembali ke kamarnya dengan langkah tenang, meski setiap gerakan seakan mengiris lukanya yang belum sepenuhnya pulih. Namun rasa sakit fisik itu bukanlah yang paling mengganggunya. Ada sesuatu yang lebih mengusik di dalam pikirannya, sesuatu yang tidak bisa ia redam meski berkali-kali mencoba.Emma.Ia melepas kemejanya perlahan, merasakan perban yang melilit perutnya sedikit lembap, bekas darah yang mengering di tepinya. Luka itu belum benar-benar sembuh, tapi Lucas selalu punya cara untuk bertahan. Ia menatap bayangannya di cermin, mencoba mencari jawaban di mata dinginnya sendiri. Namun pantulan itu tak memberi apa-apa, hanya sosok pria dengan dinding baja di sekeliling hatinya.Tapi retakan kecil telah muncul di dinding itu.Lucas duduk di tepi ranjang, menunduk, mencoba mengabaikan ingatan tentang bagaimana tangan Emma yang hangat menyentuh dahinya, suara lembutnya saat memaksanya minum obat, dan tatapan cemas yang tidak pernah ia dapatk
last updateLast Updated : 2025-02-01
Read more

Bab 29

Sore itu, Emma turun dari kamarnya setelah merasa cukup beristirahat. Meski tidur siang seharusnya membuat tubuhnya segar, kenyataannya yang tersisa hanyalah rasa lesu. Kepalanya masih terasa berat, seolah kelelahan semalam belum sepenuhnya hilang. Ia menghela napas panjang, melangkah menuju taman belakang untuk mencari udara segar.Begitu pintu geser dibuka, semilir angin menyambut, membawa aroma dedaunan basah dan tanah yang masih hangat oleh sisa-sisa matahari siang. Rambut Emma tergerai pelan, diterpa angin sore yang lembut. Ia berdiri sejenak, membiarkan pikirannya kosong, mencoba melupakan segala kecemasan yang mengendap di hatinya.Namun, suara langkah kaki di belakangnya membuatnya menoleh.Lucas.Pria itu berdiri di ambang pintu, mengenakan kemeja gelap yang longgar, sedikit terbuka di bagian atas, memperlihatkan garis samar perban di bawahnya. Wajahnya pucat, lebih pucat dari yang seharusnya untuk seseorang yang mengaku "baik-baik saja."
last updateLast Updated : 2025-02-02
Read more

Bab 30

Udara di kamar Lucas terasa lebih berat daripada biasanya. Lampu meja di sudut ruangan memancarkan cahaya temaram, menciptakan bayang-bayang lembut di dinding. Suara jarum yang menembus kulit, diiringi desisan pelan dari Lucas, menjadi satu-satunya suara yang terdengar di antara mereka. Tangan Emma bergetar sedikit, tetapi ia tetap berusaha stabil. Keringat dingin membasahi pelipisnya, bukan karena takut, melainkan karena ia bisa merasakan betapa kerasnya Lucas menahan rasa sakit. Pria itu tak mengeluh, hanya menggertakkan rahangnya sesekali, seolah rasa sakit hanyalah gangguan kecil yang bisa diabaikan. "Sebentar lagi selesai," bisik Emma pelan, mencoba menenangkan dirinya sendiri lebih dari Lucas. Lucas hanya mengangguk singkat. Napasnya berat, tapi matanya tetap menatap lurus ke depan, seolah menolak untuk menunjukkan kelemahan di hadapan Emma. Setelah jahitan terakhir selesai, Emma menarik napas lega, membersihkan area di sekitar luka sebelum menutupnya dengan perban bersih. T
last updateLast Updated : 2025-02-02
Read more
PREV
123456
...
10
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status