Home / Romansa / Tawanan Cinta Sang Mafia / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Tawanan Cinta Sang Mafia : Chapter 51 - Chapter 60

94 Chapters

Bab 51

Matahari mulai tenggelam di balik jendela besar kamar Emma, menyisakan cahaya jingga yang samar menembus tirai tipis. Gadis itu duduk di tepi tempat tidurnya, memandang kosong ke arah jendela. Pikiran Emma melayang ke kejadian sore tadi—Lucas menerima telepon dari seseorang bernama Josephine. Senyum kecil yang tertinggal di wajah pria itu setelah panggilan berakhir terus terbayang di benaknya, membuat hatinya terasa aneh.Siapa Josephine sebenarnya?Emma berusaha mengabaikan perasaan itu. Ia mencoba meyakinkan dirinya bahwa itu bukan urusannya, tetapi rasa penasaran seperti benang kusut yang semakin rumit setiap kali ia mencoba menariknya. Ia memutuskan untuk mencari tahu, bukan dengan bertanya langsung pada Lucas, melainkan melalui cara yang lebih… halus.Setelah memastikan Lucas tidak ada di sekitar, Emma meninggalkan kamarnya dan menuju dapur di mana Marta biasanya sibuk menyiapkan teh atau camilan untuk para penghuni rumah. Benar saja, wanita paruh baya itu tengah merapikan cangki
last updateLast Updated : 2025-02-04
Read more

Bab 52

Hujan gerimis mulai turun, membasahi pekarangan luas di sekitar kediaman Lucas. Langit kelabu menggantung rendah, menciptakan suasana sendu yang anehnya sejalan dengan perasaan Emma. Setelah latihan pagi yang cukup melelahkan, ia memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar area, mencoba mengalihkan pikirannya dari satu hal yang terus mengganggunya: Josephine.Nama itu bergema di kepalanya lebih sering daripada yang ingin ia akui. Lucas dengan sengaja tidak memberi jawaban jelas, membuat Emma semakin penasaran. Ada perasaan aneh yang sulit dijelaskan, campuran antara rasa ingin tahu, jengkel, dan sesuatu yang samar—mungkin cemburu.Langkah kakinya membawanya ke taman kecil di sisi belakang rumah. Tempat itu sepi, hanya ada beberapa bangku batu yang basah terkena gerimis. Udara dingin menyentuh kulitnya, namun Emma duduk di salah satu bangku, membiarkan titik-titik hujan jatuh di atas bahunya. Ia memeluk lututnya, menunduk, mencoba memahami pikirannya sendiri.Tak lama kemudian, langkah
last updateLast Updated : 2025-02-04
Read more

Bab 53

Matahari baru saja merangkak turun di balik cakrawala ketika Emma duduk di ruang tamu kastil Lucas, menyesap teh hangat sambil menikmati ketenangan setelah hari yang panjang. Ia hampir tenggelam dalam pikirannya ketika suara langkah kaki berat bergema mendekat ke arahnya, membuatnya menoleh. Lucas muncul dari balik pintu, mengenakan kemeja hitam sederhana dengan lengan yang digulung santai hingga siku. Sorot matanya tajam namun teduh, seperti biasa.Tanpa basa-basi, pria itu melangkah mendekat dan duduk di kursi di seberangnya. “Akhir pekan ini, ikut aku.”Emma mengerutkan kening, meletakkan cangkir tehnya. Dia tidak salah dengar, bukan? Pria ini akan mengajaknya ke luar dari kastil ini? “ke mana?”Lucas menyandarkan tubuhnya ke kursi, menatap Emma tanpa ekspresi khusus, tapi ada kilatan berbeda di matanya. “Ke rumah keluargaku. Aku ingin memperkenalkanmu pada mereka.”Sejenak, ruangan terasa sunyi. Emma hampir mengira ia salah dengar. “Memperkenalkan… aku?”Lucas mengangguk pelan. “
last updateLast Updated : 2025-02-05
Read more

Bab 54

Suasana makan malam masih berlangsung hangat, meski bagi Emma, kehangatan itu terasa seperti bara api yang perlahan membakar saraf-sarafnya. Tawa ringan sesekali terdengar dari Charles dan Mary, diselingi komentar santai dari Kakek Harry. Namun, di balik semua itu, ada tatapan lain yang tak lepas dari dirinya—tatapan Josephine yang dingin meski terselubung senyum sopan.Emma berusaha mengabaikannya, menahan diri untuk tetap fokus pada percakapan ringan yang mengalir. Sesekali ia melirik Lucas, mencari ketenangan dari sorot mata pria itu. Dan setiap kali tatapan mereka bertemu, Emma merasa sedikit lebih kuat. Tapi ada sesuatu yang membuatnya tidak bisa sepenuhnya nyaman. Aura Josephine terlalu jelas untuk diabaikan.Setelah makan malam selesai, mereka semua pindah ke ruang keluarga yang luas. Dinding-dinding batu yang kokoh dihiasi lukisan klasik, lampu gantung kristal menggantung anggun di langit-langit, memantulkan cahaya lembut yang menambah suasana hangat. Lucas
last updateLast Updated : 2025-02-05
Read more

Bab 55

Pagi hari di kediaman keluarga Charles dibungkus dalam keheningan yang tenang, hanya terdengar suara burung-burung kecil di kejauhan. Aroma kopi segar menyebar lembut di udara, menyelinap ke sudut-sudut rumah yang megah namun penuh aura kewaspadaan. Penjaga berseragam hitam masih setia berjaga di setiap sudut, menciptakan suasana yang tak pernah benar-benar santai.Lucas melangkah pelan menuju ruang kerja kakeknya, Harry, yang terletak di ujung lorong panjang. Ruangan itu adalah tempat di mana banyak keputusan penting dibuat, tempat yang penuh dengan sejarah kelam dan kisah-kisah tentang kejayaan, kekuasaan, serta pengkhianatan. Lucas tahu, kakeknya memanggilnya untuk alasan yang lebih dari sekadar obrolan santai.Tanpa mengetuk, Lucas membuka pintu dan melangkah masuk. Harry duduk di balik meja kayu mahoni besar, dikelilingi rak-rak penuh buku tua dan beberapa peta tua yang tergantung di dinding. Pria tua itu menatap cucunya dengan sorot mata tajam yang penuh wiba
last updateLast Updated : 2025-02-06
Read more

Bab 56

Langit sore mulai berubah jingga ketika Lucas membawa Emma ke dalam mobilnya. Rencana awal mereka adalah kembali ke kediaman Lucas setelah bertemu Kakek Harry, tetapi pria itu tiba-tiba memutuskan untuk mampir ke suatu tempat terlebih dahulu.“Ke mana kita?” tanya Emma, menoleh ke arah Lucas yang fokus menyetir.Lucas tidak langsung menjawab. Ia tetap tenang dengan tatapan lurus ke jalanan. “Aku ingin mengunjungi makam ibuku.”Emma terdiam sejenak sebelum akhirnya mengangguk kecil. "Baiklah," jawabnya pelan.Mereka tidak langsung menuju ke pemakaman. Lucas lebih dulu menghentikan mobil di depan sebuah toko bunga kecil yang terletak di sudut kota. Penampilannya sederhana, dengan pot-pot bunga berjejer di depan pintu masuk, memberikan kesan hangat di tengah hiruk-pikuk kota.Saat mereka masuk, seorang wanita paruh baya yang mengenakan celemek menyambut mereka dengan senyum ramah. "Lucas, kau datang lagi," sapanya dengan nada akrab.
last updateLast Updated : 2025-02-06
Read more

Bab 57

Di sebuah rumah mewah di pusat kota, seorang pria menjatuhkan tas kulitnya dengan kesal ke atas meja. James Anderson baru saja kembali dari perjalanan panjang yang melelahkan. Perjalanan pulang dari desa terpencil tempat ibunya tinggal bukanlah hal yang mudah. Butuh satu hari penuh, melewati jalanan berbatu dan kendaraan umum yang tidak nyaman, hanya untuk kembali ke tempat tinggalnya ini.Marissa, istrinya, yang sedang duduk di sofa sambil membaca majalah, menoleh ketika mendengar suara keras dari tas yang dijatuhkan James. Ia mengangkat alis, menyadari ekspresi suaminya yang tidak biasa."Kau kenapa?" tanyanya, menutup majalahnya dan menatap James dengan penuh perhatian.James tidak langsung menjawab. Ia berjalan ke dapur, menuangkan segelas air, lalu meminumnya dalam sekali teguk sebelum menghembuskan napas panjang. "Aku terlambat," gumamnya dengan nada frustrasi.Marissa mengernyit. "Terlambat untuk apa?"James melemparkan tubuhnya ke
last updateLast Updated : 2025-02-06
Read more

Bab 58

James Anderson duduk di kursi kayu tua di sebuah kedai teh kecil yang tersembunyi di sudut pasar bawah tanah. Tangannya yang kasar perlahan membolak-balik halaman sebuah buku katalog tua, matanya terpaku pada gambar kalung yang terlihat sangat familiar baginya.Kalung itu—dengan liontin berbentuk bulan sabit berukir rumit dan batu kecil berwarna kebiruan di tengahnya—bukan hanya sekadar perhiasan biasa. Itu adalah milik ibunya, sesuatu yang diwariskan secara turun-temurun di keluarga mereka. Mungkin, satu-satunya barang berharga yang pernah mereka punya. Namun, yang membuatnya terkejut adalah fakta bahwa kalung tersebut juga muncul dalam katalog ini, tercantum sebagai bagian dari satu set perhiasan kuno yang berasal dari peradaban yang telah lama punah."Bagaimana bisa...?" gumamnya, ujung jarinya menyentuh gambar itu seolah mencoba mencari jawaban. Kalung yang tampak sederhana, ternyata memiliki nilai yang tiada tara. Jika saja ia mengetahuinya
last updateLast Updated : 2025-02-06
Read more

Bab 59

Suasana di ruang kerja Lucas terasa lebih dingin dari biasanya. Langit senja memancarkan warna jingga samar yang masuk melalui jendela besar di belakangnya, tapi Lucas sendiri tampak tidak menikmati pemandangan itu.Ia duduk di kursinya, jemarinya mengetuk-ngetuk permukaan meja kayu dengan ritme pelan. Ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. Sejak beberapa jam lalu, anak buahnya memberi laporan bahwa seseorang sedang mencari Emma. Lucas langsung menginstruksikan penyelidikan lebih lanjut, dan kini ia menunggu hasilnya.Pintu diketuk.“Masuk,” ujar Lucas tanpa mengalihkan pandangannya dari meja.Stefan, salah satu orang kepercayaannya, masuk dengan langkah tegas, membawa laporan yang Lucas tunggu. Pria itu berdiri tegak di hadapan Lucas.“Kami sudah mendapatkan informasi lengkapnya, Boss,” kata Stefan.Lucas mengangkat kepalanya, menatapnya tajam. “Siapa orang itu?”“Namanya James Anderson. Seorang kolektor barang antik,”
last updateLast Updated : 2025-02-06
Read more

Bab 60

Bar yang dipenuhi asap rokok dan suara dentingan gelas itu sudah menjadi tempat favorit James Anderson sejak lama. Ia sering menghabiskan malam di sini, melepas lelah dengan segelas bourbon mahal dan percakapan tanpa makna dengan orang-orang yang sama-sama mencari hiburan sementara.Namun, malam ini berbeda.James tidak datang untuk bersenang-senang. Setelah berhari-hari bertanya ke sana kemari tentang keberadaan Emma, ia mulai merasa frustasi. Semua jalur yang ia coba selalu menemui jalan buntu. Tidak ada yang tahu di mana gadis itu sekarang.Dengan perasaan lelah, ia duduk di kursi bar, menyesap minumannya perlahan. Suasana di sekelilingnya riuh, tetapi pikirannya sibuk dengan satu hal—Emma dan kalungnya.Lalu, seseorang duduk di sampingnya."James Anderson," suara berat seorang pria menarik perhatiannya.James menoleh dan mendapati seorang pria dengan jas hitam mahal duduk di sebelahnya. Wajah pria itu dikenalinya—Robert Langs
last updateLast Updated : 2025-02-07
Read more
PREV
1
...
45678
...
10
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status