Share

Bab 39

Penulis: Dayu SA
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-03 10:00:57

Hari-hari setelah pengungkapan tentang Marco terasa lebih tegang daripada sebelumnya. Lucas menjadi lebih pendiam, pikirannya terus berputar mencoba merangkai semua potongan yang belum lengkap.

Sementara itu, Emma memilih untuk menjaga jarak, bukan karena takut, tetapi untuk memberi ruang bagi Lucas menghadapi kemarahannya. Namun, di dalam dirinya sendiri, Emma tahu bahwa diam saja bukanlah pilihan.

Pagi itu, Emma berjalan di sepanjang lorong kastil, mencoba mengalihkan pikirannya dengan aktivitas ringan. Aroma roti panggang dan kopi hangat menguar dari dapur, mengundangnya untuk masuk. Di sana, Marta terlihat sibuk mengatur sarapan, wajahnya tenang seperti biasa meskipun suasana kastil sedang diliputi ketegangan.

Emma duduk di salah satu kursi dekat jendela, menikmati secangkir teh hangat yang baru diseduh. Ia baru saja akan memulai obrolan ringan ketika pintu dapur terbuka, dan Marco masuk. Pria itu tampak santai, mengenakan jaket gelap dengan lengan digulung setengah.

Emma berusah
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Tawanan Cinta Sang Mafia    Bab 40

    Emma menelan ludah, mencoba mengendalikan detak jantungnya yang berdegup kencang. “Aku… aku melihat Marco keluar. Aku hanya—”“Kau hanya apa?” potong Lucas tajam. “Mengikuti dia? Sendirian? Tanpa berpikir panjang tentang apa yang bisa terjadi padamu kemudian?!”Lucas melepaskan genggamannya, tetapi sorot marah di matanya tidak berkurang sedikit pun. Ia berdiri tegak di hadapan Emma, tubuhnya sedikit membungkuk untuk menatap gadis itu lebih dekat.Emma mengatur napasnya, mencoba mencari kata-kata yang tepat. “Aku hanya ingin tahu ke mana dia pergi. Aku pikir—”“Kau pikir?” Lucas menahan tawa sinis. “Kau pikir ini permainan, Emma? Ini bukan sekadar mencari tahu rahasia seseorang. Ini berbahaya.”Emma menguatkan dirinya, menahan dorongan untuk mundur. “Aku tahu ini berbahaya. Tapi aku tidak bisa hanya duduk diam dan berpura-pura tidak ada yang terjadi!” suaranya meninggi, penuh emosi yang tertahan.Lucas menarik napas panjang, mencoba meredam kemarahannya. Ia menatap Emma beberapa detik

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03
  • Tawanan Cinta Sang Mafia    Bab 41

    Perjalanan pulang ke kastil diwarnai keheningan yang berat. Lampu jalan yang redup menerangi wajah Lucas yang tegang, matanya lurus menatap ke depan tanpa sedikit pun melirik Emma. Di sampingnya, Emma duduk kaku, jantungnya masih berdebar kencang, bukan hanya karena apa yang baru saja mereka lihat, tetapi juga karena amarah dingin yang jelas terasa dari pria di sampingnya.Sesampainya di kastil, Lucas langsung keluar dari mobil tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Ia berjalan cepat melewati lorong gelap menuju ruang kerjanya, meninggalkan Emma berdiri di halaman dengan udara malam yang menusuk.Emma menatap punggung Lucas yang menghilang di balik pintu, hatinya berperang antara rasa bersalah dan dorongan untuk membela diri. "Aku tidak bisa terus diam," gumamnya pelan, lalu melangkah masuk mengikuti Lucas.Di ruang kerja yang remang, Lucas berdiri di depan rak buku besar, punggungnya menghadap pintu. Tangannya terkepal di sisi tubuhnya, rahangnya mengeras. Emma masuk pelan, menutup pint

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03
  • Tawanan Cinta Sang Mafia    Bab 42

    Emma tidak tahu ke mana Marco dan pria asing itu membawanya. Begitu masuk ke dalam mobil, tangannya diikat erat ke belakang, lalu selembar kain hitam menutupi matanya. Jantungnya berdebar kencang, rasa takut perlahan merayap, menyelimuti pikirannya. Suara mesin mobil menggeram pelan, sementara getaran dari jalanan yang dilalui menambah kecemasan di dadanya.Selama hampir satu jam perjalanan, Emma mencoba menenangkan diri. Ia menghitung detak jantungnya, berusaha tetap fokus. Namun, setiap kali mobil berbelok tajam atau melambat, kecemasannya semakin memuncak. Aroma kulit jok yang usang bercampur dengan bau debu membuat napasnya terasa berat.Akhirnya, mobil itu berhenti. Emma mendengar suara pintu dibuka dengan kasar. Tak lama kemudian, tangan Marco yang kuat menarik lengannya, memaksanya keluar dari mobil.“Jangan coba-coba berteriak,” desis Marco dingin di telinganya.Emma menahan napas, mencoba melawan rasa takut yang menyergap. Ia dibawa masuk ke sebuah bangunan, dan aroma kayu tu

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03
  • Tawanan Cinta Sang Mafia    Bab 43

    Bab 43 - Di Balik RencanaUdara pagi masih dingin saat mobil melaju meninggalkan bangunan tua yang menjadi saksi bisu peristiwa malam itu. Emma duduk diam di kursinya, matanya melirik sekilas ke arah Lucas yang fokus menyetir. Wajah pria itu tenang, seolah apa yang baru saja terjadi tidak meninggalkan bekas apa pun di benaknya. Tapi Emma tahu, di balik ketenangan itu, ada banyak hal yang belum diucapkan.Setelah beberapa menit hening, Emma akhirnya bertanya, suaranya pelan namun sarat dengan rasa ingin tahu.“Bagaimana kau tahu aku ada di sana?”Lucas tidak langsung menjawab. Ia tetap memandang lurus ke jalan di depannya, seolah sedang menimbang-nimbang apakah harus memberi tahu atau tidak. Namun akhirnya, ia menarik napas pelan dan berkata, “Karena aku yang mengatur semuanya.”Emma mengerutkan kening, tidak mengerti. “Apa maksudmu?”Lucas menoleh sebentar, lalu kembali fokus ke jalan. “Aku tahu Marco mencurigakan sejak lama. Tapi dia terlalu pintar untuk meninggalkan jejak. Aku butuh

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03
  • Tawanan Cinta Sang Mafia    Bab 44

    Kastil kembali tenggelam dalam ketenangan yang semu setelah insiden penyelamatan Emma. Namun, Lucas tahu betul, ketenangan itu hanyalah topeng tipis yang menyembunyikan badai di baliknya. Ia duduk di ruang kerjanya, memandangi gelas kristal berisi bourbon yang hampir tak tersentuh. Bayang-bayang masa lalu menari di pikirannya, membentuk potongan-potongan kenangan yang tak pernah ingin ia ingat.Organisasi yang berada di balik penyusupan ke kastilnya ternyata bukan orang asing. Mereka adalah bagian dari jaringan keluarga ayahnya sendiri—orang-orang yang menganggap Lucas sebagai pewaris sah, yang seharusnya meneruskan tahta dunia gelap keluarga itu. Namun, mereka tidak tahu satu hal penting: Lucas sama sekali tak menginginkan warisan itu.Pintu ruang kerja terbuka pelan, menampilkan sosok Emma yang berdiri ragu. Luka di pergelangan tangannya sudah diobati, tapi sorot matanya masih menyimpan ketegangan dari kejadian beberapa hari lalu.“Kau seharusnya beristirahat,” kata Lucas tanpa meno

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03
  • Tawanan Cinta Sang Mafia    Bab 45

    Cahaya senja menyelinap masuk melalui jendela besar kamar Emma, membiaskan rona oranye lembut di dinding yang tenang. Namun, ketenangan itu berbanding terbalik dengan pikirannya yang penuh gejolak. Emma duduk di tepi ranjang, matanya tertuju pada kedua pergelangan tangannya yang masih menunjukkan semburat merah samar—bekas tali yang pernah mengikatnya saat penyekapan malam itu.Jari-jarinya mengusap pelan bekas itu, seolah mencoba menghapus bukan hanya luka fisik, tapi juga rasa tidak berdaya yang menghantuinya. Pikirannya melayang kembali ke saat itu—saat dia hanya bisa pasrah, tubuh gemetar, dan hati diliputi ketakutan yang nyaris membuatnya kehilangan akal."Bagaimana jika Lucas terlambat? Apa yang akan terjadi padaku?"Pikiran itu membuat napasnya tercekat. Ia tidak ingin merasa seperti itu lagi. Tidak ingin menjadi seseorang yang hanya menunggu untuk diselamatkan.Masih melekat jelas dalam ingatannya bagaimana rasa ketidakberdayaan itu menjangkiti tubuhnya. Dia begitu merasa lema

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03
  • Tawanan Cinta Sang Mafia    Bab 46

    Suara langkah kaki Emma bergema pelan di sepanjang koridor batu yang menuju ruang latihan. Udara pagi masih terasa dingin, namun semangatnya yang terus membara sejak latihan kemarin membuat tubuhnya cepat hangat. Otot-ototnya masih terasa kaku, terutama di lengan dan bahu. Meski begitu, semangatnya tidak surut.Ia menarik napas dalam-dalam, menenangkan pikirannya. Rasa sakit fisik bisa diatasi, tetapi ketidakmampuan untuk melindungi diri adalah sesuatu yang tak bisa diterima lagi. Ia tak ingin merasa tak berdaya seperti saat dirinya disekap waktu itu.Saat pintu kayu besar terbuka, pemandangan pertama yang menyambutnya adalah sosok Lucas yang berdiri di tengah ruangan latihan yang luas. Pria itu mengenakan pakaian latihan berwarna hitam sederhana, kontras dengan cahaya pagi yang masuk melalui jendela besar di belakangnya.Lucas menoleh, tatapan matanya langsung bertemu dengan Emma. Dingin dan tajam seperti biasa, namun ada kilatan samar di sana yang sulit dijelaskan."Kau terlambat du

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03
  • Tawanan Cinta Sang Mafia    Bab 47

    Udara pagi terasa lebih hangat dibandingkan kemarin, namun semilir angin tetap membawa kesejukan yang menenangkan. Setelah sesi latihan yang intens di ruang tertutup, Lucas memutuskan bahwa sudah waktunya bagi Emma untuk menghadapi tantangan baru.“Kita tidak akan berlatih di ruangan hari ini,” ucap Lucas singkat saat Emma baru saja tiba di ruang latihan.Emma mengernyit, menyeka sisa keringat di pelipisnya. “Ke mana?” tanyanya dengan nada penuh rasa ingin tahu.Lucas hanya melirik sekilas, kemudian berbalik tanpa menjawab. “Ikuti saja.”Rasa penasaran membuat Emma cepat-cepat mengatur langkahnya agar seirama dengan Lucas. Mereka keluar dari koridor batu, melewati taman belakang yang biasa mereka lewati saat berjalan santai, lalu terus menuju sebuah area luas yang belum pernah Emma lihat sebelumnya.Di sana, terbentang lapangan besar dengan berbagai fasilitas: area tembak dengan beberapa sasaran berdiri, arena terbuka untuk latihan bela diri, dan beberapa anak buah Lucas yang tengah b

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-04

Bab terbaru

  • Tawanan Cinta Sang Mafia    Bab 94 - Janji di Bawah Langit Malam [END]

    Emma menatap langit malam yang terbentang luas di atasnya. Kilauan bintang-bintang tampak berkelip di antara gelapnya malam, menciptakan pemandangan yang menenangkan. Angin berembus lembut, membelai kulitnya dengan kesejukan yang menenangkan. Ia berdiri di samping Lucas, di sebuah bukit kecil yang menawarkan pemandangan kota dari kejauhan. Tempat ini begitu sunyi, seolah terpisah dari dunia yang penuh hiruk-pikuk di bawah sana. Emma mengerti bahwa Lucas tidak membawa dirinya ke sini tanpa alasan. "Tempat ini..." Emma membuka suara, memecah keheningan di antara mereka. "Kenapa kau membawaku ke sini?" Lucas mengalihkan pandangannya dari hamparan kota dan menatap Emma. "Ini tempat yang sering kudatangi saat aku butuh berpikir," jawabnya pelan. "Di sini, aku bisa merasa bebas. Tidak ada gangguan, tidak ada tekanan, hanya aku dan pikiranku sendiri." Emma mengangguk mengerti. Ia bisa merasakan ketenangan yang sama. Dalam sebulan terakhir, hidup mereka penuh dengan kekacauan. Konflik

  • Tawanan Cinta Sang Mafia    Bab 93 - Masa Depan yang Baru

    Matahari baru saja terbit di ufuk timur, menyapu kediaman Lucas dengan cahaya keemasan yang lembut. Setelah malam yang panjang dan penuh ketegangan, pagi ini terasa lebih tenang. Tidak ada lagi ancaman yang membayangi, tidak ada lagi pertarungan yang harus dihadapi. Untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, Lucas bisa menarik napas lega.Ia berdiri di balkon kamarnya, menatap hamparan taman di bawah sana. Udara pagi yang sejuk menyentuh wajahnya, membawa aroma embun yang menyegarkan. Namun, pikirannya masih terpusat pada satu hal—Emma.Wanita itu telah melalui begitu banyak hal. Ia terluka karena menjadi bagian dari dunianya, dunia yang penuh dengan bahaya dan intrik. Tetapi, meskipun demikian, Emma tidak pernah menunjukkan penyesalan. Ia tetap berada di sisinya, menghadapi semuanya dengan keteguhan hati yang luar biasa.Lucas tahu, ada satu hal yang harus ia lakukan sekarang.Tanpa ragu, ia melangkah keluar dari kamarnya dan menuju ke kamar te

  • Tawanan Cinta Sang Mafia    Bab 92 - Penerimaan Antonio Aldrin

    Malam di kediaman Lucas begitu sunyi. Udara dingin menyusup melalui jendela besar di ruang kerjanya, tetapi pria itu tetap duduk tegak di balik meja kayu besar, menatap laporan-laporan yang tersusun rapi di hadapannya. Setelah semua konflik yang ia hadapi, organisasi mulai kembali stabil. Ia telah menyingkirkan Morelli dan Vasquez, membuktikan bahwa ia bukan pemimpin yang bisa diremehkan. Namun, Lucas tahu bahwa masih ada satu orang lagi yang harus ia hadapi—ayahnya.Seakan menjawab pikirannya, ketukan keras terdengar di pintu ruang kerjanya. Lucas tidak terkejut. Ia sudah menduga bahwa cepat atau lambat pria itu akan datang menemuinya."Masuk," katanya, suaranya tetap dingin dan terkendali.Pintu terbuka perlahan, memperlihatkan sosok Antonio Aldrin. Meski usianya sudah semakin tua, auranya masih menekan, menandakan bahwa ia adalah seseorang yang telah lama terbiasa dengan kekuasaan. Namun, malam ini, ada sesuatu yang berbeda pada dirinya. Sorot matanya t

  • Tawanan Cinta Sang Mafia    Bab 91 - Langkah Terakhir

    Malam sudah larut, tetapi Lucas masih duduk di ruang kerjanya, menatap peta besar yang terhampar di mejanya. Titik-titik merah menandai lokasi para sisa anak buah Morelli dan Vasquez yang masih berkeliaran. Beberapa di antara mereka sudah melarikan diri ke luar negeri, tetapi sebagian kecil masih bertahan, berusaha mencari perlindungan.Lucas menghela napas panjang. Satu langkah lagi, dan ini semua akan selesai.Pintu ruang kerja terbuka tanpa ketukan. Stefan masuk dengan ekspresi tegas. "Semuanya sudah siap. Anak buah kita sudah berada di posisi masing-masing."Lucas mengangguk, lalu berdiri. "Bagus. Pastikan tidak ada celah bagi mereka untuk melarikan diri.""Kita juga sudah mengamankan jalur komunikasi mereka. Jika mereka mencoba meminta bantuan, pesan itu tidak akan pernah sampai," tambah Stefan.Lucas menyeringai kecil. "Kali ini, aku ingin memastikan mereka tidak punya tempat untuk kembali."Stefan menatapnya sejenak sebelu

  • Tawanan Cinta Sang Mafia    Bab 90 - Langkah Baru

    Pagi menjelang dengan tenang di kediaman Lucas. Sinar matahari keemasan menyelinap melalui celah-celah jendela besar, menerangi ruangan dengan kehangatan yang lembut. Suara burung di kejauhan terdengar samar, berpadu dengan desiran angin yang berembus perlahan.Emma membuka matanya perlahan. Rasanya tubuhnya lebih ringan, meski masih ada sedikit nyeri di lengannya yang belum sepenuhnya pulih. Saat ia menggerakkan kepalanya, matanya langsung menemukan sosok Lucas yang masih duduk di sampingnya, menatapnya dengan ekspresi lembut."Kau tidak tidur?" suara Emma serak karena baru bangun.Lucas menggeleng pelan. "Aku hanya ingin memastikan kau baik-baik saja."Emma tersenyum kecil. Ia tahu Lucas masih merasa cemas, tetapi ia juga tahu pria itu tidak akan mengatakannya secara langsung. Jadi, ia hanya meraih tangan Lucas dan menggenggamnya erat. "Aku sudah lebih baik. Kau tidak perlu terus mengkhawatirkanku."Lucas menghela napas, lalu akhirnya i

  • Tawanan Cinta Sang Mafia    Bab 89 - Sisa-Sisa Pengkhianatan

    Malam telah larut ketika Lucas duduk di ruang kerjanya, menatap peta besar yang terbentang di atas meja. Wilayah kekuasaan yang sebelumnya dikuasai Morelli dan Vasquez kini sepenuhnya berada di bawah kendalinya. Namun, meskipun kedua orang itu telah ditangkap dan dihabisi, Lucas tahu bahwa masalah tidak berhenti di situ. Stefan berdiri di sampingnya, melaporkan perkembangan terbaru. "Beberapa anggota bawahan Morelli dan Vasquez masih bertahan. Mereka kehilangan pemimpin, tetapi tidak kehilangan ambisi." Lucas menghela napas. "Aku sudah menduga ini. Mereka tidak akan menyerah begitu saja." "Tepat," Stefan mengangguk. "Ada laporan bahwa sebagian dari mereka mencoba membentuk kelompok baru. Mereka masih belum cukup kuat untuk menantang kita secara langsung, tetapi jika dibiarkan, mereka bisa menjadi ancaman dalam beberapa bulan ke depan." Lucas menatap peta di hadapannya. "Siapa pemimpin mereka sekarang?" Stefan

  • Tawanan Cinta Sang Mafia    Bab 88 - Harga Sebuah Penghianatan

    Ruangan itu gelap dan dingin, hanya diterangi oleh satu lampu gantung yang menggantung rendah di langit-langit, memberikan cahaya redup yang membuat bayangan panjang di dinding. Bau debu bercampur darah masih terasa di udara, dan suara napas berat memenuhi keheningan.Di tengah ruangan, dua pria yang terikat pada kursi dengan tangan ke belakang tampak gemetar. Morelli dan Vasquez, dua pemimpin organisasi yang berani mengkhianati Lucas, kini tidak lebih dari bayangan diri mereka yang dulu.Lucas berdiri di depan mereka, mengenakan kemeja hitam dengan lengan yang digulung hingga siku. Matanya dingin, penuh ketegasan. Ia tidak langsung berbicara, membiarkan ketegangan menggantung di udara, membiarkan ketakutan menyusup ke dalam tulang kedua pria itu.Stefan berdiri di sudut ruangan, mengamati dengan ekspresi santai, tetapi matanya penuh kewaspadaan. Beberapa anak buah Lucas berjaga di sekitar, memastikan tidak ada celah bagi Morelli dan Vasquez untuk melarikan diri.Akhirnya, Lucas menar

  • Tawanan Cinta Sang Mafia    Bab 87 - Amarah yang Belum Reda

    Suasana di dalam kastil terasa tegang. Para penjaga masih berjaga di berbagai sudut, memastikan tidak ada lagi penyusup yang berkeliaran. Stefan telah memerintahkan pembersihan menyeluruh, tetapi atmosfer tetap dipenuhi ketegangan.Di dalam salah satu kamar di sayap barat, Emma terbaring di tempat tidur dengan perban yang melingkari bahunya. Dokter pribadi keluarga Aldrin baru saja selesai membersihkan dan menutup lukanya.Meskipun bukan luka yang fatal, rasa nyeri masih terasa setiap kali Emma bergerak. Namun, yang lebih mengganggunya bukanlah rasa sakit itu sendiri—melainkan ekspresi Lucas.Ia berdiri di sudut ruangan, diam, dengan ekspresi yang gelap dan penuh kemarahan yang tertahan.“Lucas…” Emma memanggil pelan.Lucas tidak segera menjawab. Ia hanya menatapnya dalam-dalam, seolah mencoba memastikan bahwa Emma benar-benar masih di sana, masih bernapas, masih hidup.Butuh beberapa saat sebelum ia akhirnya mendekat. Ia duduk d

  • Tawanan Cinta Sang Mafia    Bab 86 - Amarah yang Tak Terbendung

    Dunia seakan melambat saat suara tembakan bergema di luar kastil. Emma menatap keluar jendela dengan mata membelalak, napasnya tertahan melihat beberapa pria bersenjata yang mulai menyerbu area luar.Pelayan yang tadi bersamanya langsung menarik tangannya. “Nona, kita harus pergi! Ini berbahaya!”Emma tersentak dari keterkejutannya dan mengangguk cepat. Mereka berdua bergegas melewati koridor kastil yang panjang, tetapi baru beberapa langkah, suara ledakan kecil terdengar dari luar, mengguncang dinding-dinding kastil.Panik mulai menjalari tubuh Emma. “Lucas! Aku harus menemui Lucas!”“Tuan Lucas pasti sudah bergerak!” Pelayan itu mencoba menenangkannya, tetapi suara alarm yang mulai meraung di seluruh kastil membuat situasi semakin mencekam.Para penjaga segera bergerak, mengambil posisi untuk mempertahankan kastil dari serangan mendadak ini. Emma bisa melihat beberapa orang berlari menuju titik pertahanan, dan di tengah kekacauan itu, ia merasakan ketakutan yang luar biasa.Namun, s

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status