Home / Horor / Perempuan Berkhodam Pesinden / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Perempuan Berkhodam Pesinden: Chapter 51 - Chapter 60

62 Chapters

Mimpi Buruk

POV Sekar Arum Hari pertama di Desa Bringin yang dikenal sebagai "desa pesinden" membuatku berpikir, apakah benar langkah yang telah aku ambil? Bagaimana jika teror besar akan datang? Ah... Sudahlah! Aku butuh uang karena ibuku sedang kesulitan ekonomi, apalagi adik laki-lakiku sebentar lagi ujian kelulusan. Jika bukan karena uang, mungkin aku tidak akan mengikuti proyek penelitian ini. Setibanya di sana, kami disambut baik oleh pak kades yang merupakan paman dari Pak Sadewa. Semakin aku mengenalnya, menatapnya lebih dalam malah aku merasa takut padanya. Dia bukan pria biasa! Jika Pak Galih dengan segala kelebihannya membuatku takjub tapi berbeda dengan Pak Sadewa. Baru beberapa menit kami duduk, Mila sudah bergegas ke kamar mandi. Aku mengikuti tanpa sepengetahuannya dan mendengar dia muntah-muntah. Aku curiga kalau dia hamil! Apalagi dia tidak mengelak atas tuduhan ayam kampus yang ku alamatkan padanya! Ya Allah! Kenapa nasib dia harus setragis ini? Pria mana yang sudah mengha
last updateLast Updated : 2025-02-23
Read more

Desa Pesinden

Pov Galih Aku merasa janggal saat pertama kali menginjakkan kaki di desa ini. Aku beberapa kali memanggil khodamku tapi dia tak kunjung juga menunjukkan diri. Mungkin dia sedang sibuk di kerajaanya atau bersemedi untuk meningkatkan kemampuannya, hanya itulah alasan kenapa dia tidak berada di dekatku. Aku merasa Sadewa adalah sainganku sejak awal, entah mengapa sulit bagiku untuk membaca pikirannya, sama halnya dengan khodamku, ia seolah enggan menyampaikan info terkait Sadewa. Bahkan disaat aku berada di dekat Sadewa ia selalu tidak ada seperti menghindar saja. Siapakah sebenarnya Dewa ini? Apakah ia beneran Dewa yang sakti sampai khodamku yang seorang raja jawa pun tak bisa menandinginya? Aku menepis lamunanku saat melihat gadisku pergi ke arah toilet, sepertinya ia hendak mengikuti Mila. Tiba-tiba rasa penasaranku memuncak. Ku putuskan untuk mengikuti dan menguping pembicaraan mereka. Aku dengar bahwa Mila terus menerus mual dan muntah, apa dia hamil? meskipun benar tentu ini
last updateLast Updated : 2025-02-24
Read more

Desa Pesinden (2)

Galih nampak kebingungan, ia terus menerus mencari dimana keberadaan nenek tua yang memintanya untuk segera pergi dari desa itu. Setelah semua di rasa cukup, mereka segera bergegas pulang ke kontrakan yang disewa selama mereka berkegiatan di Desa Bringin. Jarak antara kontrakan dan balai desa tidaklah jauh, sehingga mereka berempat memutuskan untuk jalan kaki. Mereka melewati pohon bringin besar yang terletak di pinggir jalan arah masuk desa. Letaknya yang strategis membuat siapapun yang bisa melihatnya dengan mata telanjang, mereka bertiga terheran-heran sebab baru pertama kali melihat pohon sebesar itu secara langsung, lengkap dengan berbagai macam sesajen yang ada di bawahnya. "Pak, perasaan kami tadi tidak melihat pohon ini, mengapa tiba-tiba dia berada disini?", tanya Sekar yang mulai penasaran sebab sejak kedatangan mereka kemarin, tak ada seorangpun yang melihat pohon itu. "Kemarin kita lewat jalan utama, ini adalah jalan alternatif yang jarang dilalui kendaraan, tadi
last updateLast Updated : 2025-02-25
Read more

Desa Pesinden (3)

Tim periset terlihat sedang bergegas menuju rumah narsum sesuai kesepakatan semalam tetapi dengan sedikit perubahan. Dewa tidak bisa ikut karena mendadak ada urusan di luar desa yang membuatnya harus meninggalkan teman-temannya. Hal ini menjadikan perubahan pada formasi tim, Mila dan Adi bertugas untuk mewawancarai pak kepala desa sedangkan Galih dan Sekar bertugas untuk mewawancarai tokoh adat. Mereka kompak berangkat pukul 10 pagi setelah melakukan persiapan terlebih dahulu. Mereka menyewa sepeda motor warga agar memudahkan mobilitas selama melakukan proyek riset di desa Bringin atau desa pesinden yang terkenal banyak melahirkan sinden terkenal asal Yogyakarta. Dalam perjalanan tidak ada hambatan berarti sebab mereka sampai tempat tujuan sesuai perkiraan. "Assalamualaikum, permisi," ucap Sekar sambil mengetuk pintu rumah salah satu pesinden senior yang ada di desa tersebut. Tak butuh waktu lama, pintu itu terbuka dengan keberadaan seorang perempuan yang terlihat berusia sekita
last updateLast Updated : 2025-02-26
Read more

Desa Pesinden (4)

Mila dan Adi baru saja tiba di rumah pak kades, rumah itu terlihat sepi seperti biasanya, tidak ada suara orang yang sedang beraktivitas atau canda tawa anak-anak, rumah sebesar itu hanya dihuni oleh pak kades dan istrinya. Kalaupun ada pembantu, mereka tidak menginap, hanya bekerja dari pagi sampai sore saja. "Assalamualaikum, permisi," ujar Adi berulang kali, mengeraskan suaranya agar penghuni rumah mendengarknya dan segera membuka pintu. Terdengar derap langkah kaki dari dalam rumah seolah sang pemilik tengah bergegas untuk membuka pintu. Saat pintu dibuka terlihat perempuan paruh baya yang usianya sekitar empat puluh tahun. "Kalian mahasiswa yang mau meneliti desa ini? Silahkan masuk dan duduk," ucap ibu kades terlihat ramah, wajahnya terlihat tulus menyambut kedatangan mereka. Mereka duduk di ruang tamu sambil melihat ke sekelilingnya, terlihat foto keluarga di beberapa bufet yang menunjukkan gambar bu kades muda sedang menggendong bayi yang jumlahnya tiga foto yang berja
last updateLast Updated : 2025-02-28
Read more

Desa Pesinden (5)

"Gimana ini? Mana ponselku nggak ada sinyal," ujar Mila sambil menggerak-gerakkan ponselnya agar sinyal bisa masuk. "Mil, itu ada anak kecil main di dekat pohon bringin kita coba tanya mereka aja," ujar Adi yang dibalas anggukan kepala oleh teman risetnya. Adi melangkahkan kaki dengan ragu-ragu, ia merasa semenjak lewat jalanan ini sama sekali tidak ada tanda-tanda kehidupan, semua seolah serba mendadak. Tiba-tiba saja ada segerombolan anak kecil yang sedang bermain. "Dek, kalau mau ke arah kontrakan milik pak kades lewat mana ya?" tanya Adi sambil tersenyum ramah, tapi anehnya tak ada seorangpun yang merespon hingga ada seorang yang menepuk bahunya. Anak lelaki itu berjalan perlahan seolah menunjukkan arah pulang. Adi bergegas menghidupkan motornya yang melaju secara perlahan. Mereka akhirnya tiba di rumah kontrakan yang di maksud. Saat mereka hendak mengucapkan terima kasih, sang anak tiba-tiba sudah hilang, seperti lenyap di telan bumi. "Di, kamu ngerasa nggak? Ini sepert
last updateLast Updated : 2025-03-01
Read more

Desa Pesinden (6)

"Ayah kejam! Sudah menumbalkan ibu dan saudaraku! Kau lah iblis yang sesungguhnya!" teriak Joko yang sudah tak mampu lagi menahan amarahnya, bertahun-tahun ia diam dan selalu pasrah atas semua kejahatan ayahnya. "Dasar anak bodoh! Aku lakukan semua ini untukmu karena kamu sebenarnya adalah anak pilihan! Kamu bisa melebihi aku!" bantah ayah kades yang mulai tersudut, ia nampak ragu sebab sang anak sepertinya sudah di luar kendalinya. "Jangan kau bohongi aku lagi! Gendis mungkin kelak akan kau korbankan juga! Kau sudah tahu jika aku sangat mencintainya tapi aku nggak akan tertipu lagi!" tegas Joko yang sudah tak mampu lagi menahan arahnya, ia perlahan mendekat lalu dengan cepat menusukkan keris itu ke jantung ayahnya. "Kau... Akan menyesel, bodoh!" ucapnya perlahan, lalu meninggal sepersekian detik. Tiba-tiba lukisan itu seolah hidup, keluarlah Pesinden sambil menyanyikan lagu jawa yang diiringi dengan suara gamelan. "Sekar macem-macem aruming wangi, Minggah kadhaton ndhawuh
last updateLast Updated : 2025-03-02
Read more

Desa Pesinden (7)

"Sekar, aku ingin mengatakan suatu hal, desa ini tidak beres, pak kades adalah dalang di balik semua ini," bisik Adi yang mulai memceritakan kronologi kejadian di saat ia pingsan di dekat pohon bringin. Sekar mendengar dengan seksama sambil sesekali menganggukan kepala tanda memahami apa yang dibicarakan oleh pria yang sudah dua kali terlibat riset dengannya. "Kenapa kalian membicarakan hal sepenting ini tanpa sepengetahuanku?" tanya Galih yang tiba-tiba muncul dari arah luar mendekati Sekar dan Adi yang sedang mengobrol serius di ruang tamu. Mereka berdua hanya tersenyum kecut merasa tidak enak karena telah mengabaikan keberadaan Galih. Sekar akhirnya menceritakan ulang apa yang di dengarnya dari Adi. "Aku percaya pada kalian berdua, kemungkinan janin yang ada di kandungan Mila adalah korban selanjutnya," ungkap Galih memprediksi apa yang mungkin akan terjadi. "Iya pak, saya curiga Pak Dewa sengaja memilih desa ini untuk proyek riset, dia hanya sedang mencari cara untuk men
last updateLast Updated : 2025-03-04
Read more

Desa Pesinden (8)

POV SekarAku melihat ke sekelilingku, orang-orang sedang fokus merapalkan mantra-mantra yang dipandu oleh kepala desa. Tubuhku melemah seolah tak berdaya, hanya mata dan pendengaranku yang masih berfungsi dengan baik.Aku mendengar Pak Galih dan Pak Sadewa, sedang membahas ritual sesat ini. Awalnya aku mengira bahwa Mila dan jabang bayinyalah yang akan jadi tumbal tapi dugaanku ternyata salah besar! Aku baru menyadarinya saat Sadewa mulai menjelaskan duduk perkaranya.Ternyata Sadewa sengaja memanfaatkan Galih agar menyeretku dalam proyek terkutuk ini demi bisa membawaku ke desa ini. Sadewa tahu jika Sulastri selama ini menghilang bak di telan bumi. Ini menyebabkan aku yang seorang titisan getih wangi menjadi idaman dedemit karena tubuhku menarik perhatian mereka untuk mengambil alih.Nyai Kadasihlah yang membisikkan semua itu pada Sadewa dengan diiming-imingi kuasa dan pesona tak terbatas, jika ia berhasil menumbalkanku di sini. Mendengar fakta di luar dugaan, air mataku seketika me
last updateLast Updated : 2025-03-05
Read more

Desa Pesinden (9)

POV Sulastri Aku memutuskan untuk pergi ke kerajaanku semenjak pertempuran di gedung apartemen melawan hantu noni belanda. Dendam dan cintanya yang begitu besar membuatku kesulitan mengalahkannya meski akhirnya aku berhasil mengusirnya sebab berupaya mengambil alih Sekar. Sekar adalah wadah yang membuat semakin kuat dan awet muda. Dia adalah titisan getih wangi keturunan terakhir Ningsih yang bisa ku manfaatkan. Namun, di akhir hidupnya, cinta membuatnya lemah yang membuatku tak bisa lagi meneruskan perjanjian itu, ia bahkan tewas mengenaskan. Suatu kejadian terjadi begitu saja, di luar kendaliku. Hingga tibalah saat kelahiran Sekar yang sudah ku tunggu-tunggu sejak lama. Akibat pertentangan energi yang begitu kuat, ia seringkali sakit-sakitan dampak dari upaya dedemit yang mencoba menguasai jiwa dan raganya. Surti yang miskin tentu kebingungan, ia takut anaknya mati sia-sia jika tak segera di selamatkan. Kondisi itu aku manfaatkan untuk mempengaruhinya, aku membisikkannya unt
last updateLast Updated : 2025-03-07
Read more
PREV
1234567
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status