All Chapters of Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan: Chapter 41 - Chapter 50

65 Chapters

Akar dan Kehampaan

"Sumber kekecewaan itu berasal dari manusia, setidaknya itulah yang kupahami," "Lantas apakah aku sumber kekecewaanmu?""Tidak Harlan, kurasa akulah akar permasalahan dari semuanya," "Rigel ... tunggu!!!"Harlan terbangun di pagi hari dengan peluh keringat membanjiri tubuh atletisnya. Harlan langsung menduduki tubuhnya dengan napas tersenggal-senggal. "Lagi-lagi aku memimpikannya," ucap Harlan sambil mengusak rambut cokelat gelapnya itu. Harlan segera beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi. Ia menggosok gigi setelah itu mencuci muka. Jenggot tipis mulai tumbuh di dagu tirusnya. Cekungan mata hitam dibawah kedua matanya semakin gelap. Menandakan Harlan punya gangguan tidur yang parah. Harlan selalu memimpikan sosok Rigel.Sejak hilangnya Rigel dari Kota Sariya. Keberadaannya sampai tiga bulan ini tidak diketahui dimana pun. Rigel bagai lenyap ditelan oleh bumi. Sejak saat itu juga Harlan terus berusaha mencari keberadaannya meski hanya secerca informasi yang bisa ia dapatkan.
last updateLast Updated : 2025-03-03
Read more

Karsa

"Kenapa kau tidak menyadari kehadiranku, Permaisuriku?" tanya Adriel.Rigel membuka kedua kelopak matanya perlahan. Ia tidak menyadari keberadaan Adriel atau belum menerima keberadaan Adriel. "Apa yang ada diperasaanku hanya dilemma, atas apa yang kau berikan memberi lubang yang hampa," jawab Rigel."Maafkan aku, Pengantin bulanku," sahut Adriel. "Kau akan bilang jika ini semua demi kebaikanku, mengurungku disini?" ketus Rigel.Tiada hari tanpa membahas keinginan Rigel dan penobatan Adriel yang nyaris dilaksanakan itu. Adriel menghela napas. "Rig, penobatanku akan diadakan jadi memang aku berusaha melindungimu agar keluarga bangsawan lain tidak mengincarmu lagi," ucap Adriel berusaha membujuk Rigel tanpa jemu.Rigel sudah jenuh mendengar ucapan Adriel yang selalu sama. "Siapa yang kau maksud?" celetuk Rigel."Tempo waktu lalu Aquilina dan tak menutup kemungkinan akan ada lagi selagi politik singasana akan kosong, seperti inilah keadaannya yang berbahaya untukmu," jelas Adriel. Pria i
last updateLast Updated : 2025-03-04
Read more

Harsa

"Kembalilah padaku, kita ... perbaiki semuanya dari awal," ucap Rigel lirih. "Sudah terlambat Nak," sahut Karsa sambil membelai wajah Sang Anak.Rigel terdiam seribu bahasa. Bibirnya bergetar menahan isak tangisanya. Sang Ayah yang masih membelai wajahnya terasa hangat dan penuh kasih. Rigel merindukan kasih sayang ini sejak bertahun-tahun lamanya. Ia hidup tanpa cinta Ibu dan mendambakan kasih. Ia hanya hidup demi menyenangkan hati orang lain agar ia tak sendirian meski harga yang Rigel dapatkan harus menderita. "Kau sudah berjuang keras untuk hidup ini, Nak, tidak lelah sampai didetik ini, selamat atas pernikahanmu ... harapan dan kebahagian juga ada padanya, buka hatimu lebih jauh atas cinta yang sudah tumbuh," ucap Karsa yang tahu jika Rigel sedang mengandung benih cinta dari Pewaris Kerajaan New Neoma, yang seharusnya jadi musuh bebuyutannya."Aku ... aku dijebak untuk melahirkan keturunannya," sahut Rigel berusaha menahan isak. Karsa menatap lembut sosok Rigel yang rapuh itu.
last updateLast Updated : 2025-03-05
Read more

Sang Penyelamat

"Ada beberapa hal yang aku pelajari sejak aku berada disini, aku bisa kebal terhadap virus yang ada dari bumi asalku tapi aku justru dikurung di kerajaan ini dengan alasan sebagai permaisurimu?" tanya Rigel di kala pagi yang tenang bagi para anggota kerajaan.Adriel yang semula sedang menikmati sarapannya langsung menoleh menatap Rigel yang baru tiba itu. Wanita itu setiap hari hanya membuatnya semakin mengangumi Rigel. Adriel tersenyum tipis. "Akhirnya kau bicara padaku," celetuk Adriel seraya lanjut memotong daging asapnya. "Ya Tuhan Adriel, aku sedang bicara denganmu karena aku sudah lelah," ucap Rigel sesekali memengangi perutnya yang sudah semakin besar itu. Hari demi hari yang Rigel lalui hanya semu karena Adriel selalu menghindari pembicaraan mengenai tempat asalnya. Rigel yang melihat Adriel masih asik menyantap sarapannya pun jadi murka. Rigel berjalan mendekati Adriel tanpa perduli dengan kehadiran Ratu dan Raja yang ada di meja yang sama. "Aku mau kembali," ucap Rigel teg
last updateLast Updated : 2025-03-08
Read more

Hadiah Tak Terduga

Kedua mata merahnya membelalak menatap sebuah kotak yang baru saja ia buka. Sebuah anting bermata biru sayangnya hanya satu pasang sementara satu pasang lainnya tidak ada. Rigel sangat ingat jika anting itu milik Adriel tapi belakangan ini sejak tiba di Kerajaan New Neoma, anting itu tak pernah lagi dipakainya. Rigel yang penasaran pun memasang anting itu pada daun telinga kirinya. "Seingatku dia hanya memakai sebelah kanan, berarti ini bagian yang lain?" tanya Rigel seorang diri. Anting itu berkilau seketika. Kamar yang semula gelap itu kini jadi gemerlap. Rigel mengedip-ngedipkan kedua matanya saat berkas cahaya muncul dihadapan matanya. "Apa itu?" tanya Rigel terkejut.Cahaya berkilau dari anting memancarkan siluet sosok seseorang. "Salam Yang Mulia, hamba Vetle sebuah sistem informasi canggih yang bersedia membantumu," ucap Sosok Pria muda itu sembari membungkuk pada Rigel. Pancarannya seperti sebuah hologram yang berkilau-kilau indah. "Kau anting yang selalu dipakai Adriel, be
last updateLast Updated : 2025-03-09
Read more

Yang Mendukung Kebebasannya

"Rigel, jika kau memintanya ... aku akan bertaruh untuk membawamu kembali," ucap Harlan. Rigel terdiam usai mendengar ucapan Harlan. Kebebasan, itulah yang ia rindukan. Rigel terdiam sejenak mendengar ucapan Harlan. Ia hanya rindu pulang dan bebas. Perutnya mendadak terasa bergejolak dan bergerak samar. Rigel mengusap perutnya agar bayinya tidak bergerak yang menyebabkan rasa kram yang samar. "Pasti sulit mengalami masa kehamilan sendiri ya?" celetuk Corrie yang masih ada dalam tampilan layar. Corrie menatap Rigel dengan prihatin. "Kalau begitu kembalilah Yang Mulia," sahut Kaelar yang berdiri diambang pintu.Rigel terkejut menatap kehadiran Kaelar yang sudah melihat semuanya. "Aku ... tidak." Rigel bergumam dengan panik karena baru saja merasakan secercah harapan kini harus terpaksa kandas lagi. Rigel lelah dengan keinginan hampanya untuk merasakan kebebasan itu."Aku benar-benar mendukungmu Yang Mulia," ucap Kaelar. "Kenapa kau melakukan itu?" tanya Rigel sulit percaya."Menyaks
last updateLast Updated : 2025-03-10
Read more

Hari Penobatan

"Rigel, wah, kau tampak luar biasa cantik," ucap Adriel yang mendatangi kamar Rigel. Kala itu Rigel sudah bersiap mengenakan gaun panjang hijau tua. Rambut hitamnya dibiarkan tergerai. Rigel masih duduk di depan meja riasnya. Ia tetap diam saat Adriel mendekatinya sembari mengusap perut bundarnya itu. "Sebentar lagi kau jadi Raja, apakah dengan begitu aku akan bebas ke bumi?" tanya Rigel sembari memejamkan kedua matanya merasakan sensasi hangat tangan Adriel yang mengusap perutnya. Rigel tak membenci Adriel apalagi dengan kenyataan jika dialah ayah dari bayi yang ia kandung. Rigel hanya benci cara Adriel mencintainya. Adriel terkekeh geli namun masih mengusap perut Sang Permaisuri. "Candaanmu setiap hari selalu menggemaskan, aku sudah memberimu istana dan keamanan, seharusnya kau selalu ada disisiku," jawab Adriel tetap sama."Itu pertanyaan terakhirku, jadi apakah kau tetap mengurungku disini?" tanya Rigel."Sayang, kita sudah bahas soal ini bukan? Seorang Permaisuri seharusnya me
last updateLast Updated : 2025-03-11
Read more

Perpisahan

"Yang Mulia, pesawatmu sudah siap," ucap Kaelar berbisik pada Rigel. Rigel sempat terdiam sejenak. Ia harus melarikan diri saat kesempatan emas ada di depan matanya. "Bagaimana dengan Adriel?" tanya Rigel."Pendeta Stella juga akan membantu mengalihkan Yang Mulia Adriel," jawab Kaelar."Apa dia juga tahu?""Benar, Yang Mulia Stella ... beliau yang memberi kapal pesawat pribadinya untukmu, namun hamba tak bisa membantumu menyetir pesawat itu tapi jangan khawatir pada koordinat tertentu Kapten Zidane sudah menunggumu saat ini juga," "Aku harus bergegas Kaelar," ucap Rigel. Kala itu seharusnya Rigel segera bergegas melarikan diri dari hiruk pikuk pesta namun dari kerumunan Para Bangsawan yang mengelilingi Adriel. Pria itu, yang baru saja menaiki takhta kerajaan justru berjalan keluar untuk menghampiri Sang Isteri. Rigel saat itu baru berdiri dari kursi tempatnya duduk. Ia sempat melirik Kaelar Sang Ajudan yang langsung berdiri sigap. Rencananya tetap harus berhasil, setidaknya itula
last updateLast Updated : 2025-03-12
Read more

Beku yang Dingin

"Itu bukan ...," ucap Adriel terjeda karena Rigel meringis pelan sembari memengangi perutnya. Adriel langsung mengusap perut Rigel sambil juga mengusapi lekuk pinggangnya. Adriel tetap mengusap pelan perut Rigel dengan sayang sampai Rigel perlahan-lahan tak meringis lagi."Aku benci padamu tapi anak ini tampaknya menyayangimu," sahut Rigel. Adriel menatap Rigel dengan tatapan yang sulit diartikan. "Apakah begitu?" tanyanya. Rigel menoleh untuk menatap langsung tatapan dari Adriel, Setidaknya ia berharap akan ada secercah harapan untuknya. Rigel tertegun sejenak untuk menatap sepasang mata biru yang dingin memandangnya itu. Rigel tahu jika Adriel tak mau ditentang meski ini mengenai perasaannya sendiri. Tatapan biru nan dingin itu sudah jadi jawaban atas pertanyaannya sendiri."Raja bisa memerintah kerajaannya tapi tidak dengan hati seseorang," ucap Rigel sembari membalikkan tubuhnya. "Rigel!" panggil Adriel. "Kau milikku, itulah hal yang pasti." Adriel berucap tegas meski saat itu
last updateLast Updated : 2025-03-13
Read more

Melarikan Diri

"Yang Mulia Stella, alihkan perhatian para penjaga, kumohon!" Kaelar memohon pada Stella juga sembari menghampiri Rigel. "Serahkan padaku," sahut Stella yang juga berpisah dengan mereka.Kini Rigel menaiki mobil yang dikendarai oleh Kaelar. Kaelar menyetir dengan cepat. "Kita bertaruh dengan waktu karena saat ini penjagaan sedang mengawasi keamanan Yang Mulia Adriel, Anda bisa memanfaatkan waktu ini," ucap Kaelar sesekali melirik Rigel. Rigel sedari tadi hanya diam membungkam karena isi kepalanya penuh dan berisik. Banyak hal yang Rigel pikirkan terutama ia harus kembali dengan kenyataan kemampuan yang ia miliki. "Baiklah, aku harus pergi ... bagaimana denganmu sendiri?" tanya Rigel."Keamanan Anda dan hidup banyak lebih penting dari nyawaku," ucap Kaelar sembari menyetir. Kedua mata Pria itu kemilau karena berkaca-kaca. Ia langsung menaikkan kecepatan mobil untuk melesat membelah jalanan sepi karena hiruk pikuk keramaian sedang berada di Kuil Dewi Bulan. Rigel hanya diam menuruti
last updateLast Updated : 2025-03-14
Read more
PREV
1234567
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status