Tous les chapitres de : Chapitre 41 - Chapitre 50

70

Penasaran

Nicolas menghela napas panjang, merasa kesal. "Aku tidak suka dipaksa, Alex."Alex mengangkat bahu. "Tapi ini bagian dari bisnis. Jika kita menolak, bisa saja tender kita melayang."Nicolas menyandarkan punggung ke kursi, matanya menatap tajam ke arah Alex. "Jadi menurutmu aku harus meladeni keinginan seorang wanita yang hanya ingin makan malam denganku?"Alex tersenyum tipis. "Kalau memang itu harga yang harus dibayar untuk mendapatkan proyek besar, kenapa tidak?"Nicolas mendecak pelan. "Tidak ada jaminan kita menang tender hanya karena aku makan malam dengannya.""Tapi setidaknya itu menunjukkan itikad baik," ujar Alex.Nicolas terdiam sejenak, lalu mengusap wajahnya. Ia paling tidak suka jika urusan bisnis dicampur dengan kepentingan pribadi."Baiklah," ucapnya akhirnya. "Tapi aku tidak mau berlama-lama."Alex terkekeh. "Santai saja, Bos. Lagipula, siapa tahu Bu Maya hanya ingin mengenalmu lebih baik."Nicolas mendengus. "Aku tidak tertarik.""Tapi kau tertarik pada Ros?" goda Ale
last updateDernière mise à jour : 2025-02-08
Read More

Wanita masa lalu

Begitu intes memperhatikan Ros di foto, Tiba-tiba ingatannya kembali pada enam tahun silam."Ada apa lagi?" tanya Alex. "Kenapa di sini mata Ros cokelat? Bukannya biasanya hitam?" Nicolas mengernyitkan kening. "Ada yang salah? Mungkin dia menggunakan softlens cokelat." "Tapi, Ros seperti.... "Nicolas menggigit bibirnya, mencoba menggali ingatannya lebih dalam. Sosok dalam foto itu, dengan mata cokelat yang menatap hangat ke arah El, terasa begitu familiar. Bukan sekadar karena dia sering melihat Ros belakangan ini, tapi lebih jauh—lebih lama dari yang ia sadari.“Seperti siapa, Bos?” Alex bertanya, penasaran dengan perubahan ekspresi Nicolas yang terlihat sedikit terguncang.Nicolas mengusap wajahnya, matanya masih terpaku pada layar ponsel. “Seperti seseorang dari masa lalu. Tapi aku belum bisa memastikan.”Alex mendekat, mencoba melihat foto yang diperhatikan bosnya dengan begitu serius. "Maksud Anda... mantan istri Anda?"Nicolas mendongak, menatap Alex tajam seolah kata-kata i
last updateDernière mise à jour : 2025-02-09
Read More

Ajakan Makan Malam

Setibanya di rumah sang nenek, Ros langsung menemui Oma Agata yang duduk di ruang tamu dengan wajah serius. "Ada apa, Nek? Kenapa mendadak sekali aku harus pulang?" Oma Agata menatap Ros dengan mata penuh pertimbangan. "Aldo semakin mendesak. Dia ingin bertemu denganmu." Ros mengepalkan tangannya. "Untuk apa lagi? Aku sudah jelas-jelas menyelamatkan perusahaan ini dari kehancuran yang dia sebabkan, dan sekarang dia mau mengambilnya kembali?" "Dia bilang itu haknya," sahut sang nenek dengan nada penuh kekecewaan. Ros tertawa sinis. "Hak? Dia bahkan tidak pernah peduli pada perusahaan ini sebelumnya!" Oma Agata menghela napas. "Ros, aku hanya ingin kamu bersiap. Aldo bukan orang yang bisa diremehkan." Ros menatap neneknya dengan mata penuh keteguhan. "Aku tidak akan menyerah, Nek. Perusahaan ini milik kita. Aku akan mempertahankannya." Oma Agata tersenyum tipis. "Itu cucuku." "Nyonya Agata, ada Tuan Tian di luar," ucap Asisten rumah tangga. "Suruh masuk. " Tidak lama pria tam
last updateDernière mise à jour : 2025-02-09
Read More

Tanda lahir

Nyonya Sandrina menyilangkan tangan di dada saat melihat Nicolas mengenakan jasnya dengan rapi. “Jadi, kau tetap bersikeras membawa El ke acara makan malam itu?” tanyanya dengan nada tak setuju.Nicolas merapikan dasinya di depan cermin. “Ya.”“Nic, ini sudah melewati jam tidurnya. El bisa rewel nanti.”“Aku bisa menanganinya,” jawab Nicolas santai.Nyonya Sandrina menghela napas. “Atau... kau hanya tak mau pergi berdua dengan Ros?”Gerakan tangan Nicolas terhenti sesaat. Ia menoleh ke arah ibunya, matanya menyipit tajam. “Apa maksud Mama?”Nyonya Sandrina tersenyum miring, merasa menang. “Aku tahu kau. Kalau saja ini hanya tentang makan malam bisnis biasa, kau tak perlu repot-repot membawa El, kan? Tapi karena ini tentang Bu Maya...”Nicolas mendecak, berjalan menuju lemari kecil dan mengambil arloji. “Mama terlalu banyak berasumsi.”“Oh? Lalu kenapa tidak berdua saja dengan Ros?”Nicolas menatap ibunya sekilas, lalu akhirnya mendesah panjang. “Karena aku ingin menghindari Bu Maya.”
last updateDernière mise à jour : 2025-02-10
Read More

Awal Sebuah Kelanjutan

Saat Ros keluar dari kamar El, langkahnya terasa goyah. Wajahnya pucat pasi, seolah baru saja mendengar kabar buruk. Dadanya masih berdebar keras, dan tangannya gemetar meski ia berusaha menggenggam gaunnya erat-erat. Nicolas yang sejak tadi menunggu langsung menghampirinya. Tatapannya tajam, menyelidik. “Ada sesuatu?” tanyanya dengan nada waspada. Ros tersentak, lalu buru-buru menggeleng. “Tidak, saya siap sekarang.” Netranya menatap Nicolas, dia mencoba meyakini jika El memang anak Nicolas dan bukan anaknya. Anaknya sudah lama meninggal. Nyonya Sandrina yang sedang duduk di sofa ikut memperhatikan ekspresi Ros. Kerutan halus di dahinya menunjukkan keheranan. “Ros, kenapa wajahmu terlihat pucat?” tanyanya penuh perhatian. Ros kembali menggeleng, mencoba menutupi ketakutan yang masih menyelimuti pikirannya. “Saya hanya merasa sedikit pusing. Tidak apa-apa.” Nicolas menyipitkan mata, tidak begitu percaya. Namun, ia tidak ingin memperpanjang pembicaraan. “Baiklah, kalau kamu mer
last updateDernière mise à jour : 2025-02-10
Read More

Pengakuan Dadakan

Ros tersentak saat merasakan genggaman hangat di tangannya. Nicolas menariknya dengan ringan namun tegas, seolah-olah itu adalah hal yang biasa mereka lakukan.“Tuan, apa ini tidak berlebihan?” bisik Ros, sedikit panik.Nicolas tetap melangkah tanpa melepas tangannya. “Kita harus terlihat meyakinkan,” jawabnya santai, meskipun ada senyum samar di sudut bibirnya.Ros menghela napas, berusaha menenangkan detak jantungnya yang sedikit tidak beraturan. “Tapi, bagaimana jika Bu Maya melihat dan menganggap ini serius?”Nicolas menoleh sekilas, tatapannya tajam. “Bukankah itu tujuannya?”Ros terdiam. Ya, dia tahu alasan Nicolas membawanya ke sini. Tapi tetap saja, sikap pria itu terasa sedikit berlebihan.Begitu mereka masuk ke restoran, beberapa pasang mata langsung melirik ke arah mereka. Nicolas yang tampan dan berkarisma, serta Ros yang anggun dalam balutan gaun yang membuatnya tampak berbeda dari biasanya, tentu menjadi perhatian.Seorang pramusaji segera menghampiri mereka. “Selamat ma
last updateDernière mise à jour : 2025-02-10
Read More

Rasa Yang Sama

Tanda lahir El membuat Ros kembali memikirkan anak itu. Dalam perjalanan di mobil, Ros sesekali menoleh ke arah Nicholas. Namun, wanita itu kembali menatap jalanan saat pria di sampingnya protes."Jangan berpikir kejadian d li tempat Bu Maya kamu menjadi besar kepala," ujar Nicolas. "Besar kepala bagaimana?""Kamu pikir saja naksir sama kamu kan dan kamu mulai kepedean."Ros terkekeh, "Tuan, yang memulai permainan siapa. Kenapa harus saya yang baper. Saya enggak. Mikir kok bakal naksir sama cowo kaya Tuan. Saya cukup tahu diri, Tuan saja yang berlebihan. Harusnya Tuan bilang saja langsung ke bu Maya kalau tidak suka dan masih nyaman menduda."Benar juga yang di katakan Ros pikir Nicolas kenapa harus dia mengaku jika Ros calon istrinya.Nicolas melirik Ros sekilas sebelum kembali fokus menyetir. Rahangnya sedikit mengeras, merasa tak suka dengan cara Ros berbicara yang begitu santai seolah-olah dia memang pria menyedihkan yang tak bisa menolak seorang wanita secara langsung."Kau piki
last updateDernière mise à jour : 2025-02-11
Read More

Teka Teki

Ros, yang akhirnya sadar sepenuhnya, langsung membulatkan mata."T-Tuan Nicolas?!"Nicolas langsung berusaha bangkit, tapi karena terlalu terburu-buru, tangannya justru tersangkut di selimut, membuatnya hampir jatuh lagi."Kau ini, kenapa harus bangun sekarang?!" omelnya, wajahnya memerah karena canggung.Ros, yang juga panik, buru-buru mendorong dada Nicolas. "SAYA yang harus bertanya! Apa yang Tuan lakukan di atas saya?!""Aku tidak sengaja! Kau yang sulit dibangunkan!" balas Nicolas, akhirnya berhasil berdiri dan menjauh.Ros langsung duduk, wajahnya masih merah padam. "Lalu kenapa harus menjatuhkan diri ke atas saya?!""Itu kecelakaan!" Nicolas mendengus, lalu menatapnya tajam. "Dan lagi, aku yang harusnya kesal! Aku sudah capek-capek membawamu ke sini, tapi kau malah tidur seperti batu!"Ros berkedip beberapa kali, masih berusaha memahami apa yang terjadi.Tunggu… tidur?Dia mengingat-ingat dan baru sadar bahwa terakhir yang dia ingat adalah duduk di dalam mobil."K-Kenapa saya b
last updateDernière mise à jour : 2025-02-11
Read More

Tentang El

Ros merasakan tubuhnya melemah. Kakinya seolah kehilangan tenaga untuk berdiri tegak. Apa yang baru saja dikatakan Suster Ana terus berputar di kepalanya."Nyonya Sandrina membawa El pada Nyonya Erika."Ros menelan ludah. Jantungnya berdegup kencang. Nyonya Erika? Nama itu terdengar tidak asing, tapi pikirannya masih terlalu kacau untuk mengingat lebih jauh.Suster Ana yang menyadari perubahan wajah Ros buru-buru berdeham, mencoba mengalihkan perhatian. "Ros, lupakan yang tadi aku bilang. Aku cuma asal bicara."Namun, Ros tidak bisa tinggal diam. Dengan cepat, ia melangkah ke depan Suster Ana, menghentikan langkah wanita itu. "Sus, apa maksudmu? Kenapa Nyonya Sandrina membawa El ke Nyonya Erika?"Suster Ana terlihat gugup. Matanya beralih ke kanan dan kiri, seakan memastikan tidak ada orang yang mendengar."Ros, tidak di sini," bisiknya.Suster Ana lalu meraih pergelangan tangan Ros dan menariknya ke sisi lain rumah, menjauhi jangkauan CCTV. Mereka berdiri di sudut lorong yang sepi, d
last updateDernière mise à jour : 2025-02-12
Read More

Masih mencari Tahu

Ros menarik napas dalam, menatap lurus ke arah Suster Ana. Ada banyak hal yang ingin ia katakan, tapi lidahnya terasa kelu. Kepercayaannya terhadap wanita di depannya masih samar. Ia tidak bisa begitu saja membuka luka lama, terutama kepada seseorang yang belum tentu berpihak padanya."Aku hanya merasa ini aneh, Suster," ujar Ros akhirnya, memilih kata-kata yang lebih aman. "Kenapa El bisa memiliki tanda lahir seperti itu? Dan kenapa ada begitu banyak rahasia di sekitar keluarganya?"Suster Ana menghela napas, menoleh ke sekitar sejenak untuk memastikan tidak ada yang memperhatikan mereka. "Ros, aku mempercayaimu. Tapi aku juga tidak bisa mengatakan semuanya. Jika aku berbicara terlalu banyak, bisa-bisa aku kehilangan pekerjaanku."Ros mengerti, tapi tetap saja hatinya gelisah. "Aku tidak akan memaksa, Suster. Aku hanya ingin tahu... apa El benar-benar bukan anak kandung Tuan Nicolas dan Nyonya Erika?"Suster Ana terdiam, lalu menatap Ros dalam-dalam. "Sejujurnya, aku juga tidak tahu
last updateDernière mise à jour : 2025-02-13
Read More
Dernier
1234567
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status