All Chapters of Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya! : Chapter 51 - Chapter 60

70 Chapters

Posesif

"Nic, kamu kenapa si dari tadi melihat jam saja?""El nanyain Ros. Dari tadi ke swalayan tapi belum pulang.""Kamu apa El?"Nicolas mendongak menatap ibunya yang tersenyum penuh arti."Apa maksud Mama?" tanyanya, berusaha terdengar santai.Nyonya Sandrina mengangkat bahu. "Ya, tadi kamu bilang El yang nanyain Ros, tapi yang dari tadi mondar-mandir dan lihat jam itu siapa?"Nicolas mendengus, lalu menyandarkan tubuhnya ke sofa. "Sudahlah, Ma. Aku cuma heran, biasanya nggak selama ini kalau cuma ke swalayan."Nyonya Sandrina menyesap tehnya dengan tenang. "Atau kamu khawatir Ros pergi ke tempat lain?"Nicolas diam. Tidak, dia tidak mau mengakui kalau ada sedikit rasa gelisah dalam dirinya."Sudahlah, Nic. Kalau memang dia ada urusan, biarkan saja. Lagipula, dia pasti tahu batasannya," lanjut Nyonya Sandrina santai.Nicolas tidak menjawab. Namun, entah kenapa, perasaan tak nyaman itu tetap ada. Kenapa lama sekali?Nicolas bersedekap di depan ruang tamu, rahangnya mengeras setiap kali mat
last updateLast Updated : 2025-02-14
Read more

Izin atau mengundurkan diri

Ros menarik napas dalam-dalam.Sejak pagi, hati dan pikirannya terus bertarung.Dia ingin meminta izin untuk pulang ke rumah sang ayah, tapi takut jika permintaannya ditolak.Bagaimanapun juga, dia baru saja bekerja di rumah ini sebagai seorang suster pribadi."Tapi, aku harus mencobanya..."Dengan langkah mantap yang dibalut keraguan, Ros akhirnya berjalan menyusuri koridor rumah megah itu, mencari seseorang yang bisa membantunya mencari tahu lebih dulu.Di ujung tangga, dia melihat seseorang—Sofia, asisten pribadi Tuan Nicolaas."Mungkin dia tahu sesuatu..."Ros mempercepat langkahnya dan memanggilnya pelan."Sofia!"Sofia menoleh, sedikit terkejut. "Ya? Ada apa, Ros?"Ros menelan ludah. "Aku... hanya ingin tahu. Apa Tuan Nicolaas biasanya memberi izin kalau ada urusan mendesak?"Sofia menaikkan sebelah alisnya, menatap Ros dengan penuh tanya."Kenapa? Kamu mau izin?"Ros mengangguk pelan.Sofia menghela napas, lalu berbisik, "Kalau baru bekerja seperti kamu, biasanya sulit."Jawaba
last updateLast Updated : 2025-02-16
Read more

Kerasnya hati sang bos

Ros menatap Nicolas dengan mata membulat, seakan tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Dadanya naik turun, napasnya memburu."Tuan… apa maksud Anda?" suaranya bergetar, berusaha memahami perkataan pria itu.Nicolas memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana, wajahnya tetap dingin. "Kau ingin pergi, bukan? Aku memberimu izin. Tapi jangan berharap bisa kembali bekerja di sini setelahnya."Ros menggeleng cepat. "Tapi, saya tidak pernah bilang ingin berhenti bekerja.""Kau pikir aku bodoh, Ros?" Nada suara Nicolas terdengar rendah, namun penuh ketegasan. "Aku tahu kau sedang menyembunyikan sesuatu. Aku tidak suka orang yang bekerja denganku penuh dengan rahasia."Ros menggigit bibirnya, menahan emosi yang meluap dalam dadanya. "Saya tidak menyembunyikan apa pun, Tuan," katanya lirih.Nicolas tertawa kecil, tapi tidak ada kebahagiaan dalam tawanya. "Benarkah? Lalu kenapa kau pergi begitu lama? Kenapa harus ikut Suster Ana? Kenapa terlihat gugup saat kutanya?"Ros terdiam. T
last updateLast Updated : 2025-02-17
Read more

Kejam

Nyonya Sandrina menatap Ros dengan tatapan penuh selidik. Seakan tak percaya bahwa Nicolas benar-benar mengusir wanita itu.“Kamu pasti salah dengar, Ros,” ucapnya, mencoba menenangkan suasana. “Nicolas memang keras kepala, tapi aku tahu dia tidak akan semudah itu melepaskan orang yang berharga bagi El.”Ros tersenyum hambar. Hatinya sebenarnya ingin percaya, tapi kenyataan berkata lain. “Saya rasa tidak ada yang perlu disalahpahami, Nyonya. Tuan Nicolas sudah jelas mengatakan saya tak perlu kembali.”Nyonya Sandrina mendesah, lalu melipat tangannya di depan dada. “Aku tidak akan membiarkanmu pergi sebelum aku bicara dengan Nicolas.”Ros menggeleng cepat, matanya berkabut. “Tidak perlu, Nyonya. Saya sudah cukup mengerti posisinya. Lagipula, saya memang harus pulang. Ayah saya sakit keras.”Nyonya Sandrina mengerutkan kening. “Kenapa kamu baru bilang sekarang?”Ros menggigit bibirnya, merasa bersalah karena harus berbohong. “Saya tidak ingin merepotkan siapa pun di sini, termasuk Tuan
last updateLast Updated : 2025-02-18
Read more

Permulaan

Ros turun dari taksi dengan koper kecilnya, menatap rumah sederhana yang selalu memberinya kehangatan di masa kecil. Sebelum mengetuk pintu, ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan detak jantungnya yang tak karuan.Pintu terbuka sebelum Ros sempat mengetuk. Oma Agata berdiri di sana, mengenakan daster dan cardigan wol kesayangannya. Kerutan di wajahnya semakin jelas, tapi matanya masih memancarkan kelembutan yang sama.“Ros?” Mata Oma Agata membulat heran. “Kamu kenapa tiba-tiba datang, Nak?”Ros tak menjawab, hanya melangkah masuk dan langsung duduk di kursi ruang tamu. Ia meremas jemarinya sendiri, hatinya terasa penuh sesak.Oma Agata menutup pintu, lalu mendekat dengan raut cemas, "wajahmu juga terlihat lelah.”Ros menatap neneknya, matanya berkaca-kaca. “Oma, aku… aku menemukan sesuatu.”Oma Agata duduk di sebelahnya, menggenggam tangan cucunya erat. “Apa yang kamu temukan?”Ros mengusap wajahnya, mengatur napas sebelum bicara. "El, Dia punya tanda lahir yang sama persis de
last updateLast Updated : 2025-02-18
Read more

Terbongkar nya sebuah rahasia

Tian datang saat Ros besama Oma Agata. Pria kepercayaan Sang nenek itu datang menghampiri dan telihat cemas. "Oma, kita tidak bisa diam saja. Ayo kita mulai pencairan cucu Anda. Kita mulai dari rumah Ayahnya, Aldo sudah mulai betindak ingin menguasai sebagian perusahaan. Kita harus cepat bertindak." Oma Agata mengepalkan tangannya, ekspresinya menegang. “Aku sudah menduga Aldo tidak akan tinggal diam. Dia selalu punya rencana licik.” Ros yang duduk di sampingnya langsung menoleh pada Tian. “Jadi, bukan hanya tentang anakku, tapi juga perusahaan?” Tian mengangguk. “Benar. Sejak kamu pergi, Aldo perlahan mengambil alih kekuasaan di perusahaan Oma. Sekarang, dia mencoba menguasai sebagian besar saham dengan berbagai cara. Jika kita tidak segera bertindak, bisa jadi semuanya akan jatuh ke tangannya.” Ros menarik napas dalam, hatinya semakin resah. “Aku memang ingin mencari tahu soal anakku, tapi sekarang ini juga menyangkut warisan Oma. Jika aku tidak kembali, dia akan memiliki segala
last updateLast Updated : 2025-02-19
Read more

Investasi baru

Nicolas heran dengan pembatalan meeting oleh nyonya Agata. Namun, alex mengatakan jika sedang terjadi perebutan kekuasaan di keluarga Agata. Nicolas agak heran karena dia hanya tahu nyonya Agata tidak memiliki cucu.Nicolas menyandarkan punggungnya ke kursi, matanya menyipit mendengar laporan Alex. "Perebutan kekuasaan? Bukankah Nyonya Agata tidak memiliki ahli waris langsung?"Alex mengangguk pelan. "Itu yang kita tahu selama ini. Tapi, ada sesuatu yang berubah. Aldo, cucu keponakan Nyonya Agata, mulai bertindak seolah-olah dia pewaris sah."Nicolas mengetuk meja dengan jarinya, wajahnya tak menunjukkan ekspresi, tapi pikirannya berputar cepat. "Kenapa sekarang? Nyonya Agata cukup kuat memegang kendali perusahaan selama ini.""Entahlah, Tuan. Tapi rumor yang saya dengar, ada seseorang yang kembali. Seseorang yang bisa mengubah permainan ini," ucap Alex dengan nada misterius.Nicolas mendongak, matanya menajam. "Seseorang?"Alex ragu sejenak sebelum menjawab, "Aku belum mendapatkan in
last updateLast Updated : 2025-02-20
Read more

Pikiran aneh

Ros mengepalkan tangannya erat. Hatinya masih berdebar hebat setelah mendengar kebenaran dari Oma Agata. Dia adalah cucu kandung dari wanita itu. Tapi, Ros tahu dia tidak bisa hanya percaya begitu saja tanpa bukti kuat. Tes DNA adalah langkah yang harus dia ambil.Oma Agata, yang sejak tadi tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya, menggenggam tangan Ros dengan erat. “Kita buktikan semuanya, sayang. Setelah ini, tak akan ada yang bisa meragukanmu, termasuk Aldo.”Tian, yang selalu setia berada di sisi mereka, mengangguk. “Aku sudah mengatur semuanya. Kita bisa langsung ke rumah sakit sekarang.”Tanpa membuang waktu, mereka bertiga bergegas menuju rumah sakit. Di sepanjang perjalanan, Ros memandang keluar jendela, pikirannya melayang. Jika hasilnya positif, hidupnya akan berubah sepenuhnya. Tapi, bagaimana jika tidak?Tian melirik Ros dari kaca spion. “Jangan khawatir, Ros. Oma Agata sangat yakin, dan aku juga percaya… kamu benar-benar cucunya.”Ros tersenyum kecil, meski dalam hatinya m
last updateLast Updated : 2025-02-21
Read more

Menolak Cemburu

Nicolas mengepalkan tangannya, rahangnya mengeras. Dari tempatnya berdiri, ia bisa melihat Ros duduk berhadapan dengan seorang pria di restoran itu. Mereka terlihat akrab, berbicara dengan santai, sesekali tawa kecil keluar dari bibir Ros.Darahnya mendidih. Jadi ini alasan dia izin pulang kampung?Langkahnya maju dengan cepat, nyaris menerobos masuk ke dalam restoran, tapi tangan Alex sigap menarik lengannya.“Tuan, jangan gegabah,” ucap Alex tegas.Nicolas menoleh tajam. “Jangan halangi aku, Alex.”Alex mendesah, berusaha tetap tenang menghadapi bosnya yang jelas-jelas terbakar emosi. “Tuan, tolong tahan diri. Jangan asal melabrak hanya karena—” Alex menyipitkan mata, menatap Nicolas penuh arti. “—cemburu.”Nicolas mencibir, wajahnya semakin gelap. “Cemburu?” Ia tertawa sinis. “Aku hanya ingin menegaskan bahwa dia sudah berbohong. Dia izin pulang karena ayahnya sakit, tapi malah makan malam dengan pria lain. Itu bukan cemburu, itu fakta.”Alex mengangkat alisnya, masih menahan tanga
last updateLast Updated : 2025-02-22
Read more

Berpura-pura

Di dalam mobil, Ros terus memandangi jendela dengan pikiran penuh. Tangannya mengepal di pangkuannya, jantungnya berdebar semakin cepat seiring mobil melaju mendekati rumah yang dulu ia tinggali.Tian melirik ke arahnya sesekali, menyadari kegelisahan di wajah Ros. "Kamu yakin ingin melakukan ini?"Ros menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab. "Aku harus. Bagaimanapun juga, aku butuh jawaban."Mobil berhenti di depan gerbang rumah besar itu. Ros menelan ludah, melihat bangunan yang masih sama, tapi terasa begitu asing baginya."Aku ikut masuk kalau kamu mau," tawar Tian, suaranya tenang, memberi dukungan.Ros menggeleng. "Tidak. Aku harus menghadapi ini sendiri."Dengan langkah ragu, ia membuka pintu mobil dan melangkah menuju gerbang. Tangannya terangkat untuk menekan bel, tapi sebelum ia sempat melakukannya, pagar itu terbuka, dan seorang pria paruh baya berdiri di sana, menatapnya dengan mata penuh keterkejutan."Rosalia?"Ros mengangguk pelan. "Papa..."Suasana mendadak sunyi. H
last updateLast Updated : 2025-02-23
Read more
PREV
1234567
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status