Share

Ajakan Makan Malam

Author: Galuh Arum
last update Last Updated: 2025-02-09 20:42:33

Setibanya di rumah sang nenek, Ros langsung menemui Oma Agata yang duduk di ruang tamu dengan wajah serius.

"Ada apa, Nek? Kenapa mendadak sekali aku harus pulang?"

Oma Agata menatap Ros dengan mata penuh pertimbangan. "Aldo semakin mendesak. Dia ingin bertemu denganmu."

Ros mengepalkan tangannya. "Untuk apa lagi? Aku sudah jelas-jelas menyelamatkan perusahaan ini dari kehancuran yang dia sebabkan, dan sekarang dia mau mengambilnya kembali?"

"Dia bilang itu haknya," sahut sang nenek dengan nada penuh kekecewaan.

Ros tertawa sinis. "Hak? Dia bahkan tidak pernah peduli pada perusahaan ini sebelumnya!"

Oma Agata menghela napas. "Ros, aku hanya ingin kamu bersiap. Aldo bukan orang yang bisa diremehkan."

Ros menatap neneknya dengan mata penuh keteguhan. "Aku tidak akan menyerah, Nek. Perusahaan ini milik kita. Aku akan mempertahankannya."

Oma Agata tersenyum tipis. "Itu cucuku."

"Nyonya Agata, ada Tuan Tian di luar," ucap Asisten rumah tangga.

"Suruh masuk. "

Tidak lama pria tam
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Tanda lahir

    Nyonya Sandrina menyilangkan tangan di dada saat melihat Nicolas mengenakan jasnya dengan rapi. “Jadi, kau tetap bersikeras membawa El ke acara makan malam itu?” tanyanya dengan nada tak setuju.Nicolas merapikan dasinya di depan cermin. “Ya.”“Nic, ini sudah melewati jam tidurnya. El bisa rewel nanti.”“Aku bisa menanganinya,” jawab Nicolas santai.Nyonya Sandrina menghela napas. “Atau... kau hanya tak mau pergi berdua dengan Ros?”Gerakan tangan Nicolas terhenti sesaat. Ia menoleh ke arah ibunya, matanya menyipit tajam. “Apa maksud Mama?”Nyonya Sandrina tersenyum miring, merasa menang. “Aku tahu kau. Kalau saja ini hanya tentang makan malam bisnis biasa, kau tak perlu repot-repot membawa El, kan? Tapi karena ini tentang Bu Maya...”Nicolas mendecak, berjalan menuju lemari kecil dan mengambil arloji. “Mama terlalu banyak berasumsi.”“Oh? Lalu kenapa tidak berdua saja dengan Ros?”Nicolas menatap ibunya sekilas, lalu akhirnya mendesah panjang. “Karena aku ingin menghindari Bu Maya.”

    Last Updated : 2025-02-10
  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Awal Sebuah Kelanjutan

    Saat Ros keluar dari kamar El, langkahnya terasa goyah. Wajahnya pucat pasi, seolah baru saja mendengar kabar buruk. Dadanya masih berdebar keras, dan tangannya gemetar meski ia berusaha menggenggam gaunnya erat-erat. Nicolas yang sejak tadi menunggu langsung menghampirinya. Tatapannya tajam, menyelidik. “Ada sesuatu?” tanyanya dengan nada waspada. Ros tersentak, lalu buru-buru menggeleng. “Tidak, saya siap sekarang.” Netranya menatap Nicolas, dia mencoba meyakini jika El memang anak Nicolas dan bukan anaknya. Anaknya sudah lama meninggal. Nyonya Sandrina yang sedang duduk di sofa ikut memperhatikan ekspresi Ros. Kerutan halus di dahinya menunjukkan keheranan. “Ros, kenapa wajahmu terlihat pucat?” tanyanya penuh perhatian. Ros kembali menggeleng, mencoba menutupi ketakutan yang masih menyelimuti pikirannya. “Saya hanya merasa sedikit pusing. Tidak apa-apa.” Nicolas menyipitkan mata, tidak begitu percaya. Namun, ia tidak ingin memperpanjang pembicaraan. “Baiklah, kalau kamu mer

    Last Updated : 2025-02-10
  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Pengakuan Dadakan

    Ros tersentak saat merasakan genggaman hangat di tangannya. Nicolas menariknya dengan ringan namun tegas, seolah-olah itu adalah hal yang biasa mereka lakukan.“Tuan, apa ini tidak berlebihan?” bisik Ros, sedikit panik.Nicolas tetap melangkah tanpa melepas tangannya. “Kita harus terlihat meyakinkan,” jawabnya santai, meskipun ada senyum samar di sudut bibirnya.Ros menghela napas, berusaha menenangkan detak jantungnya yang sedikit tidak beraturan. “Tapi, bagaimana jika Bu Maya melihat dan menganggap ini serius?”Nicolas menoleh sekilas, tatapannya tajam. “Bukankah itu tujuannya?”Ros terdiam. Ya, dia tahu alasan Nicolas membawanya ke sini. Tapi tetap saja, sikap pria itu terasa sedikit berlebihan.Begitu mereka masuk ke restoran, beberapa pasang mata langsung melirik ke arah mereka. Nicolas yang tampan dan berkarisma, serta Ros yang anggun dalam balutan gaun yang membuatnya tampak berbeda dari biasanya, tentu menjadi perhatian.Seorang pramusaji segera menghampiri mereka. “Selamat ma

    Last Updated : 2025-02-10
  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Rasa Yang Sama

    Tanda lahir El membuat Ros kembali memikirkan anak itu. Dalam perjalanan di mobil, Ros sesekali menoleh ke arah Nicholas. Namun, wanita itu kembali menatap jalanan saat pria di sampingnya protes."Jangan berpikir kejadian d li tempat Bu Maya kamu menjadi besar kepala," ujar Nicolas. "Besar kepala bagaimana?""Kamu pikir saja naksir sama kamu kan dan kamu mulai kepedean."Ros terkekeh, "Tuan, yang memulai permainan siapa. Kenapa harus saya yang baper. Saya enggak. Mikir kok bakal naksir sama cowo kaya Tuan. Saya cukup tahu diri, Tuan saja yang berlebihan. Harusnya Tuan bilang saja langsung ke bu Maya kalau tidak suka dan masih nyaman menduda."Benar juga yang di katakan Ros pikir Nicolas kenapa harus dia mengaku jika Ros calon istrinya.Nicolas melirik Ros sekilas sebelum kembali fokus menyetir. Rahangnya sedikit mengeras, merasa tak suka dengan cara Ros berbicara yang begitu santai seolah-olah dia memang pria menyedihkan yang tak bisa menolak seorang wanita secara langsung."Kau piki

    Last Updated : 2025-02-11
  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Teka Teki

    Ros, yang akhirnya sadar sepenuhnya, langsung membulatkan mata."T-Tuan Nicolas?!"Nicolas langsung berusaha bangkit, tapi karena terlalu terburu-buru, tangannya justru tersangkut di selimut, membuatnya hampir jatuh lagi."Kau ini, kenapa harus bangun sekarang?!" omelnya, wajahnya memerah karena canggung.Ros, yang juga panik, buru-buru mendorong dada Nicolas. "SAYA yang harus bertanya! Apa yang Tuan lakukan di atas saya?!""Aku tidak sengaja! Kau yang sulit dibangunkan!" balas Nicolas, akhirnya berhasil berdiri dan menjauh.Ros langsung duduk, wajahnya masih merah padam. "Lalu kenapa harus menjatuhkan diri ke atas saya?!""Itu kecelakaan!" Nicolas mendengus, lalu menatapnya tajam. "Dan lagi, aku yang harusnya kesal! Aku sudah capek-capek membawamu ke sini, tapi kau malah tidur seperti batu!"Ros berkedip beberapa kali, masih berusaha memahami apa yang terjadi.Tunggu… tidur?Dia mengingat-ingat dan baru sadar bahwa terakhir yang dia ingat adalah duduk di dalam mobil."K-Kenapa saya b

    Last Updated : 2025-02-11
  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Tentang El

    Ros merasakan tubuhnya melemah. Kakinya seolah kehilangan tenaga untuk berdiri tegak. Apa yang baru saja dikatakan Suster Ana terus berputar di kepalanya."Nyonya Sandrina membawa El pada Nyonya Erika."Ros menelan ludah. Jantungnya berdegup kencang. Nyonya Erika? Nama itu terdengar tidak asing, tapi pikirannya masih terlalu kacau untuk mengingat lebih jauh.Suster Ana yang menyadari perubahan wajah Ros buru-buru berdeham, mencoba mengalihkan perhatian. "Ros, lupakan yang tadi aku bilang. Aku cuma asal bicara."Namun, Ros tidak bisa tinggal diam. Dengan cepat, ia melangkah ke depan Suster Ana, menghentikan langkah wanita itu. "Sus, apa maksudmu? Kenapa Nyonya Sandrina membawa El ke Nyonya Erika?"Suster Ana terlihat gugup. Matanya beralih ke kanan dan kiri, seakan memastikan tidak ada orang yang mendengar."Ros, tidak di sini," bisiknya.Suster Ana lalu meraih pergelangan tangan Ros dan menariknya ke sisi lain rumah, menjauhi jangkauan CCTV. Mereka berdiri di sudut lorong yang sepi, d

    Last Updated : 2025-02-12
  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Masih mencari Tahu

    Ros menarik napas dalam, menatap lurus ke arah Suster Ana. Ada banyak hal yang ingin ia katakan, tapi lidahnya terasa kelu. Kepercayaannya terhadap wanita di depannya masih samar. Ia tidak bisa begitu saja membuka luka lama, terutama kepada seseorang yang belum tentu berpihak padanya."Aku hanya merasa ini aneh, Suster," ujar Ros akhirnya, memilih kata-kata yang lebih aman. "Kenapa El bisa memiliki tanda lahir seperti itu? Dan kenapa ada begitu banyak rahasia di sekitar keluarganya?"Suster Ana menghela napas, menoleh ke sekitar sejenak untuk memastikan tidak ada yang memperhatikan mereka. "Ros, aku mempercayaimu. Tapi aku juga tidak bisa mengatakan semuanya. Jika aku berbicara terlalu banyak, bisa-bisa aku kehilangan pekerjaanku."Ros mengerti, tapi tetap saja hatinya gelisah. "Aku tidak akan memaksa, Suster. Aku hanya ingin tahu... apa El benar-benar bukan anak kandung Tuan Nicolas dan Nyonya Erika?"Suster Ana terdiam, lalu menatap Ros dalam-dalam. "Sejujurnya, aku juga tidak tahu

    Last Updated : 2025-02-13
  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Posesif

    "Nic, kamu kenapa si dari tadi melihat jam saja?""El nanyain Ros. Dari tadi ke swalayan tapi belum pulang.""Kamu apa El?"Nicolas mendongak menatap ibunya yang tersenyum penuh arti."Apa maksud Mama?" tanyanya, berusaha terdengar santai.Nyonya Sandrina mengangkat bahu. "Ya, tadi kamu bilang El yang nanyain Ros, tapi yang dari tadi mondar-mandir dan lihat jam itu siapa?"Nicolas mendengus, lalu menyandarkan tubuhnya ke sofa. "Sudahlah, Ma. Aku cuma heran, biasanya nggak selama ini kalau cuma ke swalayan."Nyonya Sandrina menyesap tehnya dengan tenang. "Atau kamu khawatir Ros pergi ke tempat lain?"Nicolas diam. Tidak, dia tidak mau mengakui kalau ada sedikit rasa gelisah dalam dirinya."Sudahlah, Nic. Kalau memang dia ada urusan, biarkan saja. Lagipula, dia pasti tahu batasannya," lanjut Nyonya Sandrina santai.Nicolas tidak menjawab. Namun, entah kenapa, perasaan tak nyaman itu tetap ada. Kenapa lama sekali?Nicolas bersedekap di depan ruang tamu, rahangnya mengeras setiap kali mat

    Last Updated : 2025-02-14

Latest chapter

  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Flash Back

    Nyonya Sandrina menatap Ros dengan penuh harap. Suaranya tegas namun tetap lembut, mencoba meyakinkan wanita muda di depannya."Tidak masalah, Ros. Dan aku mau kamu menikah dengan Nicolas."Ros terkejut mendengar pernyataan itu. Hatinya mencelos, ia menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan perasaan yang berkecamuk di dalam dadanya. Pernikahan? Dengan Nicolas? Itu terdengar mustahil baginya.Ros menggeleng pelan. "Nyonya… aku tidak pantas untuk Tuan Nicolas."Matanya mulai memanas, ada begitu banyak luka yang belum sembuh, begitu banyak beban yang masih ia pikul. Bagaimana bisa ia menjadi istri pria itu? Seorang pria yang bahkan tidak mencintainya? Seorang pria yang dulu, tanpa sadar, telah menghancurkan hidupnya?Nyonya Sandrina mendekat, menggenggam tangan Ros erat.Nyonya Sandrina menatap Ros dengan penuh harap, berharap wanita muda itu menerima keputusannya.Nyonya Sandrina berkata lembut namun tegas. "Nicolas harus bertanggung jawab atas perbuatannya. Aku tahu menjadi dirimu sa

  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Dugaan

    "Ada apa denganmu, Nic?" Bu Sandrina bingung dengan wajah penuh cemas sang anak. Apalagi saat sekarang Nico berbicara sangat pelan. Apa yang dia takutkan? Ini rumahnya kenapa seolah-olah takut ada yang mendengar. "Katakan ada apa?" Tidak sabar, Bu Sandrina kembali memaksa Nicolas "Rosalia, adalah wanita yang pernah aku ceritakan pada Mama saat enam tahun lalu sebelum aku menikahi Erika." Bu Sandrina terkejut lalu menutup mulutnya dengan telapak tangan. Apa ini pikirnya, sebuah kebetulan ataukah.... "Dan, aku baru tahu hari ini dan juga Rosalia pernah hamil anakku sepertinya. Tapi, dia bilang anak itu sehat saat dilahirkan. Akan tetapi, setelah itu tidak lama mereka mengatakan bayi Ros meninggal." Nicolas berkata dengan suara pelan. Lagi-lagi dia takut ada yang mendengar walau sudah tertutup pintu ruangan kerja miliknya. "Ada yang aku heran, kenapa Ros bertanya padaku tentang El? Apa dia kira El adalah anaknya?""Kalau El anaknya, ya berarti El anak kandung kamu juga." Sontak uc

  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    sesuatu yang mustahil

    "Tuan, Anda tidak bisa menggunakan anak kecil untuk kepentingan anda. Tidak adil itu," ujar Ros. "Saya tidak memanfaatkan siapa pun, dia anak saya. Anak kandung saya, paham." "El, anak kandung Anda?" Ros menatap Nicolas dengan mata yang melebar. Kata-kata pria itu baru saja menghantamnya seperti petir di siang bolong. Ia menelan ludah, memastikan bahwa ia tidak salah dengar.Rosalia terkejut, dengan suaranya sedikit bergetar. "El… anak kandung Anda?"Nicolas menatapnya tajam, sorot matanya penuh ketegasan, tapi juga menyimpan sesuatu yang lebih dalam—rasa bersalah, mungkin."Ya. El anak kandung saya. Ada yang salah?"Ros menggelengkan kepalanya perlahan. Ini terlalu banyak untuk dicerna dalam satu waktu. Ia menatap El yang masih berada di pelukannya, kemudian kembali menatap Nicolas seolah mencari kebenaran di wajah pria itu.Tidak mungkin… kalimat itu menggema di hatinya. Nicolas menghela napas panjang. Ia melangkah lebih dekat, suaranya lebih lembut, tapi tetap penuh keyakinan.

  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Maaf yang terlambat

    Nicolas menatap Rosalia yang masih terisak, tubuhnya sedikit gemetar. Ada banyak hal yang ingin ia katakan, tapi yang keluar dari bibirnya hanya satu kalimat sederhana—sebuah permintaan maaf yang terasa begitu hampa dibandingkan luka yang telah ia goreskan."Ros, maafkan aku…" Suara Nucolas pelan dan sangat lembut. Ros terdiam sejenak. Ia menatap Nicolas dengan mata yang penuh luka, seolah baru kali ini ia benar-benar mendengar kata maaf yang selama ini ia harapkan. Namun, apakah kata maaf itu cukup? Apakah itu bisa mengubah apa yang telah terjadi?Rosalia tertawa pahit, suaranya serak karena menahan tangis. "Kata maaf Tuan tidak bisa mengubah semuanya."Nicolas tertegun. Matanya semakin dalam menatap Ros, tapi wanita itu justru mengalihkan pandangan, seolah tak sanggup lagi melihat wajah pria yang telah menghancurkan hidupnya."Harga diriku sudah tidak ada artinya, Nicolas. Mereka semua menganggapku wanita malam… wanita yang hamil karena pelanggannya sendiri."Nicolas mengepalkan ta

  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Sebuah Kenyataan

    "Jawab aku Rosalia! " Nicolas berucap pelan tapi begitu tegas hingga menyentak Ros. Tangan besar itu menarik kasar Ros hingga tersudut di tembok.Ruangan terasa mencekam. Nicolas menatap Rosalia dengan intens, dadanya naik turun menahan emosi. Wajahnya tegang, rahangnya mengeras. Ia tidak suka perasaan yang mengganggu pikirannya sejak tadi, dan satu-satunya cara untuk memastikan semuanya adalah dengan mendengar kebenaran langsung dari mulut Ros.Nicolas kembali bersuara rendah, tapi tajam."Jawab aku, Rosalia!"Ros terkejut, tubuhnya sedikit gemetar saat tangan besar Nicolas menariknya dengan kasar hingga tersudut di tembok. Nafasnya tercekat, dadanya berdebar hebat. Mata pria itu penuh tuntutan, tak memberinya ruang untuk menghindar.Rosalia merasa gugup, mencoba tetap tenang. "Tuan N-Nicolas, apa maksudmu?"Nicolas semakin mendekat, wajah mereka hanya berjarak beberapa inci. Matanya menyelidik, seolah mencoba membaca pikirannya.Nicolas menggertakkan gigi. "Aku tanya sekali lagi. Apa

  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Api Cemburu

    Mobil Tian berhenti beberapa meter dari rumah Nicolas. Rosalia menghela napas panjang sebelum membuka pintu.Tian menatap Ros dengan sedikit khawatir. "Apa perlu aku antar sampai dalam rumah?"Rosalia menggeleng cepat, suaranya lirih tapi mantap. "Tidak perlu. Aku takut mereka banyak bertanya. Aku cukup mengatakan kalau aku diantar taksi online."Tian terkekeh, matanya berbinar geli.Tian tertawa ringan, "Taksi online setampan aku? Yang benar saja, Ros."Ros hanya tersenyum tipis sebelum turun dari mobil. Tian pun ikut keluar sebentar untuk memeriksa mobilnya. Namun, saat ia sedang memastikan semuanya baik-baik saja, sesuatu yang tak diinginkan terjadi.Nicolas berdiri di teras rumah dengan ekspresi dingin dan tajam. Begitu matanya menangkap sosok Tian, api emosi langsung membakar dadanya. Wajahnya mengeras, rahangnya mengatup erat.Nicolas melangkah mendekat, suaranya tajam penuh sindiran. "Jadi…siapa pria itu?"Ros menoleh cepat, wajahnya sedikit tegang. Tian yang masih berdiri di s

  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Sebuah Kebenaran

    Nicolas membuka pintu rumah dengan tergesa, langkahnya cepat menuju kamar El begitu mendengar suara tangisan anaknya yang semakin melemah. Tanpa ragu, ia mendorong pintu kamar dan melihat putranya duduk di tempat tidur, wajahnya basah oleh air mata, sementara Suster Ana berusaha menenangkannya."El… Papa di sini." Suaranya sangat lembut. El mengangkat kepalanya, matanya bengkak dan sembab. Begitu melihat Nicolas, bocah itu langsung mengulurkan tangannya, meminta dipeluk. Nicolas segera mendekat dan menarik tubuh kecil itu ke dalam dekapannya."Mau Cus Ros… Cus Ros di mana?"Nicolas menghela napas panjang, menahan emosinya. Ia mengusap punggung El dengan lembut, mencoba menenangkannya, tetapi hatinya terasa panas. Nama Ros terus disebut, seolah dirinya tak cukup untuk anaknya sendiri.Nicolas menahan kesal. "El, Ros tidak di sini sekarang. Tapi Papa ada di sini. Papa akan menemani kamu."El tetap terisak, tidak menjawab. Tangannya tetap menggenggam erat baju Nicolas, seolah takut keh

  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Tangis El

    Rosalia dan Tian sudah sampai di rumah Oma Agata. Melihat banyaknya keluarga Oma juga beberapa pengacara keluarga dan tentunya Aldo dan keluarganya yang serakah."Ros akhirnya kamu datang." Oma Agata langsung memeluk Ros."Oma, untuk apa Oma menunggu cucu angkat Oma. Enggak ada gunanya, toh semua harta Oma jatuh ke tangan aku yang memang bisa membuat perusahaan lebih maju." Aldo dengan bangganya mengatakan hal yang sangat memuakkan."Jangan percaya diri dulu kamu Aldo," ujar Tian."Tian, jangan ikut campur.""Ini urusan aku juga, aku juga keluarga Oma Agata!"Suasana ruang keluarga terasa tegang. Semua mata tertuju pada Tian yang dengan tegas membalas Aldo. Ros menggenggam tangan Tian, mencoba menenangkan, tapi ia sendiri merasa dadanya sesak mendengar kata-kata Aldo yang begitu angkuh.Oma Agata menarik napas panjang, lalu menatap Aldo dengan sorot mata tajam. "Aldo, jangan pernah menganggap Ros bukan bagian dari keluarga ini."Aldo mendengus, menyilangkan tangan di dadanya. "Oma, ki

  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Kecemasan

    Pak Bagaskara terdiam. Hatinya berkecamuk, tetapi wajahnya tetap tak menunjukkan emosi apa pun.“Ros,” katanya akhirnya dengan suara tenang, “beberapa hal dalam hidup lebih baik dibiarkan seperti adanya. Apa yang sudah terjadi, biarkan berlalu.”Mata Ros berkaca-kaca. “Papa menyembunyikan sesuatu, bukan?”Pak Bagaskara tidak menjawab. Ia hanya menatap Ros dengan pandangan yang sulit diartikan. Hening memenuhi ruangan, menciptakan jarak yang lebih dalam di antara mereka.Tanpa menunggu jawaban, Ros melangkah pergi. Pak Bagaskara hanya menatap punggung putrinya yang menjauh, perasaan bersalah mulai menghantui hatinya.Tak lama setelah Ros pergi, Bu Haniva masuk ke ruang tamu. Wanita itu mendekati suaminya dan duduk di sebelahnya. “Pa, kamu tidak perlu cemas,” katanya pelan. “Ros tidak akan pernah menemukan kebenarannya.”Pak Bagaskara menghela napas berat, lalu menatap istrinya. “Aku takut, Haniva. Jika suatu saat dia tahu segalanya, bagaimana?”Bu Haniva menggenggam tangan suaminya, me

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status