Share

Masih mencari Tahu

Author: Galuh Arum
last update Last Updated: 2025-02-13 16:28:00

Ros menarik napas dalam, menatap lurus ke arah Suster Ana. Ada banyak hal yang ingin ia katakan, tapi lidahnya terasa kelu. Kepercayaannya terhadap wanita di depannya masih samar. Ia tidak bisa begitu saja membuka luka lama, terutama kepada seseorang yang belum tentu berpihak padanya.

"Aku hanya merasa ini aneh, Suster," ujar Ros akhirnya, memilih kata-kata yang lebih aman. "Kenapa El bisa memiliki tanda lahir seperti itu? Dan kenapa ada begitu banyak rahasia di sekitar keluarganya?"

Suster Ana menghela napas, menoleh ke sekitar sejenak untuk memastikan tidak ada yang memperhatikan mereka. "Ros, aku mempercayaimu. Tapi aku juga tidak bisa mengatakan semuanya. Jika aku berbicara terlalu banyak, bisa-bisa aku kehilangan pekerjaanku."

Ros mengerti, tapi tetap saja hatinya gelisah. "Aku tidak akan memaksa, Suster. Aku hanya ingin tahu... apa El benar-benar bukan anak kandung Tuan Nicolas dan Nyonya Erika?"

Suster Ana terdiam, lalu menatap Ros dalam-dalam. "Sejujurnya, aku juga tidak tahu
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Posesif

    "Nic, kamu kenapa si dari tadi melihat jam saja?""El nanyain Ros. Dari tadi ke swalayan tapi belum pulang.""Kamu apa El?"Nicolas mendongak menatap ibunya yang tersenyum penuh arti."Apa maksud Mama?" tanyanya, berusaha terdengar santai.Nyonya Sandrina mengangkat bahu. "Ya, tadi kamu bilang El yang nanyain Ros, tapi yang dari tadi mondar-mandir dan lihat jam itu siapa?"Nicolas mendengus, lalu menyandarkan tubuhnya ke sofa. "Sudahlah, Ma. Aku cuma heran, biasanya nggak selama ini kalau cuma ke swalayan."Nyonya Sandrina menyesap tehnya dengan tenang. "Atau kamu khawatir Ros pergi ke tempat lain?"Nicolas diam. Tidak, dia tidak mau mengakui kalau ada sedikit rasa gelisah dalam dirinya."Sudahlah, Nic. Kalau memang dia ada urusan, biarkan saja. Lagipula, dia pasti tahu batasannya," lanjut Nyonya Sandrina santai.Nicolas tidak menjawab. Namun, entah kenapa, perasaan tak nyaman itu tetap ada. Kenapa lama sekali?Nicolas bersedekap di depan ruang tamu, rahangnya mengeras setiap kali mat

    Last Updated : 2025-02-14
  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Izin atau mengundurkan diri

    Ros menarik napas dalam-dalam.Sejak pagi, hati dan pikirannya terus bertarung.Dia ingin meminta izin untuk pulang ke rumah sang ayah, tapi takut jika permintaannya ditolak.Bagaimanapun juga, dia baru saja bekerja di rumah ini sebagai seorang suster pribadi."Tapi, aku harus mencobanya..."Dengan langkah mantap yang dibalut keraguan, Ros akhirnya berjalan menyusuri koridor rumah megah itu, mencari seseorang yang bisa membantunya mencari tahu lebih dulu.Di ujung tangga, dia melihat seseorang—Sofia, asisten pribadi Tuan Nicolaas."Mungkin dia tahu sesuatu..."Ros mempercepat langkahnya dan memanggilnya pelan."Sofia!"Sofia menoleh, sedikit terkejut. "Ya? Ada apa, Ros?"Ros menelan ludah. "Aku... hanya ingin tahu. Apa Tuan Nicolaas biasanya memberi izin kalau ada urusan mendesak?"Sofia menaikkan sebelah alisnya, menatap Ros dengan penuh tanya."Kenapa? Kamu mau izin?"Ros mengangguk pelan.Sofia menghela napas, lalu berbisik, "Kalau baru bekerja seperti kamu, biasanya sulit."Jawaba

    Last Updated : 2025-02-16
  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Kerasnya hati sang bos

    Ros menatap Nicolas dengan mata membulat, seakan tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Dadanya naik turun, napasnya memburu."Tuan… apa maksud Anda?" suaranya bergetar, berusaha memahami perkataan pria itu.Nicolas memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana, wajahnya tetap dingin. "Kau ingin pergi, bukan? Aku memberimu izin. Tapi jangan berharap bisa kembali bekerja di sini setelahnya."Ros menggeleng cepat. "Tapi, saya tidak pernah bilang ingin berhenti bekerja.""Kau pikir aku bodoh, Ros?" Nada suara Nicolas terdengar rendah, namun penuh ketegasan. "Aku tahu kau sedang menyembunyikan sesuatu. Aku tidak suka orang yang bekerja denganku penuh dengan rahasia."Ros menggigit bibirnya, menahan emosi yang meluap dalam dadanya. "Saya tidak menyembunyikan apa pun, Tuan," katanya lirih.Nicolas tertawa kecil, tapi tidak ada kebahagiaan dalam tawanya. "Benarkah? Lalu kenapa kau pergi begitu lama? Kenapa harus ikut Suster Ana? Kenapa terlihat gugup saat kutanya?"Ros terdiam. T

    Last Updated : 2025-02-17
  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Kejam

    Nyonya Sandrina menatap Ros dengan tatapan penuh selidik. Seakan tak percaya bahwa Nicolas benar-benar mengusir wanita itu.“Kamu pasti salah dengar, Ros,” ucapnya, mencoba menenangkan suasana. “Nicolas memang keras kepala, tapi aku tahu dia tidak akan semudah itu melepaskan orang yang berharga bagi El.”Ros tersenyum hambar. Hatinya sebenarnya ingin percaya, tapi kenyataan berkata lain. “Saya rasa tidak ada yang perlu disalahpahami, Nyonya. Tuan Nicolas sudah jelas mengatakan saya tak perlu kembali.”Nyonya Sandrina mendesah, lalu melipat tangannya di depan dada. “Aku tidak akan membiarkanmu pergi sebelum aku bicara dengan Nicolas.”Ros menggeleng cepat, matanya berkabut. “Tidak perlu, Nyonya. Saya sudah cukup mengerti posisinya. Lagipula, saya memang harus pulang. Ayah saya sakit keras.”Nyonya Sandrina mengerutkan kening. “Kenapa kamu baru bilang sekarang?”Ros menggigit bibirnya, merasa bersalah karena harus berbohong. “Saya tidak ingin merepotkan siapa pun di sini, termasuk Tuan

    Last Updated : 2025-02-18
  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Permulaan

    Ros turun dari taksi dengan koper kecilnya, menatap rumah sederhana yang selalu memberinya kehangatan di masa kecil. Sebelum mengetuk pintu, ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan detak jantungnya yang tak karuan.Pintu terbuka sebelum Ros sempat mengetuk. Oma Agata berdiri di sana, mengenakan daster dan cardigan wol kesayangannya. Kerutan di wajahnya semakin jelas, tapi matanya masih memancarkan kelembutan yang sama.“Ros?” Mata Oma Agata membulat heran. “Kamu kenapa tiba-tiba datang, Nak?”Ros tak menjawab, hanya melangkah masuk dan langsung duduk di kursi ruang tamu. Ia meremas jemarinya sendiri, hatinya terasa penuh sesak.Oma Agata menutup pintu, lalu mendekat dengan raut cemas, "wajahmu juga terlihat lelah.”Ros menatap neneknya, matanya berkaca-kaca. “Oma, aku… aku menemukan sesuatu.”Oma Agata duduk di sebelahnya, menggenggam tangan cucunya erat. “Apa yang kamu temukan?”Ros mengusap wajahnya, mengatur napas sebelum bicara. "El, Dia punya tanda lahir yang sama persis de

    Last Updated : 2025-02-18
  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Terbongkar nya sebuah rahasia

    Tian datang saat Ros besama Oma Agata. Pria kepercayaan Sang nenek itu datang menghampiri dan telihat cemas. "Oma, kita tidak bisa diam saja. Ayo kita mulai pencairan cucu Anda. Kita mulai dari rumah Ayahnya, Aldo sudah mulai betindak ingin menguasai sebagian perusahaan. Kita harus cepat bertindak." Oma Agata mengepalkan tangannya, ekspresinya menegang. “Aku sudah menduga Aldo tidak akan tinggal diam. Dia selalu punya rencana licik.” Ros yang duduk di sampingnya langsung menoleh pada Tian. “Jadi, bukan hanya tentang anakku, tapi juga perusahaan?” Tian mengangguk. “Benar. Sejak kamu pergi, Aldo perlahan mengambil alih kekuasaan di perusahaan Oma. Sekarang, dia mencoba menguasai sebagian besar saham dengan berbagai cara. Jika kita tidak segera bertindak, bisa jadi semuanya akan jatuh ke tangannya.” Ros menarik napas dalam, hatinya semakin resah. “Aku memang ingin mencari tahu soal anakku, tapi sekarang ini juga menyangkut warisan Oma. Jika aku tidak kembali, dia akan memiliki segala

    Last Updated : 2025-02-19
  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Investasi baru

    Nicolas heran dengan pembatalan meeting oleh nyonya Agata. Namun, alex mengatakan jika sedang terjadi perebutan kekuasaan di keluarga Agata. Nicolas agak heran karena dia hanya tahu nyonya Agata tidak memiliki cucu.Nicolas menyandarkan punggungnya ke kursi, matanya menyipit mendengar laporan Alex. "Perebutan kekuasaan? Bukankah Nyonya Agata tidak memiliki ahli waris langsung?"Alex mengangguk pelan. "Itu yang kita tahu selama ini. Tapi, ada sesuatu yang berubah. Aldo, cucu keponakan Nyonya Agata, mulai bertindak seolah-olah dia pewaris sah."Nicolas mengetuk meja dengan jarinya, wajahnya tak menunjukkan ekspresi, tapi pikirannya berputar cepat. "Kenapa sekarang? Nyonya Agata cukup kuat memegang kendali perusahaan selama ini.""Entahlah, Tuan. Tapi rumor yang saya dengar, ada seseorang yang kembali. Seseorang yang bisa mengubah permainan ini," ucap Alex dengan nada misterius.Nicolas mendongak, matanya menajam. "Seseorang?"Alex ragu sejenak sebelum menjawab, "Aku belum mendapatkan in

    Last Updated : 2025-02-20
  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Pikiran aneh

    Ros mengepalkan tangannya erat. Hatinya masih berdebar hebat setelah mendengar kebenaran dari Oma Agata. Dia adalah cucu kandung dari wanita itu. Tapi, Ros tahu dia tidak bisa hanya percaya begitu saja tanpa bukti kuat. Tes DNA adalah langkah yang harus dia ambil.Oma Agata, yang sejak tadi tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya, menggenggam tangan Ros dengan erat. “Kita buktikan semuanya, sayang. Setelah ini, tak akan ada yang bisa meragukanmu, termasuk Aldo.”Tian, yang selalu setia berada di sisi mereka, mengangguk. “Aku sudah mengatur semuanya. Kita bisa langsung ke rumah sakit sekarang.”Tanpa membuang waktu, mereka bertiga bergegas menuju rumah sakit. Di sepanjang perjalanan, Ros memandang keluar jendela, pikirannya melayang. Jika hasilnya positif, hidupnya akan berubah sepenuhnya. Tapi, bagaimana jika tidak?Tian melirik Ros dari kaca spion. “Jangan khawatir, Ros. Oma Agata sangat yakin, dan aku juga percaya… kamu benar-benar cucunya.”Ros tersenyum kecil, meski dalam hatinya m

    Last Updated : 2025-02-21

Latest chapter

  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Flash Back

    Nyonya Sandrina menatap Ros dengan penuh harap. Suaranya tegas namun tetap lembut, mencoba meyakinkan wanita muda di depannya."Tidak masalah, Ros. Dan aku mau kamu menikah dengan Nicolas."Ros terkejut mendengar pernyataan itu. Hatinya mencelos, ia menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan perasaan yang berkecamuk di dalam dadanya. Pernikahan? Dengan Nicolas? Itu terdengar mustahil baginya.Ros menggeleng pelan. "Nyonya… aku tidak pantas untuk Tuan Nicolas."Matanya mulai memanas, ada begitu banyak luka yang belum sembuh, begitu banyak beban yang masih ia pikul. Bagaimana bisa ia menjadi istri pria itu? Seorang pria yang bahkan tidak mencintainya? Seorang pria yang dulu, tanpa sadar, telah menghancurkan hidupnya?Nyonya Sandrina mendekat, menggenggam tangan Ros erat.Nyonya Sandrina menatap Ros dengan penuh harap, berharap wanita muda itu menerima keputusannya.Nyonya Sandrina berkata lembut namun tegas. "Nicolas harus bertanggung jawab atas perbuatannya. Aku tahu menjadi dirimu sa

  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Dugaan

    "Ada apa denganmu, Nic?" Bu Sandrina bingung dengan wajah penuh cemas sang anak. Apalagi saat sekarang Nico berbicara sangat pelan. Apa yang dia takutkan? Ini rumahnya kenapa seolah-olah takut ada yang mendengar. "Katakan ada apa?" Tidak sabar, Bu Sandrina kembali memaksa Nicolas "Rosalia, adalah wanita yang pernah aku ceritakan pada Mama saat enam tahun lalu sebelum aku menikahi Erika." Bu Sandrina terkejut lalu menutup mulutnya dengan telapak tangan. Apa ini pikirnya, sebuah kebetulan ataukah.... "Dan, aku baru tahu hari ini dan juga Rosalia pernah hamil anakku sepertinya. Tapi, dia bilang anak itu sehat saat dilahirkan. Akan tetapi, setelah itu tidak lama mereka mengatakan bayi Ros meninggal." Nicolas berkata dengan suara pelan. Lagi-lagi dia takut ada yang mendengar walau sudah tertutup pintu ruangan kerja miliknya. "Ada yang aku heran, kenapa Ros bertanya padaku tentang El? Apa dia kira El adalah anaknya?""Kalau El anaknya, ya berarti El anak kandung kamu juga." Sontak uc

  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    sesuatu yang mustahil

    "Tuan, Anda tidak bisa menggunakan anak kecil untuk kepentingan anda. Tidak adil itu," ujar Ros. "Saya tidak memanfaatkan siapa pun, dia anak saya. Anak kandung saya, paham." "El, anak kandung Anda?" Ros menatap Nicolas dengan mata yang melebar. Kata-kata pria itu baru saja menghantamnya seperti petir di siang bolong. Ia menelan ludah, memastikan bahwa ia tidak salah dengar.Rosalia terkejut, dengan suaranya sedikit bergetar. "El… anak kandung Anda?"Nicolas menatapnya tajam, sorot matanya penuh ketegasan, tapi juga menyimpan sesuatu yang lebih dalam—rasa bersalah, mungkin."Ya. El anak kandung saya. Ada yang salah?"Ros menggelengkan kepalanya perlahan. Ini terlalu banyak untuk dicerna dalam satu waktu. Ia menatap El yang masih berada di pelukannya, kemudian kembali menatap Nicolas seolah mencari kebenaran di wajah pria itu.Tidak mungkin… kalimat itu menggema di hatinya. Nicolas menghela napas panjang. Ia melangkah lebih dekat, suaranya lebih lembut, tapi tetap penuh keyakinan.

  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Maaf yang terlambat

    Nicolas menatap Rosalia yang masih terisak, tubuhnya sedikit gemetar. Ada banyak hal yang ingin ia katakan, tapi yang keluar dari bibirnya hanya satu kalimat sederhana—sebuah permintaan maaf yang terasa begitu hampa dibandingkan luka yang telah ia goreskan."Ros, maafkan aku…" Suara Nucolas pelan dan sangat lembut. Ros terdiam sejenak. Ia menatap Nicolas dengan mata yang penuh luka, seolah baru kali ini ia benar-benar mendengar kata maaf yang selama ini ia harapkan. Namun, apakah kata maaf itu cukup? Apakah itu bisa mengubah apa yang telah terjadi?Rosalia tertawa pahit, suaranya serak karena menahan tangis. "Kata maaf Tuan tidak bisa mengubah semuanya."Nicolas tertegun. Matanya semakin dalam menatap Ros, tapi wanita itu justru mengalihkan pandangan, seolah tak sanggup lagi melihat wajah pria yang telah menghancurkan hidupnya."Harga diriku sudah tidak ada artinya, Nicolas. Mereka semua menganggapku wanita malam… wanita yang hamil karena pelanggannya sendiri."Nicolas mengepalkan ta

  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Sebuah Kenyataan

    "Jawab aku Rosalia! " Nicolas berucap pelan tapi begitu tegas hingga menyentak Ros. Tangan besar itu menarik kasar Ros hingga tersudut di tembok.Ruangan terasa mencekam. Nicolas menatap Rosalia dengan intens, dadanya naik turun menahan emosi. Wajahnya tegang, rahangnya mengeras. Ia tidak suka perasaan yang mengganggu pikirannya sejak tadi, dan satu-satunya cara untuk memastikan semuanya adalah dengan mendengar kebenaran langsung dari mulut Ros.Nicolas kembali bersuara rendah, tapi tajam."Jawab aku, Rosalia!"Ros terkejut, tubuhnya sedikit gemetar saat tangan besar Nicolas menariknya dengan kasar hingga tersudut di tembok. Nafasnya tercekat, dadanya berdebar hebat. Mata pria itu penuh tuntutan, tak memberinya ruang untuk menghindar.Rosalia merasa gugup, mencoba tetap tenang. "Tuan N-Nicolas, apa maksudmu?"Nicolas semakin mendekat, wajah mereka hanya berjarak beberapa inci. Matanya menyelidik, seolah mencoba membaca pikirannya.Nicolas menggertakkan gigi. "Aku tanya sekali lagi. Apa

  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Api Cemburu

    Mobil Tian berhenti beberapa meter dari rumah Nicolas. Rosalia menghela napas panjang sebelum membuka pintu.Tian menatap Ros dengan sedikit khawatir. "Apa perlu aku antar sampai dalam rumah?"Rosalia menggeleng cepat, suaranya lirih tapi mantap. "Tidak perlu. Aku takut mereka banyak bertanya. Aku cukup mengatakan kalau aku diantar taksi online."Tian terkekeh, matanya berbinar geli.Tian tertawa ringan, "Taksi online setampan aku? Yang benar saja, Ros."Ros hanya tersenyum tipis sebelum turun dari mobil. Tian pun ikut keluar sebentar untuk memeriksa mobilnya. Namun, saat ia sedang memastikan semuanya baik-baik saja, sesuatu yang tak diinginkan terjadi.Nicolas berdiri di teras rumah dengan ekspresi dingin dan tajam. Begitu matanya menangkap sosok Tian, api emosi langsung membakar dadanya. Wajahnya mengeras, rahangnya mengatup erat.Nicolas melangkah mendekat, suaranya tajam penuh sindiran. "Jadi…siapa pria itu?"Ros menoleh cepat, wajahnya sedikit tegang. Tian yang masih berdiri di s

  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Sebuah Kebenaran

    Nicolas membuka pintu rumah dengan tergesa, langkahnya cepat menuju kamar El begitu mendengar suara tangisan anaknya yang semakin melemah. Tanpa ragu, ia mendorong pintu kamar dan melihat putranya duduk di tempat tidur, wajahnya basah oleh air mata, sementara Suster Ana berusaha menenangkannya."El… Papa di sini." Suaranya sangat lembut. El mengangkat kepalanya, matanya bengkak dan sembab. Begitu melihat Nicolas, bocah itu langsung mengulurkan tangannya, meminta dipeluk. Nicolas segera mendekat dan menarik tubuh kecil itu ke dalam dekapannya."Mau Cus Ros… Cus Ros di mana?"Nicolas menghela napas panjang, menahan emosinya. Ia mengusap punggung El dengan lembut, mencoba menenangkannya, tetapi hatinya terasa panas. Nama Ros terus disebut, seolah dirinya tak cukup untuk anaknya sendiri.Nicolas menahan kesal. "El, Ros tidak di sini sekarang. Tapi Papa ada di sini. Papa akan menemani kamu."El tetap terisak, tidak menjawab. Tangannya tetap menggenggam erat baju Nicolas, seolah takut keh

  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Tangis El

    Rosalia dan Tian sudah sampai di rumah Oma Agata. Melihat banyaknya keluarga Oma juga beberapa pengacara keluarga dan tentunya Aldo dan keluarganya yang serakah."Ros akhirnya kamu datang." Oma Agata langsung memeluk Ros."Oma, untuk apa Oma menunggu cucu angkat Oma. Enggak ada gunanya, toh semua harta Oma jatuh ke tangan aku yang memang bisa membuat perusahaan lebih maju." Aldo dengan bangganya mengatakan hal yang sangat memuakkan."Jangan percaya diri dulu kamu Aldo," ujar Tian."Tian, jangan ikut campur.""Ini urusan aku juga, aku juga keluarga Oma Agata!"Suasana ruang keluarga terasa tegang. Semua mata tertuju pada Tian yang dengan tegas membalas Aldo. Ros menggenggam tangan Tian, mencoba menenangkan, tapi ia sendiri merasa dadanya sesak mendengar kata-kata Aldo yang begitu angkuh.Oma Agata menarik napas panjang, lalu menatap Aldo dengan sorot mata tajam. "Aldo, jangan pernah menganggap Ros bukan bagian dari keluarga ini."Aldo mendengus, menyilangkan tangan di dadanya. "Oma, ki

  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Kecemasan

    Pak Bagaskara terdiam. Hatinya berkecamuk, tetapi wajahnya tetap tak menunjukkan emosi apa pun.“Ros,” katanya akhirnya dengan suara tenang, “beberapa hal dalam hidup lebih baik dibiarkan seperti adanya. Apa yang sudah terjadi, biarkan berlalu.”Mata Ros berkaca-kaca. “Papa menyembunyikan sesuatu, bukan?”Pak Bagaskara tidak menjawab. Ia hanya menatap Ros dengan pandangan yang sulit diartikan. Hening memenuhi ruangan, menciptakan jarak yang lebih dalam di antara mereka.Tanpa menunggu jawaban, Ros melangkah pergi. Pak Bagaskara hanya menatap punggung putrinya yang menjauh, perasaan bersalah mulai menghantui hatinya.Tak lama setelah Ros pergi, Bu Haniva masuk ke ruang tamu. Wanita itu mendekati suaminya dan duduk di sebelahnya. “Pa, kamu tidak perlu cemas,” katanya pelan. “Ros tidak akan pernah menemukan kebenarannya.”Pak Bagaskara menghela napas berat, lalu menatap istrinya. “Aku takut, Haniva. Jika suatu saat dia tahu segalanya, bagaimana?”Bu Haniva menggenggam tangan suaminya, me

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status