Semua Bab Rahim Dua Ratus Juta: Bab 161 - Bab 170

185 Bab

Bab 97. Telepon

"Hai, Darren. Sabrina mana?" tanya Jessi ketika pintu apartemen Sabrina terbuka. Jessi datang ke apartemen itu untuk menjaga adik kembarannya karena Darren hendak ke bandara menjemput Mr. Whang. "Ada di dalam. Lagi makan. Masuklah!" Darren menyingkir, memberi ruang bagi Jessi masuk ke dalam apartemen mewahnya. Bibir Jessi tersenyum melihat Sabrina yang tampak lahap makan siang. "Adududuh ibu hamil ... makannya lahap amat sih? Macam orang kelaparan."Sabrina menoleh ke sumber suara. Jessi duduk di kursi dekat adiknya sembari melihat-lihat lauk pauk yang ada di atas meja. "Iya. Saya juga enggak tau, kenapa jadi suka makan. Kamu mau makan juga, Jes?""Enggak. Aku lagi diet," jawab Jessi mencebik. Bibirnya maju beberapa centi, tidak ingin memakan makanan Sabrina yang sarat karbohidrat. "Enggak usah diet-diet. Kalau kamu mau, makan saja. Enak lho masakan Mbak Tuti itu. Cobain deh!" Sabrina menyodorkan sayur capcay kering yang dicampur daging bakso dan telur. "Enggak ... aku enggak pe
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-21
Baca selengkapnya

Bab 98A. Menyamar

Jessi menempelkan jari telunjuk di depan bibir, menyuruh Sabrina jangan bicara. Sabrina menurut, membiarkan Jessi yang berbicara dengan ibu Renata. "Ha-hallo, Ma?" timpal Jessi mengubah posisi duduk agar lebih mendalami perannya. "Sabrina, Mama dengar kamu udah pulang dari rumah sakit. Apa benar?" Suara ibu Renata terdengar sumringah. Jessi menoleh pada kembarannya, tetap menyuruh Sabrina agar jangan bicara apapun. "Benar, Ma.""Syukurlah. Sabrina, apa kamu masih marah sama Mama? A-apa kamu enggak mau maafin Mama, Nak?" Ibu Renata berbicara. Suaranya terbata-bata. Tampak kesedihan. Di dalam hati, Sabrina merasa kasihan pada ibu mertua. Ia ingin sekali menimpali pertanyaan ibu Renata tapi Jessi melarangnya. "Hm ... gimana ya? Saya cuma takut kalau Mama marah-marah lagi. Nyakitin saya lagi."Jessi tahu kalau Sabrina selalu menyebut dirinya dengan panggilan 'Saya.'Sabrina hanya merunduk, tidak dapat berkutik sedikit pun. Dia mengerti, yang dilakukan Jessi saat ini untuk kebaikannya.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-22
Baca selengkapnya

Bab 98B. Nenek Lampir

Sebelum keluar apartemen, Jessi menemui Mbak Tuti. Asisten rumah tangga Darren itu mengira kalau yang bicara dengannya adalah Sabrina padahal Jessi. "Mbak Tuti jangan kemana-mana! Jangan ninggalin adikku sendirian di apartemen ini! Oke?"Mendengar susunan kalimat yang diucapkan Jessi, barulah Mbak Tuti menyadari yang bicara dengannya bukan Sabrina melainkan Jessi. "Baik, Non Jessi."Jessi melenggang keluar dari apartemen Darren sebagai Sabrina. Dia akan menguji sikap ibu Renata . Apa benar wanita tua itu sudah merubah sikapnya menjadi lebih baik atau masih sama saja?Jessi datang ke rumah Wirawan menggunakan taksi online. Setelah di halaman rumah mewah nan megah itu, Jessi atau yang sedang berpura-pura menjadi Sabrina itu turun dari taksi dengan senyuman manis. Usai membayar ongkos taksi, Jessi melangkah ke depan pintu rumah, menekan bel berulang kali. Tak berselang lama, Mbok Darmi muncul, membuka pintu. "Masya Allah Non Sabrina? Alhamdulillah sekarang NOn sudah sehat lagi." Jes
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-22
Baca selengkapnya

Bab 99A. Sweety

"Nyonya maaf, itu ... itu kedua pipi Nyonya kenapa?" tanya mbok Darmi melihat kedua pipi majikannya yang kemerahan. Kemerahan yang mirip bekas tamparan seperti Sabrina dulu. "Enggak apa-apa. Mbok, tolong siapin daging sapi, daging ayam, kupasin kentang dan juga hm ...." Ibu Renata yang usianya sudah tidak lagi muda berpikir. Mengingat permintaan wanita yang dianggap Sabrina. "... Brokoli, kol, kembang kol, telur. Pokoknya bahan-bahan untuk membuat sayur capcay. Kalau kentang mau dibuat perkedel. Mbok tolong bantu saya.""Baik, Nyonya."Jadilah, hari itu ibu Renata berkutat di dapur. Memasak menu makanan untuk menantu keduanya. Sekitar dua puluh menit berlalu, Jessi yang brpura-pura menjadi Sabrina datang ke dapur. "Non Sabrina, ada yang bisa Mbok bantu?" tanya Mbok Darmi yang menyadari kedatangan Jessi. Ibu Renata yang mengaduk daging rendang menoleh sekilas. "Sabrina, kamu jangan ke dapur. Kembali lagi ke kamarmu atau tunggu di ruang keluarga. Kalau masakannya sudah matang, nanti
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-22
Baca selengkapnya

Bab 99B. Berbeda

Sambungan telepon terputus. Bersamaan dengan itu, suara ketukan pintu terdengar. Jessi cepat-cepat mengenakan jilbab lagi. Ia tak mau ketahuan ibu Renata atau Mbok Darmi kalau dia bukanlah Sabrina melainkan Jessi. Setelah dirasa rapi, Jessi baru melangkah ke pintu kamar. Untung saja, tadi Jessi sempat menguncinya. "Ada apa, Mbok?" tanya Jessi pada wanita yang usianya sudah lebih dari setengah abad. "Maaf, Non kalau Mbok ganggu. Non Sabrina dipanggil nyonya besar untuk makan siang bersama," kata mbok Darmi membungkukkan setengah badan. "Iya, Mbok. Sebentar lagi saya ke sana. Mbok juga makan bersama kami, ya?""Ndak usah, Non. Mbok nanti saja makannya.""Ya udah deh."Mbok Darmi permisi, kembali lagi ke dapur. Tidak berselang lama, Jessi sudah berada di ruang meja makan. Di sana rupanya sudah ada ibu Renata yang tersenyum lebar menyambut kedatangan wanita yang dianggap Sabrina. "Wow ... aromanya sangat lezat. Ini semua Mama yang masak kan?" telisik Sabrina menarik kursi, duduk di
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-22
Baca selengkapnya

Bab 100A. Menghargai Masakan

"Ndak, Nyonya. Menurut Mbok biasa saja."Jawaban mbok Darmi membuat ibu Renata menghela napas berat. Kalau Mbok Darmi berpikir tidak ada yang berbeda, maka dia pun tidak boleh berpikir macam-macam. Sudah sukur Sabrina mau memaafkan kesalahan dan kejahatannya. "Mbok, tolong pijatin saya. Pegal sekali kaki dan pinggang ini.""Baik, Nyonya."Ibu Renata dan Mbok Darmi masuk ke dalam rumah. Sebetulnya mbok Darmi juga merasa sikap Sabrina berbeda dari biasanya. Tapi, dia tidak mungkin berkata demikian. Mbok Darmi khawatir nantinya ibu Renata melakukan kekerasan lagi. Sampai di apartemen Sabrina, Jessi langsung mengganti pakaian. Beruntung, Darren belum pulang. Sabrina yang sudah menunggu kepulangan Jessi tak sabar ingin mendengar cerita tentang ibu Renata dari kembarannya. "Jes, gimana keadaan mama?" tanya Sabrina ketika Jessi baru mengganti pakaiannya di kamar tamu. Di apartemen itu ada tiga kamar. Satu kamar pribadi Sabrina dan Darren. Satu kamar tamu dan satunya kamar mbak Tuti. "Seb
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-23
Baca selengkapnya

Bab 100B. Penemuan Mayat

Setelah pekerjaan selesai, Ibu Anita berselancar di media sosial. Dia membuka salah situs berita tanah air. Ingin mengetahui berbagai kejadian yang tengah viral belakangan ini. Lumayan, jadi salah satu obat stress menghadapi pekerjaan dan juga tingkah Angelica. Namun, baru saja beberapa menit melihat laman tersebut, ibu Anita dikejutkan oleh penemuan jasad yang berada di dalam mobil di daerah pelabuhan. Wanita itu menelan saliva ketika artikel yang membahas tentang penemuan mobil beserta jasad tersebut. Ibu Anita semakin terkejut membaca nama identitas jasad yang ditemukan itu. Sudah dapat dipastikan kalau jasad itu adalah lelaki yang dibu nuh anaknya. Ibu Anita segera merapikan beberapa berkas di atas meja. Ingin segera pulang sampai rumah dan menemui Angelica. Jika polisi sudah menemukan jasad lelaki yang dibunuh anaknya, kemungkinan besar dugaan siapa pelakunya sudah dikantongi. Sepanjang jalan menuju tempat tinggalnya, ibu Anita tak henti berdoa. Semoga saja polisi belum mengeta
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-23
Baca selengkapnya

Bab 101A. Pelbagai Tanya

"Iya, polisi akan menangkapmu!" Kedua mata ibu Anita melotot menjawab pertanyaan anak semata wayangnya. "Mama kok jawabnya gitu? A-aku kan takut, Ma ...." Suara Angelica terdengar bergetar. Jantungnya pun berdetak lebih cepat membayangkan hidup di dalam jeruji besi. "Makanya sekarang kamu cepat pergi dari rumah ini!" "O-oke, Ma! Aku pergi sekarang. Aku mau ... mau kemana, ya? Ma, tolongin aku. Aku harus pergi ke mana?" Pada akhirnya Angelica memelas, meraih kedua telapak tangan ibu Anita, memohon pertolongan pada wanita yang telah melahirkannya. Namun, genggaman tangan Angelica dihempas begitu saja. Sekarang ibu Anita tidak tahu harus berbuat apa? Pikirannya benar-benar kacau. Tidak bisa berpikir jernih. "Terserah kamu. Mama juga bingung.""Maaa ....""Sudahlah, Lica! Sekarang kamu udah dewasa. Kamu sendiri yang bikin masalah ini. Makanya jadi manusia itu sedikit berguna! Jangan selalu mencari masalah, buat orang susah!" geram ibu Anita menatap tajam wajah anaknya yang sendu. An
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-23
Baca selengkapnya

Bab 101B. Sudah Bercerai

"Mas!" Ibu Renata menyenggol lengan suaminya. "Eh, Mas! Mas Sugeng!!" panggil ibu Renata dengan intonasi tinggi. Ibu Renata gelagapan. "Eh-i-iya, apa? Ada apa?""Kok ada apa? Aku tadi tanya, apa mungkin Sabrina lagi ngidam pengen makan hasil masakanku?""Ya mungkin saja lagi ngidam. Ya sudah, aku mau mandi dulu." Pak Sugeng pamit, tak ingin membahas persoalan Sabrina lagi. "Iya, Mas."Ibu Renata menarik napas panjang, berjalan ke ruang meja makan, hendak menyiapkan makan bersama suami tercinta. Namun, tiba-tiba saja ibu Renata teringat Sabrina dan Darren yang makan di kursi yang bersebrangan dengan mereka. Entah sampai kapan, Darren dan Sabrina tinggal di tempat lain? Sudah dapat dibayangkan, hari-hari ibu Renata akan terasa sepi dan sunyi. Setelah hampir tiga puluh menit, pak Sugeng baru keluar dari toilet kamar. Pak Sugeng sempat terkejut melihat istrinya yang tengah meletakkan tas kerja pak Sugeng ke meja kerja yang terletak di sudut kamar. "Mas, apa kamu tau, sampai kapan Darr
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-23
Baca selengkapnya

Bab 102. Telah Berhasil

"Aku cukup tau informasi tentangmu. Selain kamu mantan istri Adyatama dan ibu kandung Angelica, ternyata kamu juga sahabat dekat Renata, saudara kandungku tapi beda ibu."Ibu Anita terkejut mendengar penuturan ibu Regina. Ia baru tahu kalau sahabatnya itu punya saudara dari ibu yang berbeda. Selama ini ibu Renata tidak pernah bercerita perihal wanita yang duduk di kursi sampingnya. "Sebenarnya kamu siapa? Mau apa kamu ke sini? Di rumah ini enggak ada Renata. Kalau kamu mau cari tau tentang keberadaan Renata, salah alamat!"Entah mengapa, ibu Anita merasakan firasat buruk bertemu dengan ibu Regina. Ya, dia memang selalu peka tentang firasat yang dialami. Setiap merasakan firasat buruk, pasti akan terjadi sesuatu yang buruk pula.Ibu Regina terkekeh mendengar ucapan ibu Anita yang tampak sekali tidak menyukai kehadirannya. Ibu Regina menoleh, membalas tatapan ibu Anita. "Aku ke sini bukan ingin mencari Renata tapi ingin bertemu dengan anakmu. Angelica!"Kepala ibu Anita ke belakang. T
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-23
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
141516171819
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status