Semua Bab Rahim Dua Ratus Juta: Bab 131 - Bab 140

185 Bab

Bab 81B. Kembali ke Penginapan

Suara dering handphone milik pak Sugeng terdengar. Lelaki yang berusia sudah lebih dari setengah abad, merogoh ponsel dari balik jas yang dikenakan. Pak Sugeng menelan saliva melihat nama kontak yang terlihat di layar ponsel. Sebelum mengangkat panggilan telepon, Pak Sugeng berdehem. Berusaha bersikap setenang mungkin. Darren tidak boleh tahu tentang kondisi Sabrina saat ini atau keributan yang terjadi di rumah Wirawan. "Hallo, Darren?" sapa Pak Sugeng. Hatinya cemas jika Darren sampai mengetahui kondisi Sabrina. "Pa, Sabrina mana? Kenapa dari tadi teleponku enggak diangkat-angkat?" tanya Darren tanpa berbasa-basi. Tubuh pak Sugeng menegang. Bingung, mesti menjawab apa. Tidak mungkin kalau dirinya mengatakan yang sebenarnya."Ma-mana Papa tau. Papa udah di jalan mau ke kantor. Mungkin Sabrina lagi sibuk di dapur sama ... hm ... Sama Mamamu," ucap Pak Sugeng sekenanya. Pak Sugeng melihat kaca spion depan, ingin tahu keadaan Sabrina yang masih tak sadarkan diri. "Ck, Pa! Aku kalau b
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-14
Baca selengkapnya

Bab 82A. Siapa Namamu?

"Hahahaha ... ternyata kau menyukainya juga. Ah, enggak masalah. Silakan, silakan, kalau kau mau bicara empat mata dengan Jessi. Pastilah kau akan merasakan kenyamanan berdekatan dengan Jessi. She is the best," bisik Mr. Whang mencondongkan tubuh agak ke depan. Darren tersenyum tipis. Sudah tahu isi pikiran lelaki bermata sipit itu. Namun, Darren membiarkan Mr. whang berpikiran demikian. Dia hanya ingin memastikan apakah Jessi punya saudara kembar atau tidak?"Terima kasih, Mr. Kalau begitu, saya mau menghampirinya sekarang saja."Mr. Whang mengangguk, membiarkan Darren wanita yang tengah menghisap sebatang rokok. Darren berdehem ketika berdiri di belakang Jessi. Wanita yang bulu matanya lentik itu menoleh, dahinya mengkerut. "Maaf, kalau saya ganggu. Bisa enggak, kita bicara sebentar?"Jessi menjentikkan abu rokok di sampingnya, lalu menghisap perlahan dan menganggukkan kepala. "Perlu kau tau, aku enggak suka pria so cool, aku lebih suka pria agr3sif," celetukan Jessi membuat Darr
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-14
Baca selengkapnya

Bab 82B. Perkenalan

Darren dan Samantha atau lebih dikenal Jessi sudah tiba di bandara kota Jakarta. Mereka berjalan beriringan. Kali ini pakaian Jessi terlihat lebih sopan. Berusaha menyesuaikan dengan penampilan atau sikap Darren. Menurut penilaian Jessi, Darren lelaki yang baik dan setia. Buktinya pada saat Mr Whang mengenalkan Darren dengan Jessi, lelaki itu menolak dengan tegas. Jessi bahagia karena adik kembarannya itu memiliki suami yang baik dan setia. Berbeda sekali dengan dirinya. Jessi tidak punya pikiran ingin menikah dan memiliki suami. Ia juga tidak berharap memiliki suami yang baik seperti Darren sebab Jessi pun merasa sangat kotor. "Darren, aku naik taksi saja," ujar Jessi ketika mobil jemputan Darren sudah di hadapan. "Kita satu mobil saja supaya lebih cepat sampai rumah. Kamu tenang saja, aku akan duduk di samping kemudi. Kamu duduk di belakang. Masuklah!"Akhirnya Jessi yang membawa satu koper berisi pakaian masuk ke dalam mobil bagian penumpang. Sedangkan kopernya sudah disimpan pak
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-14
Baca selengkapnya

Bab 83A. Kabur

"Itu, Ma. Kenalkan saudara kembar Sabrina. Dia namanya Jessica. Jes, ini Mamaku. Ibu mertua adikmu," ucap Darren mengenalkan ibu Renata pada Jessi. Wanita yang tidak mengenakan jilbab seperti kembarannya itu mengulurkan tangan kanan, hendak bersalaman. Ibu Renata menyambut uluran tangan Jessi dengan ragu. Ia berulang kali menelan saliva. "Darren, lebih baik Mama saja yang menemui Sabrina. Ka-kamu ... kamu suruh Mbok Darmi membuatkan minuman untuk Jessi," kata ibu Renata. "Iya, Ma."Mereka berdua meninggalkan Jessi di ruang tamu. Darren berjalan cepat ke dapur. Sedangkan ibu Renata masuk ke kamar Darren tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Ibu Renata ingin bicara pada Sabrina agar tidak bercerita pada suaminya tentang kejadian tadi pagi. "Sabrina! Sabrina!" Panggil ibu Renata ketika menyadari tidak ada siapa-siapa di dalam kamar. Langkah kaki ibu Renata berjalan ke arah toilet, mengetuk pintu, menempelkan telinga, memanggil nama Sabrina berulang kali. Tidak ada suara. Ibu Renata m
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-15
Baca selengkapnya

Bab 83B. Apa yang Kamu Lakukan?

Ibu Renata tubuhnya lemas. Ia berjalan gontai ke sofa, duduk sambil menangis. Darren semakin bingung dengan mamanya. Dia semakin penasaran juga akan yang menimpa Sabrina. "Ma, Mama jawab aku, Ma! Tolong, Ma! Jangan sampai aku yang cari tau sendiri, penyebab Sabrina kabur dari rumah! Mama, bicara, Ma!"Jessi yang melihat sikap ibu Renata membuang wajah ke arah lain. Muak, itu yang ada di pikirannya. Lalu, tanpa merasa malu, Jessi mengeluarkan sebatang rokok dari tas. Memantik, dan menghisap dalam-dalam. Ekor mata Ibu Renata melirik sikap Jessi. Ibu Renata langsung berasumsi kalau Jessi bukan wanita yang baik-baik. Terlihat sekali dari sikap dan bicaranya. Sangat jauh berbeda sekali dengan Sabrina. "Mama! Jangan diam aja dong, Ma! Oke aku akan ngecek rekaman CCTV!""Jangan Darren!" cegah Ibu Renata mencekal pergelangan tangan Darren yang sudah berdiri. "Darren, dengarkan Mama dulu. Kamu jangan marah sama Mama dulu. Ini ... ini kamu lihat video yang dikirim Angelica ke nomor Mama." I
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-15
Baca selengkapnya

Bab 84A. Apa Akan Pergi?

"Bukan urusanmu! Kalau kamu belum makan dan mau makan di sini, silakan ke ruang makan. Di sana banyak macam-macak lauk pauk. Aku mau istirahat!" Sangat ketus, ibu Renata menanggapi pertanyaan Jessi. Wanita tua itu mengambil handphone-nya yang diletakkan Jessi di atas meja, lalu pergi meninggalkan Jessi yang masih penasaran penyebab saudara kembarnya kabur dari rumah mewah ini. Jessi menyandarkan punggung sebentar. Memerhatikan tiap inci ruang tamu di rumah Wirawan. Rumah yang besar, mewah dan megah. Sekilas, beruntung sekali Sabrina memiliki suami konglomerat seperti Darren. Tapi, tampaknya nyonya besar Renata itu wanita yang sombong dan cepat emosi. "Aku harus menemui si Andre. Dia harus bertanggung jawab atas kejadian yang menimpa rumah tangga adikku," gumam Jessi, akhirnya meninggalkan rumah Wirawan. *** "Mbak Tuti, apakah Mbak masih di rumah sakit?" tanya pak Sugeng saat melihat jam di ruang kantornya menunjukkan angka empat lewat dua puluh menit. "Masih, Tuan. Saya enggak te
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-15
Baca selengkapnya

Bab 84B. Bertemu

"Ada apa, Jessi? Apa kamu mau membuat film lagi denganku?" tanya Andre ketika sambungan telepon Jessi diangkatnya. Pertanyaannya seperti mengejek. Jessica mencebik, mendengar pertanyaan Andre. Jika mengingat yang telah terjadi dengan Andre, rasanya Jessi sangat jijik dan menyesal. Angelica yang berbaring tanpa penutup aurat di samping Andre tersenyum sinis. Dia sangat benci jika Andre berc1nta dengan Jessi. "Bukan. Aku cuma pengen ketemu sama kamu. Kalau kamu punya nomor kontak si Angel, tolong hubungi dia juga. Aku ingin ketemu sama dia juga sekarang. Apa bisa?" Jessi sangat yakin, dua orang itu mempunyai kepentingan khusus pada keluarga suami adiknya. "Kebetulan sekali. Angel lagi di rumahku. Kami baru saja saling bercocok tanam. Ya barang kali saja kamu mau bergabung dengan kami?"Jessi mencibir. Meski dia wanita panggilan tapi Jessi paling tidak mau melakukan hubungan itu beramai-ramai. "Aku ke rumahmu sekarang. Kirim share lock!"Jessi sangat enggan menanggapi ocehan kotor
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-15
Baca selengkapnya

Bab 85A. Bekas Tamparan

Sabrina menganggukkan kepala diiringi sebulir air mata yang membasahi pipi kirinya. Memandang Jessi, ia seperti sedang bercermin. Wajah itu benar-benar mirip hanya saja di atas bibir Jessi terdapat titik kecil tanda lahir. Jessi langsung memeluk Sabrina. Menumpahkan kasih sayang dan kerinduan pada saudara satu-satunya itu.Sebelumnya Sabrina selalu beranggapan kalau dirinya anak semata wayang pak Sudarso. Baru ia ketahui ternyata memiliki saudara kembar."Jadi kamu percaya kan kalau aku adalah saudara kembarmu, Sabrina?" tanya Jessi lagi sekadar memastikan setelah melepaskan pelukannya. Sabrina tak langsung menjawab, ia justru menangis. "Ditanya kok malah nangis?" celetuk Jessi menarik kursi yang tak jauh dari r4njang pasien. Ditegur Jessi, Sabrina menyeka lelehan air mata, tersenyum tipis. Sedangkan Darren, lelaki itu berdiri tak jauh dari mereka. "Bagaimana saya enggak percaya kalau wajah kita sangat mirip?" ujar Sabrina, suaranya terdengar terisak. "Sukurlah. Aku pikir karena
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-16
Baca selengkapnya

Bab 85B. Pelakunya Mamamu!

Sabrina terkejut mendengar sebutan yang tak enak ditelinga. Tadi menyebut bapaknya dengan kata b4jingan, sekarang menyebut orang lain lagi dengan nenek lampir. "Nenek lampir? Maksudmu siapa, Jessi?" Darren yang bertanya. Jessi memutar bola mata malas lalu menjawab, "Mamamu!" jawabnya melotot pada Darren. Darren memundurkan wajah, dia pikir Nenek lampir yang disebut Jessi siapa, ternyata mamanya sendiri. "Atas alasan apa mamaku menampar Sabrina? Mamaku sangat perhatian dan sayang pada Sabrina apalagi ketika tau Sabrina hamil," jelas Darren tak mau menuduh ibu Renata, wanita yang telah melahirkannya. "Halah, itu kan sebelum si Angel ngirim video m3sumku dengan si Andre? Aku yakin banget, orang yang menampar Sabrina adalah mamamu!" Jessi sangat yakin dengan pemikirannya. Sabrina mengerutkan kening mendengar kalimat saudaranya. "Angel? maksudmu ... Angelica?" tanya Sabrina membuat Darren dan Jessi menoleh padanya. "Iya. Angel itu Angelica. Nenek lampir marah waktu dikirimin video
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-16
Baca selengkapnya

Bab 86A. Pulang Dulu

Mendengar jawaban papanya, kedua tangan Darren mengepal kuat. Emosi sangat terlihat dari raut wajah. "Apa aku bilang? Pasti pelakunya nenek lampir. Darren, ingat kataku tadi. Jangan bawa Sabrina ke rumah itu! Aku enggak mau, saudaraku satu-satunya ini mendapat penyiksaan dari mamamu lagi."Jessi memperingatkan adik iparnya. Kedua mata nyalang menatap Darren. Sedangkan Sabrina hanya terdiam dan merunduk. "Mas, Jessi, Mama begitu karena salah paham. Dia enggak akan marah pada saya kalau tau itu adalah kamu, Jes." Sabrina masih saja membela ibu mertua. Jessi memejamkan kedua mata sesaat karena geram mendengar perkataan Sabrina. Baru saja Jessi hendak menanggapi ucapan Sabrina, Pak Sugeng menyela. "Papa juga setuju, Sabrina. Lebih baik kamu dan Darren pindah rumah saja. Maafin Papa, enggak bisa menahan emosi Mamamu." Pak Sugeng terlihat sangat menyesal. Mengingat perbuatan ibu Renata, pak Sugeng pun marah dan kecewa. Kenapa istrinya itu tak bisa mengendalikan emosi? Kenapa tidak memb
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-16
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1213141516
...
19
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status