Beranda / Romansa / Rahim Dua Ratus Juta / Bab 85A. Bekas Tamparan

Share

Bab 85A. Bekas Tamparan

Penulis: Syatizha
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-16 13:10:49

Sabrina menganggukkan kepala diiringi sebulir air mata yang membasahi pipi kirinya. Memandang Jessi, ia seperti sedang bercermin. Wajah itu benar-benar mirip hanya saja di atas bibir Jessi terdapat titik kecil tanda lahir. Jessi langsung memeluk Sabrina. Menumpahkan kasih sayang dan kerinduan pada saudara satu-satunya itu.

Sebelumnya Sabrina selalu beranggapan kalau dirinya anak semata wayang pak Sudarso. Baru ia ketahui ternyata memiliki saudara kembar.

"Jadi kamu percaya kan kalau aku adalah saudara kembarmu, Sabrina?" tanya Jessi lagi sekadar memastikan setelah melepaskan pelukannya.

Sabrina tak langsung menjawab, ia justru menangis.

"Ditanya kok malah nangis?" celetuk Jessi menarik kursi yang tak jauh dari r4njang pasien. Ditegur Jessi, Sabrina menyeka lelehan air mata, tersenyum tipis. Sedangkan Darren, lelaki itu berdiri tak jauh dari mereka.

"Bagaimana saya enggak percaya kalau wajah kita sangat mirip?" ujar Sabrina, suaranya terdengar terisak.

"Sukurlah. Aku pikir karena
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 85B. Pelakunya Mamamu!

    Sabrina terkejut mendengar sebutan yang tak enak ditelinga. Tadi menyebut bapaknya dengan kata b4jingan, sekarang menyebut orang lain lagi dengan nenek lampir. "Nenek lampir? Maksudmu siapa, Jessi?" Darren yang bertanya. Jessi memutar bola mata malas lalu menjawab, "Mamamu!" jawabnya melotot pada Darren. Darren memundurkan wajah, dia pikir Nenek lampir yang disebut Jessi siapa, ternyata mamanya sendiri. "Atas alasan apa mamaku menampar Sabrina? Mamaku sangat perhatian dan sayang pada Sabrina apalagi ketika tau Sabrina hamil," jelas Darren tak mau menuduh ibu Renata, wanita yang telah melahirkannya. "Halah, itu kan sebelum si Angel ngirim video m3sumku dengan si Andre? Aku yakin banget, orang yang menampar Sabrina adalah mamamu!" Jessi sangat yakin dengan pemikirannya. Sabrina mengerutkan kening mendengar kalimat saudaranya. "Angel? maksudmu ... Angelica?" tanya Sabrina membuat Darren dan Jessi menoleh padanya. "Iya. Angel itu Angelica. Nenek lampir marah waktu dikirimin video

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-16
  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 86A. Pulang Dulu

    Mendengar jawaban papanya, kedua tangan Darren mengepal kuat. Emosi sangat terlihat dari raut wajah. "Apa aku bilang? Pasti pelakunya nenek lampir. Darren, ingat kataku tadi. Jangan bawa Sabrina ke rumah itu! Aku enggak mau, saudaraku satu-satunya ini mendapat penyiksaan dari mamamu lagi."Jessi memperingatkan adik iparnya. Kedua mata nyalang menatap Darren. Sedangkan Sabrina hanya terdiam dan merunduk. "Mas, Jessi, Mama begitu karena salah paham. Dia enggak akan marah pada saya kalau tau itu adalah kamu, Jes." Sabrina masih saja membela ibu mertua. Jessi memejamkan kedua mata sesaat karena geram mendengar perkataan Sabrina. Baru saja Jessi hendak menanggapi ucapan Sabrina, Pak Sugeng menyela. "Papa juga setuju, Sabrina. Lebih baik kamu dan Darren pindah rumah saja. Maafin Papa, enggak bisa menahan emosi Mamamu." Pak Sugeng terlihat sangat menyesal. Mengingat perbuatan ibu Renata, pak Sugeng pun marah dan kecewa. Kenapa istrinya itu tak bisa mengendalikan emosi? Kenapa tidak memb

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-16
  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 86B. Aman dan Nyaman

    "Jessi, kenapa kamu mau melakukan itu dengan Andre?" tanya Sabrina ketika di ruangan hanya ada mereka berdua. "Melakukan itu apa?" Jessi pura-pura tak mengerti. Sabrina tampak ragu menjelaskan. Dia tidak terbiasa berkata kotor. "Oh, maksudmu aku melakukan film dewasa dengan Andre?"Sabrina mendongak, menganggukkan kepala. "Bisnis," jawab Jessi singkat. "Sudahlah, enggak perlu kamu tanyakan masalah itu. Sabrina, aku cuma pengen tanya. Apa kamu tau di mana makam ibu kita?""Tentu saja saya tau. Kamu mau ke sana?"Jessi tak menjawab, ia merunduk, bersedih. "Jessi, kita mesti bersyukur. Walaupun baru dipertemukan sekarang, tapi seenggaknya kita udah bertemu. Saya sangat bahagia bertemu sama kamu."Ungkapan perasaan Sabrina membuat Jessi tersenyum getir. "Aku juga sama. Sangat senang bisa ketemu sama kamu. Hanya saja, meski kita mirip, tapi nasib kamu dan aku sangat bertolak belakang. Kamu beruntung, Sabrina. Punya suami yang baik dan setia seperti Darren. Sedangkan aku? Mana ada laki

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-16
  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 87A. Jangan Tinggalkan

    Sesaat, ibu Renata terdiam. Mungkin Sabrina sudah bercerita tentang perbuatan buruk padanya. "Sabrina sudah ditemukan, Darren?" lirih, ibu Renata bertanya. Menyeka lelehan air mata karena merasa menyesal akan perbuatan kasar yang telah dilakukan pada Sabrina yang tengah mengandung cucunya. "Sudah," jawab Darren singkat. Memasukkan kembali pakaiannya ke dalam koper. "Di mana dia? Mama ingin ketemu."Darren menoleh, menghentikan gerakan tangan. Menapat tajam ibu Renata. "Kalau udah ketemu Sabrina, apa Mama mau menamparnya lagi? Apa Mama mau menyiksa istriku lagi? Iya, Ma?" Sorot mata Darren begitu sarat kemarahan. Kesabaran yang mati-matian ia tahan, kini keluar juga. Darren tak bisa menahan emosi jika mengingat cerita yang disampaikan pak Sugeng tentang ibu Renata pada Sabrina. Air mata ibu Renata semakin deras membasahi wajah. Isakan tangis terdengar jelas. Darren tampak tak peduli. Lebih memilih memasukkan barang-barang penting yang akan dia bawa pindah ke apartemen. "Darren ..

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-17
  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 87B. Melayani Lagi

    "Kayaknya si Jessi ngerjain kita, Dre," celetuk Angelica sembari melihat jam dinding di rumah Andre menunjukkan pukul sepuluh malam.Andre yang sedari tadi berusaha menghubungi Jessi menoleh. "Ck, menyebalkan sekali dia! Nyuruh kita nungguin tapi udah jam segini belum juga datang!" timpal Andre sangat kesal. Dia pikir, Jessica benar-benar ingin bertemu dengannya ternyata .... Angelica hanya mencibir, tersenyum sinis."Makanya kamu jangan memuji dia terus. Terbukti kan, dia orangnya menyebalkan?" sindir Angelica yang tak suka dengan kehadiran Jessica di tengah hubungannya dengan Andre. Andre menghela napas berat, meletakkan handphone di atas meja rias. Memandang Angelica yang berkemas hendak pulang. "Sayang, lebih baik kamu jangan pulang. Besok pagi kita bikin video lagi. Peminat video yang diperankan olehmu lumayan banyak ketimbang si Jessi. Udahlah kamu di sini saja. Besok pagi, si pemeran pria datang. Orangnya lebih tua dariku."Angelica terdiam. Melirik Andre yang tersenyum m3

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-17
  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 88A. Main Kasar

    Angelica bingung menjawab. Kalau dia jawab jujur, Andre pasti curiga jika dirinya menjual diri. Tapi, kalau tidak jawab jujur, dia akan dis1ksa seperti tempo lalu. Salah satu bagian tubuhnya yang s3nsitif belum sembuh total. Jika terluka lagi bagaimana?"Bu-bukan aku kenal dia. Tapi, ada temenku yang jadi simpanan orang ini. Kata temenku itu, orang itu mainnya kasar. Kayak mengalami kelainan gitu, Dre. Aku juga takut nanti temenku tau kalau dia main sama aku juga."Sempurna sekali kebohongan Angelica. Mantan isteri Darren itu menghela napas berat. Angelica pikir, Andre akan seratus persen percaya. Ternyata dugaan Angelica salah besar. "Aku enggak peduli dengan ocehan temanmu itu, Lica! Aku ingin kamu tetap melayani dia dengan baik.""Aku enggak mau, Dre! Enggak mau!" Angelica berdiri dari pangkuan Andre, tatapannya nyalang. Andre menghela napas, memejamkan kedua mata sejenak, kemudian sebelah tangannya menarik rambut Angelica hingga kepala wanita itu mendongak ke belakang. "Dre, lep

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-17
  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 88B. Takut dan Cemas

    "Mama enggak percaya kalau temannya dia yang jadi simpanan pak Bambang, Paling juga, si Angelica sendiri yang mengalaminya. Makanya dia tau dan kenal sama pak Bambang,"tutur ibu Regina menilai sikap anak kandung Pak Adyatama dan ibu Anita. Kesimpulan yang ucapkan ibu Regina membuat Andre menoleh cepat dan tampak berpikir. Sepertinya yang disimpulkan mamanya memang benar. Andre memang sudah tahu kalau Angelica adalah ikan peliharaan mami Veni. Tapi, dia hanya pura-pura tak tahu saja jika di depan Angelica."Bisa saja sih, Ma!" timpal Andre membenarkan ucapan wanita yang telah melahirkannya. Ibu Regina menarik napas panjang, mencoba bicara serius dengan anak tunggalnya."Dre, saran Mama. Kamu janganlah main lagi sama si Angelica. Mama curiga dia punya penyakit menular. Kan kamu sendiri yang bilang, Angelica sebetulnya wanita panggilan. Dia sering bergonta-ganti pasangan. Mama takut kamu tertular penyakit kelam1n, Dre." Pesan ibu Regina sebagai seorang ibu ditanggapi serius oleh Andre

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-17
  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 89A. Akan Selalu Menjaga

    "Ngomong apaan kamu, Sabrina? Kamu jangan ngomong kayak gitu! Bisa jadi ini cuma nge-flak. Lagian darahnya juga enggak banyak. Udah, jangan nangis terus! Sebentar lagi dokter datang."Meski Jessi juga khawatir kalau Sabrina mengalami keguguran, tapi dia tidak mau hal itu terjadi. Jessica berusaha terus menenangkan Sabrina. Genggaman tangan Sabrina semakin erat, seolah meminta kekuatan dari saudara kembarnya. Tanpa terasa, Jessi meneteskan air mata. Ia sungguh terharu melihat Sabrina yang tak sungkan bercerita dan menggenggam telapak tangannya. Jessi benar-benar merasa keberadaannya dianggap ada oleh Sabrina. Dia pikir, dengan penampilannya yang jauh berbeda, Sabrina akan menjaga jarak. Ternyata tidak sama sekali. Justru Sabrina begitu menyayangi. "Ta-tapi aku takut, Jess ... aku beneran takut. Aku enggak mau kehilangan anak ini. Mas Darren, papa dan mama Renata sangat mengharapkan kehadirannya, Jessi. Huhuhuhu ...." Curahan hati Sabrina membuat Jessica menarik napas panjang. Kecemasa

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-18

Bab terbaru

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 111. Bertemu Setelah Kematian

    "Kalian mau kemana?" Pak Sugeng bertanya ketika Darren dan ibu Regina berpapasan dengannya di pintu depan. "Aku mau ---""Anterin aku pulang ke panti. Aku mau ambil beberapa pakaian ganti. Kalau boleh, aku mau nginap di sini sampai acara tahlilan mbakyu selesai," sela ibu Regina. Tidak ingin kalau pak Sugeng mengetahui kalau dirinya dan Darren menemui Angelica. "Boleh saja. Silakan."Setelahnya, Pak Sugeng masuk ke dalam rumah. Darren dan ibu Regina melanjutkan langkah, menuju tempat di mana Angelica ditahan. "Tante, kenapa enggak tinggal bersama kami saja?" tanya Darren ketika kendaraan yang mereka tumpangi melaju. "Enggak, Darren. Tante udah nyaman tinggal di panti."Jawaban ibu Regina membuat Darren terdiam seribu basa. Mereka baru bertemu beberapa jam, tapi Darren merasa kalau sudah sangat lama bertemu dengan ibu Regina. Mungkin karena diantara mereka terdapat ikatan darah. "Kenapa selama ini Tante enggak pernah muncul di acara keluarga kami?" tanya Darren heran. Mengingat k

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 110B. Terima Kasih, Sayang.

    Usai pemakaman, Ibu Regina bertanya kembali pada Darren. Di rumah itu hanya Darren yang bisa diajak bicara. Ibu Regina bertanya kenapa ibu Renata sampai ditusuk orang perutnya? Siapa pelakunya?Awalnya Darren tak ingin menjawab namun karena ibu Regina memaksa, akhirnya Darren mengatakannya. Kedua mata ibu Regina membeliak mendengar nama Angelica. "Jadi, yang membuat Mbakyuku meniggal Angelica juga?" ibu Regina teramat terkejut. "Iya, Tante. Tapi keadaan mama sempat membaik."Ibu Regina menggelengkan kepala berulang kali. Rasa sakit hati pada Angelica semakin besar. Anak dan kakaknya telah dibunuh wanita berhati iblis itu. Pandangan ibu Regina beralih pada ibu Anita yang menangis di depan pusara ibu Renata. Dengan kasar, ibu Regina mendorong tubuh ibu Anita hingga wanita itu terjungkang. "Munafik! Gara-gara anakmu, Mbak Renata meninggal! Anakmu, anak iblis! Dulu anakku yang dibunuhnya, sekarang kakakku!" Teriakan ibu Regina membuat ibu Anita dan orang lain terkejut. Mereka kasak-ku

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 110A. Pemakaman

    Keluarga Wirawan berduka. Wanita yang selama ini mengharapkan cucu kini telah tiada ketika keinginannya itu dikabulkan Tuhan. Pak Sugeng duduk di samping jenazah ibu Renata sejak beberapa jam lalu. Belahan jiwanya telah hilang. Dibiarkan air mata membasahi wajah. Tak ada lagi sikapnya yang tegas, yang berwibawa dan yang berkharismatik. Kini, ia telah kehilangan semangat. "Pa, Papa makan dulu," ucap Darren mengingatkan sang papa yang seharian ini tidak ada makanan yang masuk ke dalam perut. "Nanti saja." Hanya itu jawaban yang terucap dari mulut lelaki yang ditinggal kekasih hatinya. Kekasih yang telah menemani hidupnya. Sabrina yang berada di dalam kamar, tengah memberi ASI pada kedua buah hatinya meneteskan air mata. Masih teringat jelas, bagaimana perhatiannya ibu Renata, bagaimana keinginan ibu Renata memiliki cucu. "Ya Allah, mohon kesabaran serta keikhlasan dalam hatiku ya Allah. Hamba tahu, semua ini sudah menjadi takdir-Mu."Rumah duka keluarga Wirawan semakin berjalan wak

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 109B. Panik

    Pak Sugeng bergegas keluar ruangan, hendak membeli brownies keinginan ibu Renata. Lelaki itu membeli brownies di toko yang letaknya tak jauh dari rumah sakit. Ia tak ingin berlama-lama meninggalkan ibu Renata. Hanya memakan waktu lima belas menit, pak Sugeng sudah kembali ke ruangan ibu Renata. Di dalam ruangan, terlihat ibu Renata sedang berbicara sendiri di depan handphone. "Lho, Mas. Cepat sekali belinya?" tanya ibu Renata heran. Ia lantas mematikan rekaman suara di handphone milik suaminya. Jangan sampai pak Sugeng tahu kalau ibu Renata meninggalkan pesan suara pada ponselnya. "Aku sengaja beli di toko kue terdekat. Ini aku beli dua. Ada yang pake toping keju dan ada yang enggak pake toping. Kamu mau makan yang mana dulu?" tanya pak Sugeng sembari menunjukan dua kotak brownies. Sengaja membeli dua supaya Ibu Renata memilih. "Aku mau toping keju. Mas, suapin aku ...," rengekan ibu Renata membuat hati pak Sugeng mencelos. Permintaan itu seperti mengisyaratkan sesuatu. "Tentu. A

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 109A. Pegang

    "Aku harus bilang gitu, Anita. Umur orang enggak ada yang tau. Paling enggak kalau aku udah bilang, kamu bisa wujudin," jelas ibu Renata menatap sendu wanita yang napasnya turun naik karena kesal akan ucapannya. "G1la kamu, Renata! Bisa jadi umurku lebih dulu yang tamat daripada kamu." Sangat sewot ibu Anita menanggapi ucapan ibu kandung Darren. Ibu Renata meraih telapak tangan ibu Anita. Ia seolah memohon pada mantan besannya itu."Anita, aku mohon padamu. Kabulkan---""Stop!" sela Anita menghempaskan genggaman tangan ibu Renata. "Aku enggak mau dengar soal itu lagi. Renata, kamu pasti sembuh. Sekarang keinginan terbesarmu sudah Tuhan penuhi. Langsung dikasih dua, Renata. Kamu harus sembuh. Oke?" ucap ibu Anita. Jantungnya berdetak lebih cepat. Dia sangat takut kalau sahabat dari semasa SMA-nya itu benar-benar pergi meninggalkannya. Dia sangat takut, jika apa yang dikatakan ibu Renata akan terjadi. Ibu Anita menggelengkan kepala, menghalau pikiran dan firasat buruk. Sesaat, terjad

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 108. Gantikan Posisiku

    "Mama Anita?" pekik Darren melihat mantan ibu mertuanya yang berdiri di hadapan. "Darren, apa Mama boleh menjenguk Mamamu?" suara ibu Anita bergetar. Ia takut sekali jika keluarga Wirawan membencinya karena perbuatan jahat anak semata wayangnya, Angelica."Boleh, Ma. Silakan masuk."Darren memberi ruang pada ibu Anita agar masuk ke dalam ruangan. Semuanya terkejut akan kedatangan ibu Anita. Wanita yang telah melahirkan Angelica. "Anita?" gumam ibu Renata melihat sahabatnya datang menjenguk. Ibu Anita merasa sangat bersalah akan perbuatan jahat yang dilakukan Angelica pada ibu Renata. "Renata, Renata ...." Ibu Anita menghambur dalam pelukan wanita yang telah melahirkan Darren. Pak Sugeng menarik mundur kursi roda Sabrina agar tidak menghalangi Ibu Anita yang memeluk sahabatnya. "Aku minta maaf, Renata ... aku minta maaaff ...." Permohonan maaf diucapkan ibu Anita disela pelukan pada sahabatnya. Ibu Renata mengusap lembut punggung ibu Anita. "Kamu enggak perlu minta maaf, Anita. Ka

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 107B. Mantan Ibu Mertua

    Pertanyaan ibu Anita sarat penekanan. Tatapannya sangat tajam. Angelica memicingkan kedua mata, merasa kesal karena mamanya lagi dan lagi tidak membelanya justru membela orang lain. "Aku enggak bermaksud mencelakai dia. Tujuanku Sabrina dan calon anaknya!" tandas Angelica membalas tatapan ibu Anita tak kalah tajam. "Kenapa? Memangnya Sabrina melakukan kesalahan apa sama kamu, Lica?" Ibu Anita mencondongkan tubuh lebih ke depan. "Kesalahan apa?" Angelica mengulang pertanyaan mamanya. "Mama lupa, dia udah ngerebut kebahagiaanku! Gara-gara kedatangan dia di rumah itu, aku diusir! aku diceraikan. Hidupku hancur, kacau gara-gara dia! Dia enggak boleh lebih lama bahagia. Aku ingin ... aku ingin Sabrina hidupnya hancur dan menderita sepertiku!" Mendengar ucapan Angelica, ibu Anita menggelengkan kepala berulang kali. "Bodoh!" maki ibu Anita dipenuhi amarah. "Kamu sangat bodoh, Lica! Lihatlah ... akibat kebodohanmu, sekarang kamu di penjara! kamu akan mati di dalam sel sana, Lica!" sambun

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 107A. Kenapa?

    Ibu Anita yang memutuskan pindah tempat tinggal terkejut mendengar kabar anak semata wayangnya menusuk perut ibu Renata. Kabar itu disampaikan oleh Jessi yang mengetahui keberadaan wanita yang telah melahirkan Angelica. "Anak kurang ajar! Aku pikir dia sudah m4ti!" geram ibu Anita mengepalkan kedua telapak tangan di hadapan wanita yang wajahnya mirip Sabrina. Tiga bulan lalu, ibu Anita tanpa sengaja bertemu dengan Jessi di kantor keluarga Wirawan. Jessi kala itu menemani Mr. Whang meeting di kantor Darren. Singkat cerita hubungan mereka semakin dekat. Jessi yang telah kehilangan sosok ibu, seperti menemukan sosok ibu dalam diri ibu Anita. Begitu pula ibu Anita. Sampai akhirnya, ibu Anita memutuskan pindah rumah karena tak nyaman selalu didatangi ibu Regina. Sekarang ibu Anita tinggal di apartemen yang dulu ditempati Darren dan Sabrina. "Awalnya Angelica ingin menusuk Sabrina. Tapi, dihalangi mama Renata.""Ya Tuhan ... Kenapa anak itu selalu mencari masalah?" Ibu Anita menutup waja

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 106B. Kembar

    Pak Sugeng bergegas menuju ruangan Sabrina yang letaknya cukup jauh. Sedangkan Darren berjalan, menghampiri jendela ruangan yang di dalamnya ada ibu Renata. Darren tak menyangka kalau ibu Renata yang menyelamatkan nyawa Sabrina dan calon anaknya. Ternyata ibu Renata sikapnya sudah benar-benar berubah. Sangat menyayangi dan perhatian pada Sabrina. Dari kejauhan, Darren melihat pergerakan jari ibu Renata. Lalu, perlahan-lahan kedua mata wanita tua itu terbuka. Mulutnya menganga, seolah sedang bicara. Menit berikutnya, perawat yang menjaga ibu Renata di dalam ruangan membuka pintu. "Sus, Mama saya sudah sadarkan diri?" tanya Darren tampak sumringah."Betul, Mas. Apa Mas keluarga pasien?""Saya anaknya, Sus.""Oh silakan masuk, Mas."Suster membuka pintu ruangan lebar, mempersilakan Darren masuk. Lalu, suster itu berjalan cepat, hendak memanggil dokter yang menangani kesehatan ibu Renata. "Mama!" pekik Darren berdiri di samping wanita yang telah melahirkannya. Ibu Renata mengulas sen

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status