Beranda / Romansa / Rahim Dua Ratus Juta / Bab 82A. Siapa Namamu?

Share

Bab 82A. Siapa Namamu?

Penulis: Syatizha
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-14 12:02:02

"Hahahaha ... ternyata kau menyukainya juga. Ah, enggak masalah. Silakan, silakan, kalau kau mau bicara empat mata dengan Jessi. Pastilah kau akan merasakan kenyamanan berdekatan dengan Jessi. She is the best," bisik Mr. Whang mencondongkan tubuh agak ke depan.

Darren tersenyum tipis. Sudah tahu isi pikiran lelaki bermata sipit itu. Namun, Darren membiarkan Mr. whang berpikiran demikian. Dia hanya ingin memastikan apakah Jessi punya saudara kembar atau tidak?

"Terima kasih, Mr. Kalau begitu, saya mau menghampirinya sekarang saja."

Mr. Whang mengangguk, membiarkan Darren wanita yang tengah menghisap sebatang rokok. Darren berdehem ketika berdiri di belakang Jessi. Wanita yang bulu matanya lentik itu menoleh, dahinya mengkerut.

"Maaf, kalau saya ganggu. Bisa enggak, kita bicara sebentar?"

Jessi menjentikkan abu rokok di sampingnya, lalu menghisap perlahan dan menganggukkan kepala.

"Perlu kau tau, aku enggak suka pria so cool, aku lebih suka pria agr3sif," celetukan Jessi membuat Darr
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 82B. Perkenalan

    Darren dan Samantha atau lebih dikenal Jessi sudah tiba di bandara kota Jakarta. Mereka berjalan beriringan. Kali ini pakaian Jessi terlihat lebih sopan. Berusaha menyesuaikan dengan penampilan atau sikap Darren. Menurut penilaian Jessi, Darren lelaki yang baik dan setia. Buktinya pada saat Mr Whang mengenalkan Darren dengan Jessi, lelaki itu menolak dengan tegas. Jessi bahagia karena adik kembarannya itu memiliki suami yang baik dan setia. Berbeda sekali dengan dirinya. Jessi tidak punya pikiran ingin menikah dan memiliki suami. Ia juga tidak berharap memiliki suami yang baik seperti Darren sebab Jessi pun merasa sangat kotor. "Darren, aku naik taksi saja," ujar Jessi ketika mobil jemputan Darren sudah di hadapan. "Kita satu mobil saja supaya lebih cepat sampai rumah. Kamu tenang saja, aku akan duduk di samping kemudi. Kamu duduk di belakang. Masuklah!"Akhirnya Jessi yang membawa satu koper berisi pakaian masuk ke dalam mobil bagian penumpang. Sedangkan kopernya sudah disimpan pak

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-14
  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 83A. Kabur

    "Itu, Ma. Kenalkan saudara kembar Sabrina. Dia namanya Jessica. Jes, ini Mamaku. Ibu mertua adikmu," ucap Darren mengenalkan ibu Renata pada Jessi. Wanita yang tidak mengenakan jilbab seperti kembarannya itu mengulurkan tangan kanan, hendak bersalaman. Ibu Renata menyambut uluran tangan Jessi dengan ragu. Ia berulang kali menelan saliva. "Darren, lebih baik Mama saja yang menemui Sabrina. Ka-kamu ... kamu suruh Mbok Darmi membuatkan minuman untuk Jessi," kata ibu Renata. "Iya, Ma."Mereka berdua meninggalkan Jessi di ruang tamu. Darren berjalan cepat ke dapur. Sedangkan ibu Renata masuk ke kamar Darren tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Ibu Renata ingin bicara pada Sabrina agar tidak bercerita pada suaminya tentang kejadian tadi pagi. "Sabrina! Sabrina!" Panggil ibu Renata ketika menyadari tidak ada siapa-siapa di dalam kamar. Langkah kaki ibu Renata berjalan ke arah toilet, mengetuk pintu, menempelkan telinga, memanggil nama Sabrina berulang kali. Tidak ada suara. Ibu Renata m

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-15
  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 83B. Apa yang Kamu Lakukan?

    Ibu Renata tubuhnya lemas. Ia berjalan gontai ke sofa, duduk sambil menangis. Darren semakin bingung dengan mamanya. Dia semakin penasaran juga akan yang menimpa Sabrina. "Ma, Mama jawab aku, Ma! Tolong, Ma! Jangan sampai aku yang cari tau sendiri, penyebab Sabrina kabur dari rumah! Mama, bicara, Ma!"Jessi yang melihat sikap ibu Renata membuang wajah ke arah lain. Muak, itu yang ada di pikirannya. Lalu, tanpa merasa malu, Jessi mengeluarkan sebatang rokok dari tas. Memantik, dan menghisap dalam-dalam. Ekor mata Ibu Renata melirik sikap Jessi. Ibu Renata langsung berasumsi kalau Jessi bukan wanita yang baik-baik. Terlihat sekali dari sikap dan bicaranya. Sangat jauh berbeda sekali dengan Sabrina. "Mama! Jangan diam aja dong, Ma! Oke aku akan ngecek rekaman CCTV!""Jangan Darren!" cegah Ibu Renata mencekal pergelangan tangan Darren yang sudah berdiri. "Darren, dengarkan Mama dulu. Kamu jangan marah sama Mama dulu. Ini ... ini kamu lihat video yang dikirim Angelica ke nomor Mama." I

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-15
  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 84A. Apa Akan Pergi?

    "Bukan urusanmu! Kalau kamu belum makan dan mau makan di sini, silakan ke ruang makan. Di sana banyak macam-macak lauk pauk. Aku mau istirahat!" Sangat ketus, ibu Renata menanggapi pertanyaan Jessi. Wanita tua itu mengambil handphone-nya yang diletakkan Jessi di atas meja, lalu pergi meninggalkan Jessi yang masih penasaran penyebab saudara kembarnya kabur dari rumah mewah ini. Jessi menyandarkan punggung sebentar. Memerhatikan tiap inci ruang tamu di rumah Wirawan. Rumah yang besar, mewah dan megah. Sekilas, beruntung sekali Sabrina memiliki suami konglomerat seperti Darren. Tapi, tampaknya nyonya besar Renata itu wanita yang sombong dan cepat emosi. "Aku harus menemui si Andre. Dia harus bertanggung jawab atas kejadian yang menimpa rumah tangga adikku," gumam Jessi, akhirnya meninggalkan rumah Wirawan. *** "Mbak Tuti, apakah Mbak masih di rumah sakit?" tanya pak Sugeng saat melihat jam di ruang kantornya menunjukkan angka empat lewat dua puluh menit. "Masih, Tuan. Saya enggak te

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-15
  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 84B. Bertemu

    "Ada apa, Jessi? Apa kamu mau membuat film lagi denganku?" tanya Andre ketika sambungan telepon Jessi diangkatnya. Pertanyaannya seperti mengejek. Jessica mencebik, mendengar pertanyaan Andre. Jika mengingat yang telah terjadi dengan Andre, rasanya Jessi sangat jijik dan menyesal. Angelica yang berbaring tanpa penutup aurat di samping Andre tersenyum sinis. Dia sangat benci jika Andre berc1nta dengan Jessi. "Bukan. Aku cuma pengen ketemu sama kamu. Kalau kamu punya nomor kontak si Angel, tolong hubungi dia juga. Aku ingin ketemu sama dia juga sekarang. Apa bisa?" Jessi sangat yakin, dua orang itu mempunyai kepentingan khusus pada keluarga suami adiknya. "Kebetulan sekali. Angel lagi di rumahku. Kami baru saja saling bercocok tanam. Ya barang kali saja kamu mau bergabung dengan kami?"Jessi mencibir. Meski dia wanita panggilan tapi Jessi paling tidak mau melakukan hubungan itu beramai-ramai. "Aku ke rumahmu sekarang. Kirim share lock!"Jessi sangat enggan menanggapi ocehan kotor

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-15
  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 85A. Bekas Tamparan

    Sabrina menganggukkan kepala diiringi sebulir air mata yang membasahi pipi kirinya. Memandang Jessi, ia seperti sedang bercermin. Wajah itu benar-benar mirip hanya saja di atas bibir Jessi terdapat titik kecil tanda lahir. Jessi langsung memeluk Sabrina. Menumpahkan kasih sayang dan kerinduan pada saudara satu-satunya itu.Sebelumnya Sabrina selalu beranggapan kalau dirinya anak semata wayang pak Sudarso. Baru ia ketahui ternyata memiliki saudara kembar."Jadi kamu percaya kan kalau aku adalah saudara kembarmu, Sabrina?" tanya Jessi lagi sekadar memastikan setelah melepaskan pelukannya. Sabrina tak langsung menjawab, ia justru menangis. "Ditanya kok malah nangis?" celetuk Jessi menarik kursi yang tak jauh dari r4njang pasien. Ditegur Jessi, Sabrina menyeka lelehan air mata, tersenyum tipis. Sedangkan Darren, lelaki itu berdiri tak jauh dari mereka. "Bagaimana saya enggak percaya kalau wajah kita sangat mirip?" ujar Sabrina, suaranya terdengar terisak. "Sukurlah. Aku pikir karena

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-16
  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 85B. Pelakunya Mamamu!

    Sabrina terkejut mendengar sebutan yang tak enak ditelinga. Tadi menyebut bapaknya dengan kata b4jingan, sekarang menyebut orang lain lagi dengan nenek lampir. "Nenek lampir? Maksudmu siapa, Jessi?" Darren yang bertanya. Jessi memutar bola mata malas lalu menjawab, "Mamamu!" jawabnya melotot pada Darren. Darren memundurkan wajah, dia pikir Nenek lampir yang disebut Jessi siapa, ternyata mamanya sendiri. "Atas alasan apa mamaku menampar Sabrina? Mamaku sangat perhatian dan sayang pada Sabrina apalagi ketika tau Sabrina hamil," jelas Darren tak mau menuduh ibu Renata, wanita yang telah melahirkannya. "Halah, itu kan sebelum si Angel ngirim video m3sumku dengan si Andre? Aku yakin banget, orang yang menampar Sabrina adalah mamamu!" Jessi sangat yakin dengan pemikirannya. Sabrina mengerutkan kening mendengar kalimat saudaranya. "Angel? maksudmu ... Angelica?" tanya Sabrina membuat Darren dan Jessi menoleh padanya. "Iya. Angel itu Angelica. Nenek lampir marah waktu dikirimin video

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-16
  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 86A. Pulang Dulu

    Mendengar jawaban papanya, kedua tangan Darren mengepal kuat. Emosi sangat terlihat dari raut wajah. "Apa aku bilang? Pasti pelakunya nenek lampir. Darren, ingat kataku tadi. Jangan bawa Sabrina ke rumah itu! Aku enggak mau, saudaraku satu-satunya ini mendapat penyiksaan dari mamamu lagi."Jessi memperingatkan adik iparnya. Kedua mata nyalang menatap Darren. Sedangkan Sabrina hanya terdiam dan merunduk. "Mas, Jessi, Mama begitu karena salah paham. Dia enggak akan marah pada saya kalau tau itu adalah kamu, Jes." Sabrina masih saja membela ibu mertua. Jessi memejamkan kedua mata sesaat karena geram mendengar perkataan Sabrina. Baru saja Jessi hendak menanggapi ucapan Sabrina, Pak Sugeng menyela. "Papa juga setuju, Sabrina. Lebih baik kamu dan Darren pindah rumah saja. Maafin Papa, enggak bisa menahan emosi Mamamu." Pak Sugeng terlihat sangat menyesal. Mengingat perbuatan ibu Renata, pak Sugeng pun marah dan kecewa. Kenapa istrinya itu tak bisa mengendalikan emosi? Kenapa tidak memb

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-16

Bab terbaru

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 111. Bertemu Setelah Kematian

    "Kalian mau kemana?" Pak Sugeng bertanya ketika Darren dan ibu Regina berpapasan dengannya di pintu depan. "Aku mau ---""Anterin aku pulang ke panti. Aku mau ambil beberapa pakaian ganti. Kalau boleh, aku mau nginap di sini sampai acara tahlilan mbakyu selesai," sela ibu Regina. Tidak ingin kalau pak Sugeng mengetahui kalau dirinya dan Darren menemui Angelica. "Boleh saja. Silakan."Setelahnya, Pak Sugeng masuk ke dalam rumah. Darren dan ibu Regina melanjutkan langkah, menuju tempat di mana Angelica ditahan. "Tante, kenapa enggak tinggal bersama kami saja?" tanya Darren ketika kendaraan yang mereka tumpangi melaju. "Enggak, Darren. Tante udah nyaman tinggal di panti."Jawaban ibu Regina membuat Darren terdiam seribu basa. Mereka baru bertemu beberapa jam, tapi Darren merasa kalau sudah sangat lama bertemu dengan ibu Regina. Mungkin karena diantara mereka terdapat ikatan darah. "Kenapa selama ini Tante enggak pernah muncul di acara keluarga kami?" tanya Darren heran. Mengingat k

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 110B. Terima Kasih, Sayang.

    Usai pemakaman, Ibu Regina bertanya kembali pada Darren. Di rumah itu hanya Darren yang bisa diajak bicara. Ibu Regina bertanya kenapa ibu Renata sampai ditusuk orang perutnya? Siapa pelakunya?Awalnya Darren tak ingin menjawab namun karena ibu Regina memaksa, akhirnya Darren mengatakannya. Kedua mata ibu Regina membeliak mendengar nama Angelica. "Jadi, yang membuat Mbakyuku meniggal Angelica juga?" ibu Regina teramat terkejut. "Iya, Tante. Tapi keadaan mama sempat membaik."Ibu Regina menggelengkan kepala berulang kali. Rasa sakit hati pada Angelica semakin besar. Anak dan kakaknya telah dibunuh wanita berhati iblis itu. Pandangan ibu Regina beralih pada ibu Anita yang menangis di depan pusara ibu Renata. Dengan kasar, ibu Regina mendorong tubuh ibu Anita hingga wanita itu terjungkang. "Munafik! Gara-gara anakmu, Mbak Renata meninggal! Anakmu, anak iblis! Dulu anakku yang dibunuhnya, sekarang kakakku!" Teriakan ibu Regina membuat ibu Anita dan orang lain terkejut. Mereka kasak-ku

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 110A. Pemakaman

    Keluarga Wirawan berduka. Wanita yang selama ini mengharapkan cucu kini telah tiada ketika keinginannya itu dikabulkan Tuhan. Pak Sugeng duduk di samping jenazah ibu Renata sejak beberapa jam lalu. Belahan jiwanya telah hilang. Dibiarkan air mata membasahi wajah. Tak ada lagi sikapnya yang tegas, yang berwibawa dan yang berkharismatik. Kini, ia telah kehilangan semangat. "Pa, Papa makan dulu," ucap Darren mengingatkan sang papa yang seharian ini tidak ada makanan yang masuk ke dalam perut. "Nanti saja." Hanya itu jawaban yang terucap dari mulut lelaki yang ditinggal kekasih hatinya. Kekasih yang telah menemani hidupnya. Sabrina yang berada di dalam kamar, tengah memberi ASI pada kedua buah hatinya meneteskan air mata. Masih teringat jelas, bagaimana perhatiannya ibu Renata, bagaimana keinginan ibu Renata memiliki cucu. "Ya Allah, mohon kesabaran serta keikhlasan dalam hatiku ya Allah. Hamba tahu, semua ini sudah menjadi takdir-Mu."Rumah duka keluarga Wirawan semakin berjalan wak

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 109B. Panik

    Pak Sugeng bergegas keluar ruangan, hendak membeli brownies keinginan ibu Renata. Lelaki itu membeli brownies di toko yang letaknya tak jauh dari rumah sakit. Ia tak ingin berlama-lama meninggalkan ibu Renata. Hanya memakan waktu lima belas menit, pak Sugeng sudah kembali ke ruangan ibu Renata. Di dalam ruangan, terlihat ibu Renata sedang berbicara sendiri di depan handphone. "Lho, Mas. Cepat sekali belinya?" tanya ibu Renata heran. Ia lantas mematikan rekaman suara di handphone milik suaminya. Jangan sampai pak Sugeng tahu kalau ibu Renata meninggalkan pesan suara pada ponselnya. "Aku sengaja beli di toko kue terdekat. Ini aku beli dua. Ada yang pake toping keju dan ada yang enggak pake toping. Kamu mau makan yang mana dulu?" tanya pak Sugeng sembari menunjukan dua kotak brownies. Sengaja membeli dua supaya Ibu Renata memilih. "Aku mau toping keju. Mas, suapin aku ...," rengekan ibu Renata membuat hati pak Sugeng mencelos. Permintaan itu seperti mengisyaratkan sesuatu. "Tentu. A

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 109A. Pegang

    "Aku harus bilang gitu, Anita. Umur orang enggak ada yang tau. Paling enggak kalau aku udah bilang, kamu bisa wujudin," jelas ibu Renata menatap sendu wanita yang napasnya turun naik karena kesal akan ucapannya. "G1la kamu, Renata! Bisa jadi umurku lebih dulu yang tamat daripada kamu." Sangat sewot ibu Anita menanggapi ucapan ibu kandung Darren. Ibu Renata meraih telapak tangan ibu Anita. Ia seolah memohon pada mantan besannya itu."Anita, aku mohon padamu. Kabulkan---""Stop!" sela Anita menghempaskan genggaman tangan ibu Renata. "Aku enggak mau dengar soal itu lagi. Renata, kamu pasti sembuh. Sekarang keinginan terbesarmu sudah Tuhan penuhi. Langsung dikasih dua, Renata. Kamu harus sembuh. Oke?" ucap ibu Anita. Jantungnya berdetak lebih cepat. Dia sangat takut kalau sahabat dari semasa SMA-nya itu benar-benar pergi meninggalkannya. Dia sangat takut, jika apa yang dikatakan ibu Renata akan terjadi. Ibu Anita menggelengkan kepala, menghalau pikiran dan firasat buruk. Sesaat, terjad

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 108. Gantikan Posisiku

    "Mama Anita?" pekik Darren melihat mantan ibu mertuanya yang berdiri di hadapan. "Darren, apa Mama boleh menjenguk Mamamu?" suara ibu Anita bergetar. Ia takut sekali jika keluarga Wirawan membencinya karena perbuatan jahat anak semata wayangnya, Angelica."Boleh, Ma. Silakan masuk."Darren memberi ruang pada ibu Anita agar masuk ke dalam ruangan. Semuanya terkejut akan kedatangan ibu Anita. Wanita yang telah melahirkan Angelica. "Anita?" gumam ibu Renata melihat sahabatnya datang menjenguk. Ibu Anita merasa sangat bersalah akan perbuatan jahat yang dilakukan Angelica pada ibu Renata. "Renata, Renata ...." Ibu Anita menghambur dalam pelukan wanita yang telah melahirkan Darren. Pak Sugeng menarik mundur kursi roda Sabrina agar tidak menghalangi Ibu Anita yang memeluk sahabatnya. "Aku minta maaf, Renata ... aku minta maaaff ...." Permohonan maaf diucapkan ibu Anita disela pelukan pada sahabatnya. Ibu Renata mengusap lembut punggung ibu Anita. "Kamu enggak perlu minta maaf, Anita. Ka

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 107B. Mantan Ibu Mertua

    Pertanyaan ibu Anita sarat penekanan. Tatapannya sangat tajam. Angelica memicingkan kedua mata, merasa kesal karena mamanya lagi dan lagi tidak membelanya justru membela orang lain. "Aku enggak bermaksud mencelakai dia. Tujuanku Sabrina dan calon anaknya!" tandas Angelica membalas tatapan ibu Anita tak kalah tajam. "Kenapa? Memangnya Sabrina melakukan kesalahan apa sama kamu, Lica?" Ibu Anita mencondongkan tubuh lebih ke depan. "Kesalahan apa?" Angelica mengulang pertanyaan mamanya. "Mama lupa, dia udah ngerebut kebahagiaanku! Gara-gara kedatangan dia di rumah itu, aku diusir! aku diceraikan. Hidupku hancur, kacau gara-gara dia! Dia enggak boleh lebih lama bahagia. Aku ingin ... aku ingin Sabrina hidupnya hancur dan menderita sepertiku!" Mendengar ucapan Angelica, ibu Anita menggelengkan kepala berulang kali. "Bodoh!" maki ibu Anita dipenuhi amarah. "Kamu sangat bodoh, Lica! Lihatlah ... akibat kebodohanmu, sekarang kamu di penjara! kamu akan mati di dalam sel sana, Lica!" sambun

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 107A. Kenapa?

    Ibu Anita yang memutuskan pindah tempat tinggal terkejut mendengar kabar anak semata wayangnya menusuk perut ibu Renata. Kabar itu disampaikan oleh Jessi yang mengetahui keberadaan wanita yang telah melahirkan Angelica. "Anak kurang ajar! Aku pikir dia sudah m4ti!" geram ibu Anita mengepalkan kedua telapak tangan di hadapan wanita yang wajahnya mirip Sabrina. Tiga bulan lalu, ibu Anita tanpa sengaja bertemu dengan Jessi di kantor keluarga Wirawan. Jessi kala itu menemani Mr. Whang meeting di kantor Darren. Singkat cerita hubungan mereka semakin dekat. Jessi yang telah kehilangan sosok ibu, seperti menemukan sosok ibu dalam diri ibu Anita. Begitu pula ibu Anita. Sampai akhirnya, ibu Anita memutuskan pindah rumah karena tak nyaman selalu didatangi ibu Regina. Sekarang ibu Anita tinggal di apartemen yang dulu ditempati Darren dan Sabrina. "Awalnya Angelica ingin menusuk Sabrina. Tapi, dihalangi mama Renata.""Ya Tuhan ... Kenapa anak itu selalu mencari masalah?" Ibu Anita menutup waja

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 106B. Kembar

    Pak Sugeng bergegas menuju ruangan Sabrina yang letaknya cukup jauh. Sedangkan Darren berjalan, menghampiri jendela ruangan yang di dalamnya ada ibu Renata. Darren tak menyangka kalau ibu Renata yang menyelamatkan nyawa Sabrina dan calon anaknya. Ternyata ibu Renata sikapnya sudah benar-benar berubah. Sangat menyayangi dan perhatian pada Sabrina. Dari kejauhan, Darren melihat pergerakan jari ibu Renata. Lalu, perlahan-lahan kedua mata wanita tua itu terbuka. Mulutnya menganga, seolah sedang bicara. Menit berikutnya, perawat yang menjaga ibu Renata di dalam ruangan membuka pintu. "Sus, Mama saya sudah sadarkan diri?" tanya Darren tampak sumringah."Betul, Mas. Apa Mas keluarga pasien?""Saya anaknya, Sus.""Oh silakan masuk, Mas."Suster membuka pintu ruangan lebar, mempersilakan Darren masuk. Lalu, suster itu berjalan cepat, hendak memanggil dokter yang menangani kesehatan ibu Renata. "Mama!" pekik Darren berdiri di samping wanita yang telah melahirkannya. Ibu Renata mengulas sen

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status