Home / Romansa / Rahim Dua Ratus Juta / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Rahim Dua Ratus Juta: Chapter 121 - Chapter 130

185 Chapters

Bab 76A. Menelisik

Angelica sangat terkejut mendengar ucapan Darren. Tidak menyangka Darren mengetahui penyakit yang dideritanya. Seingatnya, dia tidak bercerita pada siapapun. Lalu, Darren tahu dari siapa?"Jangan nuduh sembarangan kamu! A-aku enggak punya penyakit itu!" elak Angelica gugup. Sikapnya berubah salah tingkah. Darren menyunggingkan senyum sinis. "Kalau enggak punya penyakit itu, ngapain kamu ke sini? Dasar tukang bohong!"Belum sempat Angelica menanggapi, nama Darren sudah dipanggil asisten dokter. Darren dan Sabrina meninggalkan Angelica yang masih mematung di tempat. 'Sialan! tau dari siapa dia kalau aku punya penyakit itu? Argh!'gumam Angelica membalikkan badan, meninggalkan poly penyakit kulit dan kelamin. Angelica ke kantin lebih dulu, menunggu Darren dan Sabrina pergi dari rumah sakit. Usai menjalani pemeriksaan dan mengetahui hasilnya, Darren dan Sabrina tersenyum bahagia. Dokter Sasti sudah dapat memberikan hasilnya dari mendengar penuturan Darren dan melihat kondisi alat v1ta
last updateLast Updated : 2025-02-11
Read more

Bab 76B. Sakit

"Tadi apa kata dokter? Kamu ikut masuk juga ke ruangan dokter kan waktu Darren dipanggil?"Mertua dan menantu itu berjalan beriringan. Meski Sabrina agak sungkan, tapi sekarang dia tidak bisa menjaga jarak lagi dengan ibu Renata. Wanita yang telah melahirkan suaminya itu selalu berusaha mendekati Sabrina. Dia tampaknya mulai menyukai bahkan sudah menyayangi wanita yang berasal dari kampung itu. "Iya, Ma. Tadi saya ikut menemani Mas Darren ke dalam ruangan dokter Sasti. Hasilnya alhamdulillah negatif," jawab Sabrina, suaranya terdengar sangat lembut membuat hati ibu Renata tenang. "Syukurlah, Mama ikut senang," ucap ibu Renata mengajak Sabrina duduk di ruang keluarga. "Mbaaakk ... Mbak Tutiii ...." Panggilan ibu Renata membuat Mbak Tuti bergegas menghampiri. "Iya, Nyonya?" Setengah membungkuk Mbak Tuti bertanya. "Tolong buatin Es Jeruk peras dua. Buat saya dan buat Sabrina. Cepetan ya, Mbak!" titah ibu Renata pada salah satu asisten rumah tangganya. "Baik, Nyonya."Mbak Tuti lang
last updateLast Updated : 2025-02-11
Read more

Bab 77A. Swalayan

Sore hari, Darren sudah siap-siap akan berangkat ke luar kota. Pak Sugeng yang hari ini masuk kantor sudah menghubunginya, menyuruh Darren segera berangkat. "Nanti malam kliennya datang. Kalau kamu belum tiba di Bali, sedangkan Klien udah ada di sana, enggak enak Ren," jelas Pak Sugeng di ujung telepon. Kalau bukan proyek besar, Pak Sugeng tidak mungkin menyuruh anaknya keluar kota untuk menangani proyek tersebut. Klien yang berasal dari Singapore itu sudah mempercayai perusahaan Wirawan yang bergerak dalam bidang property untuk menangani. Darren yang duduk di sisi ranjang, di sampingnya ada Sabrina hanya merunduk lesu. Tidak ada semangat. Sabrina meraih telapak tangan suaminya, mencium punggung tangan Darren lembut lalu memberikan senyuman manis. "Iya, Pa. Sebentar lagi berangkat.""Hubungi Papa kalau udah tiba di sana.""Iya, Pa."Sambungan telepon terputus. Darren menoleh pada Sabrina. Mereka saling memandang sepersekian menit, lalu menghapus jarak cukup lama. "Mas, udah ya? B
last updateLast Updated : 2025-02-12
Read more

Bab 77B. Ikuti Permainan

Andre masih saja menelisik rekaman video dirinya dengan Jessi. Dia baru sadar kalau wajah Jessi mirip dengan istri kedua Darren. "Ya benar, wajahnya mirip Sabrina. Hanya saja, ada titik tanda lahir di atas b1bir Jessi. Apa mungkin Jessi itu adalah Sabrina? Atau mungkin sebenarnya mereka kembar?" gumam Andre mulai yakin kalau wajah Jessi memang sangat mirip dengan Sabrina. Hanya sikapnya saja yang berbeda. Andre mencari handphone, ingin memastikan kecurigaannya pada Angelica. "Hallo, Dre? Ada apa?" Suara Angelica terdengar seperti baru bangun tidur. Andre melirik jam dinding di kamar, baru jam sembilan malam tapi Angelica sudah tertidur. Tidak biasanya. "Tumben jam segini kamu udah tidur?""Tadi aku habis minum obat. Ngantuk banget. Ada apa?""Minum obat? Obat apa? Kamu sakit apa?"Mendengar rentetan pertanyaan Andre, Angelica baru sadar keceplosan. Seketika, rasa kantuknya hilang, kedua matanya membeliak, mengubah posisi jadi duduk. "Eu ... a-aku sakit kepala doang. Mungkin ... g
last updateLast Updated : 2025-02-12
Read more

Bab 78. Beautiful

"Sayang, aku baru masuk mobil. Mau ke penginapan dulu. Satu jam lagi aku baru ketemu klien. Kamu lagi ngapain?" ucap Darren pada saat sambungan telepon dengan Sabrina terhubung. "Alhamdulillah, kalau Mas udah sampai. Saya lagi bantuin Mbok Darmi menyiapkan makan malam. Mas, jangan lupa makan malam, ya?"Bibir Darren tersenyum. Sangat menyukai perhatian yang terkesan perhatian kecil tapi sebetulnya sangat membuat Darren bahagia."Iya, Sayang. Paling nanti aku makan malam bersama klien. Kamu kenapa ngebantuin Mbok Darmi? Emang Mbak Tuti kemana?" "Mbak Tuti diajak ke swalayan sama Mama. Tapi, sampai sekarang belum sampe rumah. Tadi waktu saya telepon, kata Mama masih di jalan.""Oh ... aku heran, kenapa sekarang mama jadi rajin ke swalayan? Biasanya juga paling malas keluar rumah.""Enggak apa-apa, Mas. Mungkin mama bosan di rumah terus.""Ya bisa jadi. Sayang, aku udah masuk ke halaman penginapan. Kamu jangan keluar rumah. Kalau mau keluar rumah, jangan sendirian. Harus ditemani mama
last updateLast Updated : 2025-02-12
Read more

Bab 79A. Kiriman Video

Darren berdehem sebelum menjawab, menyudahi makan malamnya. "Mohon maaf, Mr. Enggak ada wanita yang menarik di mata saya kecuali istri saya. Kalau begitu, saya permisi. Selamat malam."Senyum yang mengembang di bibir Mr. Whang hilang seketika. Lelaki itu menyambut uluran tangan Darren dengan raut wajah masam. Ternyata Darren sama dengan papanya, lelaki yang setia. Sepanjang jalan menuju penginapan, Darren ingin menghubungi Sabrina, menyampaikan kalau ada wanita yang mirip dengannya. Nama wanita itu juga sama, Jessi. Apa mungkin saudara kembar Sabrina wanita malam? Wanita panggilan?Lebih baik Darren mencari tahu dulu tentang siapa Jessi itu sebelum memberitahu istrinya. *** Setelah minum obat. seperti biasa rasa nyeri pada tubuh Angelica mulai berkurang. Ia mengganti pakaian, ingin melihat keadaan keluarga Wirawan. Ada kabar apa di sana? Sebelum menjalankan rencana untuk memfitnah Sabrina, Angelica harus melihat keadaan rumah keluarga konglomerat itu lebih dulu. Handphone di dala
last updateLast Updated : 2025-02-13
Read more

Bab 79B. Munafik

Tubuh ibu Renata menegang melihat layar ponselnya yang menampilkan rekaman video m3svm seorang wanita dengan lelaki yang tak terlihat wajahnya. Kemarahanya semakin meluap ketika video itu menampilkan wajah yang amat dikenali. "Sabrinaaaaaa!!! Sabrinaaa!" Pak Sugeng yang masih terlelap di bawah selimut terkejut setengah mati. Ia sampai terlonjak dari tempat tidur. Berjalan cepat, menyusul ibu Renata yang sudah keluar kamar, menuju kamar Sabrina. Dugh! Dugh! Dugh!"Sabrina, buka pintunya! Sabrinaaaa!" teriakan ibu Renata membuat semua orang yang ada di dalam rumah itu terkejut. Mbak Tuti dan Mbok Darmi yang baru saja selesai melaksanakan salat Subuh langsung ke luar kamar, melongok apa gerangan yang terjadi? "Ma, Mama kenapa teriak-teriak?" tanya pak Sugeng saat berdiri di samping wanita yang dicintainya. Ibu Renata enggan menjawab, menyodorkan video yang dikirim Angelica. "Mama percaya kalau ini Sabrina?" tanya pak Sugeng setelah menonton sedikit video tersebut. "Kenapa masih t
last updateLast Updated : 2025-02-13
Read more

Bab 80A. Kesetanan

"Astaghfirullah ya Allah," desis Sabrina memegang sebelah pipinya yang terasa sangat nyeri. Telinga Sabrina semakin berdengung. Air liur ibu Renata mengenai kerudung Sabrina, diseka pelan dengan ujung jilbab. "Mama! Tenang, Ma ... apa yang Mama lakukan? Mama enggak boleh bersikap kasar pada Sabrina!" Pak Sugeng tak bisa berdiam diri. Walau dia sudah melihat wajah Sabrina di dalam video tersebut, tapi hatinya tak yakin kalau itu adalah Sabrina. Ibu Renata menyentak cekalan tangan Pak Sugeng, menoleh, menatap nyalang lelaki yang sangat mencintainya itu. "Apa kamu buta? Kamu sendiri lihat video itu. Anak kita dikhianati lagi, Mas! Dia ini munafik! Pakeannya saja islami padahal busuk! Lepas jilbabmuuuuuu! Lepas, Sabrinaaaa!"Ibu Renata menarik paksa jilbab yang dikenakan Sabrina hingga rambut istri kedua Darren itu terurai. Jilbab Sabrina dibuang cukup jauh. Sabrina terkejut, berusaha meraih jilbabnya. Dia merangkak, tubuhnya gemetar hebat. Sabrina benar-benar tak mengerti, penyebab k
last updateLast Updated : 2025-02-13
Read more

Bab 80B. Silakan Pergi!

"Menurutku sikap Nyonya besar sangat keterlaluan, Mbok. Andai saja tadi Mbok enggak menghalangiku, mungkin Non Sabrina enggak kena tamparan kedua kalinya," ucap Mbak Tuti yang memang tadi hendak menarik Sabrina dari hadapan ibu Renata. Mbok Darmi yang duduk dekat Mbak Tuti menyentuh pundaknya. "Sampeyan harus eling, Tuti. Kita ini cuma pembantu, cuma babu. Ndak adab kalau ikut campur urusan majikan," tandas Mbok Darmi. Mbak Tuti menarik napas panjang. Membelai wajah Sabrina. Mereka sudah menganggap Sabrina bagian dari keluarga. Kebaikan gadis desa itu meluluhkan hati Mbok Darmi dan Mbak Tuti. "Kasihan Non Sabrina, Mbok. Baru saja Nyonya besar baik dan perhatian padanya, sekarang tiba-tiba ...." Kalimat Mbak Tuti terpotong dengan suara bel. "Tuti, buka dulu pintunya.""I-Iya, Mbok."Mbak Tuti keluar kamar. Melewati ruang keluarga, Pak Sugeng dan Ibu Renata sudah tidak ada di sana. Mendadak, Mbak Tuti mulai tak suka dengan perilaku ibu Renata. "Non Angelica?" sapa Mbak Tuti ketika
last updateLast Updated : 2025-02-13
Read more

Bab 81A. Cemas

Pak Sugeng tidak akan membiarkan Angelica menertawakan kondisi keluarga Wirawan. Terpaksa berbohong, itulah yang dilakukannya. Lagipula meski dalam rekaman video itu wajah Sabrina terlihat sangat jelas, tapi hati kecil pak Sugeng tidak seratus persen mempercayainya. Setelah masuk ke dalam rumah, pak Sugeng tak langsung kembali ke kamar. Ia bergegas ke kamar asisten rumah tangga, melihat kondisi menantunya saat ini. Pak Sugeng mengetuk pintu. Mbok dan Mbak Tuti menoleh ke belakang. Kebetulan pintu belum ditutup. Mereka terkejut melihat kedatangan pak Sugeng. "Tuan?" Hampir bersamaan Mbak Tuti dan Mbok Darmi memanggil tuannya. Kedua asisten rumah tangga keluarga Wirawan itu menghampiri, membungkukkan setengah badan di hadapan pak Sugeng. "Bagaimana keadaan Sabrina?"Tidak dapat dipungkiri, sebetulnya pak Sugeng mencemaskan keadaan Sabrina. "Maaf, Tuan. Suhu badan Non Sabrina sangat panas. Dari tadi Non Sabrina juga belum sadarkan diri," jawab Mbok Darmi, kepalanya merunduk. Pak Su
last updateLast Updated : 2025-02-14
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
19
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status