Beranda / Romansa / Rahim Dua Ratus Juta / Bab 80A. Kesetanan

Share

Bab 80A. Kesetanan

Penulis: Syatizha
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-13 06:21:48

"Astaghfirullah ya Allah," desis Sabrina memegang sebelah pipinya yang terasa sangat nyeri. Telinga Sabrina semakin berdengung. Air liur ibu Renata mengenai kerudung Sabrina, diseka pelan dengan ujung jilbab.

"Mama! Tenang, Ma ... apa yang Mama lakukan? Mama enggak boleh bersikap kasar pada Sabrina!"

Pak Sugeng tak bisa berdiam diri. Walau dia sudah melihat wajah Sabrina di dalam video tersebut, tapi hatinya tak yakin kalau itu adalah Sabrina.

Ibu Renata menyentak cekalan tangan Pak Sugeng, menoleh, menatap nyalang lelaki yang sangat mencintainya itu.

"Apa kamu buta? Kamu sendiri lihat video itu. Anak kita dikhianati lagi, Mas! Dia ini munafik! Pakeannya saja islami padahal busuk! Lepas jilbabmuuuuuu! Lepas, Sabrinaaaa!"

Ibu Renata menarik paksa jilbab yang dikenakan Sabrina hingga rambut istri kedua Darren itu terurai. Jilbab Sabrina dibuang cukup jauh. Sabrina terkejut, berusaha meraih jilbabnya. Dia merangkak, tubuhnya gemetar hebat. Sabrina benar-benar tak mengerti, penyebab k
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 80B. Silakan Pergi!

    "Menurutku sikap Nyonya besar sangat keterlaluan, Mbok. Andai saja tadi Mbok enggak menghalangiku, mungkin Non Sabrina enggak kena tamparan kedua kalinya," ucap Mbak Tuti yang memang tadi hendak menarik Sabrina dari hadapan ibu Renata. Mbok Darmi yang duduk dekat Mbak Tuti menyentuh pundaknya. "Sampeyan harus eling, Tuti. Kita ini cuma pembantu, cuma babu. Ndak adab kalau ikut campur urusan majikan," tandas Mbok Darmi. Mbak Tuti menarik napas panjang. Membelai wajah Sabrina. Mereka sudah menganggap Sabrina bagian dari keluarga. Kebaikan gadis desa itu meluluhkan hati Mbok Darmi dan Mbak Tuti. "Kasihan Non Sabrina, Mbok. Baru saja Nyonya besar baik dan perhatian padanya, sekarang tiba-tiba ...." Kalimat Mbak Tuti terpotong dengan suara bel. "Tuti, buka dulu pintunya.""I-Iya, Mbok."Mbak Tuti keluar kamar. Melewati ruang keluarga, Pak Sugeng dan Ibu Renata sudah tidak ada di sana. Mendadak, Mbak Tuti mulai tak suka dengan perilaku ibu Renata. "Non Angelica?" sapa Mbak Tuti ketika

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-13
  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 81A. Cemas

    Pak Sugeng tidak akan membiarkan Angelica menertawakan kondisi keluarga Wirawan. Terpaksa berbohong, itulah yang dilakukannya. Lagipula meski dalam rekaman video itu wajah Sabrina terlihat sangat jelas, tapi hati kecil pak Sugeng tidak seratus persen mempercayainya. Setelah masuk ke dalam rumah, pak Sugeng tak langsung kembali ke kamar. Ia bergegas ke kamar asisten rumah tangga, melihat kondisi menantunya saat ini. Pak Sugeng mengetuk pintu. Mbok dan Mbak Tuti menoleh ke belakang. Kebetulan pintu belum ditutup. Mereka terkejut melihat kedatangan pak Sugeng. "Tuan?" Hampir bersamaan Mbak Tuti dan Mbok Darmi memanggil tuannya. Kedua asisten rumah tangga keluarga Wirawan itu menghampiri, membungkukkan setengah badan di hadapan pak Sugeng. "Bagaimana keadaan Sabrina?"Tidak dapat dipungkiri, sebetulnya pak Sugeng mencemaskan keadaan Sabrina. "Maaf, Tuan. Suhu badan Non Sabrina sangat panas. Dari tadi Non Sabrina juga belum sadarkan diri," jawab Mbok Darmi, kepalanya merunduk. Pak Su

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-14
  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 81B. Kembali ke Penginapan

    Suara dering handphone milik pak Sugeng terdengar. Lelaki yang berusia sudah lebih dari setengah abad, merogoh ponsel dari balik jas yang dikenakan. Pak Sugeng menelan saliva melihat nama kontak yang terlihat di layar ponsel. Sebelum mengangkat panggilan telepon, Pak Sugeng berdehem. Berusaha bersikap setenang mungkin. Darren tidak boleh tahu tentang kondisi Sabrina saat ini atau keributan yang terjadi di rumah Wirawan. "Hallo, Darren?" sapa Pak Sugeng. Hatinya cemas jika Darren sampai mengetahui kondisi Sabrina. "Pa, Sabrina mana? Kenapa dari tadi teleponku enggak diangkat-angkat?" tanya Darren tanpa berbasa-basi. Tubuh pak Sugeng menegang. Bingung, mesti menjawab apa. Tidak mungkin kalau dirinya mengatakan yang sebenarnya."Ma-mana Papa tau. Papa udah di jalan mau ke kantor. Mungkin Sabrina lagi sibuk di dapur sama ... hm ... Sama Mamamu," ucap Pak Sugeng sekenanya. Pak Sugeng melihat kaca spion depan, ingin tahu keadaan Sabrina yang masih tak sadarkan diri. "Ck, Pa! Aku kalau b

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-14
  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 82A. Siapa Namamu?

    "Hahahaha ... ternyata kau menyukainya juga. Ah, enggak masalah. Silakan, silakan, kalau kau mau bicara empat mata dengan Jessi. Pastilah kau akan merasakan kenyamanan berdekatan dengan Jessi. She is the best," bisik Mr. Whang mencondongkan tubuh agak ke depan. Darren tersenyum tipis. Sudah tahu isi pikiran lelaki bermata sipit itu. Namun, Darren membiarkan Mr. whang berpikiran demikian. Dia hanya ingin memastikan apakah Jessi punya saudara kembar atau tidak?"Terima kasih, Mr. Kalau begitu, saya mau menghampirinya sekarang saja."Mr. Whang mengangguk, membiarkan Darren wanita yang tengah menghisap sebatang rokok. Darren berdehem ketika berdiri di belakang Jessi. Wanita yang bulu matanya lentik itu menoleh, dahinya mengkerut. "Maaf, kalau saya ganggu. Bisa enggak, kita bicara sebentar?"Jessi menjentikkan abu rokok di sampingnya, lalu menghisap perlahan dan menganggukkan kepala. "Perlu kau tau, aku enggak suka pria so cool, aku lebih suka pria agr3sif," celetukan Jessi membuat Darr

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-14
  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 82B. Perkenalan

    Darren dan Samantha atau lebih dikenal Jessi sudah tiba di bandara kota Jakarta. Mereka berjalan beriringan. Kali ini pakaian Jessi terlihat lebih sopan. Berusaha menyesuaikan dengan penampilan atau sikap Darren. Menurut penilaian Jessi, Darren lelaki yang baik dan setia. Buktinya pada saat Mr Whang mengenalkan Darren dengan Jessi, lelaki itu menolak dengan tegas. Jessi bahagia karena adik kembarannya itu memiliki suami yang baik dan setia. Berbeda sekali dengan dirinya. Jessi tidak punya pikiran ingin menikah dan memiliki suami. Ia juga tidak berharap memiliki suami yang baik seperti Darren sebab Jessi pun merasa sangat kotor. "Darren, aku naik taksi saja," ujar Jessi ketika mobil jemputan Darren sudah di hadapan. "Kita satu mobil saja supaya lebih cepat sampai rumah. Kamu tenang saja, aku akan duduk di samping kemudi. Kamu duduk di belakang. Masuklah!"Akhirnya Jessi yang membawa satu koper berisi pakaian masuk ke dalam mobil bagian penumpang. Sedangkan kopernya sudah disimpan pak

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-14
  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 83A. Kabur

    "Itu, Ma. Kenalkan saudara kembar Sabrina. Dia namanya Jessica. Jes, ini Mamaku. Ibu mertua adikmu," ucap Darren mengenalkan ibu Renata pada Jessi. Wanita yang tidak mengenakan jilbab seperti kembarannya itu mengulurkan tangan kanan, hendak bersalaman. Ibu Renata menyambut uluran tangan Jessi dengan ragu. Ia berulang kali menelan saliva. "Darren, lebih baik Mama saja yang menemui Sabrina. Ka-kamu ... kamu suruh Mbok Darmi membuatkan minuman untuk Jessi," kata ibu Renata. "Iya, Ma."Mereka berdua meninggalkan Jessi di ruang tamu. Darren berjalan cepat ke dapur. Sedangkan ibu Renata masuk ke kamar Darren tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Ibu Renata ingin bicara pada Sabrina agar tidak bercerita pada suaminya tentang kejadian tadi pagi. "Sabrina! Sabrina!" Panggil ibu Renata ketika menyadari tidak ada siapa-siapa di dalam kamar. Langkah kaki ibu Renata berjalan ke arah toilet, mengetuk pintu, menempelkan telinga, memanggil nama Sabrina berulang kali. Tidak ada suara. Ibu Renata m

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-15
  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 83B. Apa yang Kamu Lakukan?

    Ibu Renata tubuhnya lemas. Ia berjalan gontai ke sofa, duduk sambil menangis. Darren semakin bingung dengan mamanya. Dia semakin penasaran juga akan yang menimpa Sabrina. "Ma, Mama jawab aku, Ma! Tolong, Ma! Jangan sampai aku yang cari tau sendiri, penyebab Sabrina kabur dari rumah! Mama, bicara, Ma!"Jessi yang melihat sikap ibu Renata membuang wajah ke arah lain. Muak, itu yang ada di pikirannya. Lalu, tanpa merasa malu, Jessi mengeluarkan sebatang rokok dari tas. Memantik, dan menghisap dalam-dalam. Ekor mata Ibu Renata melirik sikap Jessi. Ibu Renata langsung berasumsi kalau Jessi bukan wanita yang baik-baik. Terlihat sekali dari sikap dan bicaranya. Sangat jauh berbeda sekali dengan Sabrina. "Mama! Jangan diam aja dong, Ma! Oke aku akan ngecek rekaman CCTV!""Jangan Darren!" cegah Ibu Renata mencekal pergelangan tangan Darren yang sudah berdiri. "Darren, dengarkan Mama dulu. Kamu jangan marah sama Mama dulu. Ini ... ini kamu lihat video yang dikirim Angelica ke nomor Mama." I

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-15
  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 84A. Apa Akan Pergi?

    "Bukan urusanmu! Kalau kamu belum makan dan mau makan di sini, silakan ke ruang makan. Di sana banyak macam-macak lauk pauk. Aku mau istirahat!" Sangat ketus, ibu Renata menanggapi pertanyaan Jessi. Wanita tua itu mengambil handphone-nya yang diletakkan Jessi di atas meja, lalu pergi meninggalkan Jessi yang masih penasaran penyebab saudara kembarnya kabur dari rumah mewah ini. Jessi menyandarkan punggung sebentar. Memerhatikan tiap inci ruang tamu di rumah Wirawan. Rumah yang besar, mewah dan megah. Sekilas, beruntung sekali Sabrina memiliki suami konglomerat seperti Darren. Tapi, tampaknya nyonya besar Renata itu wanita yang sombong dan cepat emosi. "Aku harus menemui si Andre. Dia harus bertanggung jawab atas kejadian yang menimpa rumah tangga adikku," gumam Jessi, akhirnya meninggalkan rumah Wirawan. *** "Mbak Tuti, apakah Mbak masih di rumah sakit?" tanya pak Sugeng saat melihat jam di ruang kantornya menunjukkan angka empat lewat dua puluh menit. "Masih, Tuan. Saya enggak te

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-15

Bab terbaru

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 111. Bertemu Setelah Kematian

    "Kalian mau kemana?" Pak Sugeng bertanya ketika Darren dan ibu Regina berpapasan dengannya di pintu depan. "Aku mau ---""Anterin aku pulang ke panti. Aku mau ambil beberapa pakaian ganti. Kalau boleh, aku mau nginap di sini sampai acara tahlilan mbakyu selesai," sela ibu Regina. Tidak ingin kalau pak Sugeng mengetahui kalau dirinya dan Darren menemui Angelica. "Boleh saja. Silakan."Setelahnya, Pak Sugeng masuk ke dalam rumah. Darren dan ibu Regina melanjutkan langkah, menuju tempat di mana Angelica ditahan. "Tante, kenapa enggak tinggal bersama kami saja?" tanya Darren ketika kendaraan yang mereka tumpangi melaju. "Enggak, Darren. Tante udah nyaman tinggal di panti."Jawaban ibu Regina membuat Darren terdiam seribu basa. Mereka baru bertemu beberapa jam, tapi Darren merasa kalau sudah sangat lama bertemu dengan ibu Regina. Mungkin karena diantara mereka terdapat ikatan darah. "Kenapa selama ini Tante enggak pernah muncul di acara keluarga kami?" tanya Darren heran. Mengingat k

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 110B. Terima Kasih, Sayang.

    Usai pemakaman, Ibu Regina bertanya kembali pada Darren. Di rumah itu hanya Darren yang bisa diajak bicara. Ibu Regina bertanya kenapa ibu Renata sampai ditusuk orang perutnya? Siapa pelakunya?Awalnya Darren tak ingin menjawab namun karena ibu Regina memaksa, akhirnya Darren mengatakannya. Kedua mata ibu Regina membeliak mendengar nama Angelica. "Jadi, yang membuat Mbakyuku meniggal Angelica juga?" ibu Regina teramat terkejut. "Iya, Tante. Tapi keadaan mama sempat membaik."Ibu Regina menggelengkan kepala berulang kali. Rasa sakit hati pada Angelica semakin besar. Anak dan kakaknya telah dibunuh wanita berhati iblis itu. Pandangan ibu Regina beralih pada ibu Anita yang menangis di depan pusara ibu Renata. Dengan kasar, ibu Regina mendorong tubuh ibu Anita hingga wanita itu terjungkang. "Munafik! Gara-gara anakmu, Mbak Renata meninggal! Anakmu, anak iblis! Dulu anakku yang dibunuhnya, sekarang kakakku!" Teriakan ibu Regina membuat ibu Anita dan orang lain terkejut. Mereka kasak-ku

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 110A. Pemakaman

    Keluarga Wirawan berduka. Wanita yang selama ini mengharapkan cucu kini telah tiada ketika keinginannya itu dikabulkan Tuhan. Pak Sugeng duduk di samping jenazah ibu Renata sejak beberapa jam lalu. Belahan jiwanya telah hilang. Dibiarkan air mata membasahi wajah. Tak ada lagi sikapnya yang tegas, yang berwibawa dan yang berkharismatik. Kini, ia telah kehilangan semangat. "Pa, Papa makan dulu," ucap Darren mengingatkan sang papa yang seharian ini tidak ada makanan yang masuk ke dalam perut. "Nanti saja." Hanya itu jawaban yang terucap dari mulut lelaki yang ditinggal kekasih hatinya. Kekasih yang telah menemani hidupnya. Sabrina yang berada di dalam kamar, tengah memberi ASI pada kedua buah hatinya meneteskan air mata. Masih teringat jelas, bagaimana perhatiannya ibu Renata, bagaimana keinginan ibu Renata memiliki cucu. "Ya Allah, mohon kesabaran serta keikhlasan dalam hatiku ya Allah. Hamba tahu, semua ini sudah menjadi takdir-Mu."Rumah duka keluarga Wirawan semakin berjalan wak

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 109B. Panik

    Pak Sugeng bergegas keluar ruangan, hendak membeli brownies keinginan ibu Renata. Lelaki itu membeli brownies di toko yang letaknya tak jauh dari rumah sakit. Ia tak ingin berlama-lama meninggalkan ibu Renata. Hanya memakan waktu lima belas menit, pak Sugeng sudah kembali ke ruangan ibu Renata. Di dalam ruangan, terlihat ibu Renata sedang berbicara sendiri di depan handphone. "Lho, Mas. Cepat sekali belinya?" tanya ibu Renata heran. Ia lantas mematikan rekaman suara di handphone milik suaminya. Jangan sampai pak Sugeng tahu kalau ibu Renata meninggalkan pesan suara pada ponselnya. "Aku sengaja beli di toko kue terdekat. Ini aku beli dua. Ada yang pake toping keju dan ada yang enggak pake toping. Kamu mau makan yang mana dulu?" tanya pak Sugeng sembari menunjukan dua kotak brownies. Sengaja membeli dua supaya Ibu Renata memilih. "Aku mau toping keju. Mas, suapin aku ...," rengekan ibu Renata membuat hati pak Sugeng mencelos. Permintaan itu seperti mengisyaratkan sesuatu. "Tentu. A

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 109A. Pegang

    "Aku harus bilang gitu, Anita. Umur orang enggak ada yang tau. Paling enggak kalau aku udah bilang, kamu bisa wujudin," jelas ibu Renata menatap sendu wanita yang napasnya turun naik karena kesal akan ucapannya. "G1la kamu, Renata! Bisa jadi umurku lebih dulu yang tamat daripada kamu." Sangat sewot ibu Anita menanggapi ucapan ibu kandung Darren. Ibu Renata meraih telapak tangan ibu Anita. Ia seolah memohon pada mantan besannya itu."Anita, aku mohon padamu. Kabulkan---""Stop!" sela Anita menghempaskan genggaman tangan ibu Renata. "Aku enggak mau dengar soal itu lagi. Renata, kamu pasti sembuh. Sekarang keinginan terbesarmu sudah Tuhan penuhi. Langsung dikasih dua, Renata. Kamu harus sembuh. Oke?" ucap ibu Anita. Jantungnya berdetak lebih cepat. Dia sangat takut kalau sahabat dari semasa SMA-nya itu benar-benar pergi meninggalkannya. Dia sangat takut, jika apa yang dikatakan ibu Renata akan terjadi. Ibu Anita menggelengkan kepala, menghalau pikiran dan firasat buruk. Sesaat, terjad

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 108. Gantikan Posisiku

    "Mama Anita?" pekik Darren melihat mantan ibu mertuanya yang berdiri di hadapan. "Darren, apa Mama boleh menjenguk Mamamu?" suara ibu Anita bergetar. Ia takut sekali jika keluarga Wirawan membencinya karena perbuatan jahat anak semata wayangnya, Angelica."Boleh, Ma. Silakan masuk."Darren memberi ruang pada ibu Anita agar masuk ke dalam ruangan. Semuanya terkejut akan kedatangan ibu Anita. Wanita yang telah melahirkan Angelica. "Anita?" gumam ibu Renata melihat sahabatnya datang menjenguk. Ibu Anita merasa sangat bersalah akan perbuatan jahat yang dilakukan Angelica pada ibu Renata. "Renata, Renata ...." Ibu Anita menghambur dalam pelukan wanita yang telah melahirkan Darren. Pak Sugeng menarik mundur kursi roda Sabrina agar tidak menghalangi Ibu Anita yang memeluk sahabatnya. "Aku minta maaf, Renata ... aku minta maaaff ...." Permohonan maaf diucapkan ibu Anita disela pelukan pada sahabatnya. Ibu Renata mengusap lembut punggung ibu Anita. "Kamu enggak perlu minta maaf, Anita. Ka

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 107B. Mantan Ibu Mertua

    Pertanyaan ibu Anita sarat penekanan. Tatapannya sangat tajam. Angelica memicingkan kedua mata, merasa kesal karena mamanya lagi dan lagi tidak membelanya justru membela orang lain. "Aku enggak bermaksud mencelakai dia. Tujuanku Sabrina dan calon anaknya!" tandas Angelica membalas tatapan ibu Anita tak kalah tajam. "Kenapa? Memangnya Sabrina melakukan kesalahan apa sama kamu, Lica?" Ibu Anita mencondongkan tubuh lebih ke depan. "Kesalahan apa?" Angelica mengulang pertanyaan mamanya. "Mama lupa, dia udah ngerebut kebahagiaanku! Gara-gara kedatangan dia di rumah itu, aku diusir! aku diceraikan. Hidupku hancur, kacau gara-gara dia! Dia enggak boleh lebih lama bahagia. Aku ingin ... aku ingin Sabrina hidupnya hancur dan menderita sepertiku!" Mendengar ucapan Angelica, ibu Anita menggelengkan kepala berulang kali. "Bodoh!" maki ibu Anita dipenuhi amarah. "Kamu sangat bodoh, Lica! Lihatlah ... akibat kebodohanmu, sekarang kamu di penjara! kamu akan mati di dalam sel sana, Lica!" sambun

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 107A. Kenapa?

    Ibu Anita yang memutuskan pindah tempat tinggal terkejut mendengar kabar anak semata wayangnya menusuk perut ibu Renata. Kabar itu disampaikan oleh Jessi yang mengetahui keberadaan wanita yang telah melahirkan Angelica. "Anak kurang ajar! Aku pikir dia sudah m4ti!" geram ibu Anita mengepalkan kedua telapak tangan di hadapan wanita yang wajahnya mirip Sabrina. Tiga bulan lalu, ibu Anita tanpa sengaja bertemu dengan Jessi di kantor keluarga Wirawan. Jessi kala itu menemani Mr. Whang meeting di kantor Darren. Singkat cerita hubungan mereka semakin dekat. Jessi yang telah kehilangan sosok ibu, seperti menemukan sosok ibu dalam diri ibu Anita. Begitu pula ibu Anita. Sampai akhirnya, ibu Anita memutuskan pindah rumah karena tak nyaman selalu didatangi ibu Regina. Sekarang ibu Anita tinggal di apartemen yang dulu ditempati Darren dan Sabrina. "Awalnya Angelica ingin menusuk Sabrina. Tapi, dihalangi mama Renata.""Ya Tuhan ... Kenapa anak itu selalu mencari masalah?" Ibu Anita menutup waja

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 106B. Kembar

    Pak Sugeng bergegas menuju ruangan Sabrina yang letaknya cukup jauh. Sedangkan Darren berjalan, menghampiri jendela ruangan yang di dalamnya ada ibu Renata. Darren tak menyangka kalau ibu Renata yang menyelamatkan nyawa Sabrina dan calon anaknya. Ternyata ibu Renata sikapnya sudah benar-benar berubah. Sangat menyayangi dan perhatian pada Sabrina. Dari kejauhan, Darren melihat pergerakan jari ibu Renata. Lalu, perlahan-lahan kedua mata wanita tua itu terbuka. Mulutnya menganga, seolah sedang bicara. Menit berikutnya, perawat yang menjaga ibu Renata di dalam ruangan membuka pintu. "Sus, Mama saya sudah sadarkan diri?" tanya Darren tampak sumringah."Betul, Mas. Apa Mas keluarga pasien?""Saya anaknya, Sus.""Oh silakan masuk, Mas."Suster membuka pintu ruangan lebar, mempersilakan Darren masuk. Lalu, suster itu berjalan cepat, hendak memanggil dokter yang menangani kesehatan ibu Renata. "Mama!" pekik Darren berdiri di samping wanita yang telah melahirkannya. Ibu Renata mengulas sen

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status