Semua Bab Rahim Dua Ratus Juta: Bab 101 - Bab 110

185 Bab

Bab 65A. Ayah Kandung

"Aku pikir kamu udah kenal dia. Oh ya, malam ini kamu mau enggak nge-handle klien-nya Cindy?"Langkah kaki Angelica terhenti, menoleh, menatap mami Veni yang juga menghentikan langkah. "Siapa klien-nya? Pengusaha berkelas atau cuma ...?""Tentu saja berkelas, Angel. Aku tau banget seleramu. Kamu enggak mungkin mau menerima tamu yang levelnya standar. Dia pengusaha dari Bandung. Katanya sih baru tiba jam enam sore tadi dan lagi pengen diservis. Kamu kan jago memijat juga. Kayaknya cocok kalau kamu yang eksekusi," ucap mami Veni menjawil dagu lancip Angelica. "Oke. Yang penting bayarannya di atas dua puluh. Kalau di bawah itu aku enggak mau."Mami Veni berdecih, menggelengkan kepala. Menelisik penampilan Angelica dari ujung kepala hingga ujung kaki. "Harusnya kamu sedikit tau diri, Angel. Kamu sekarang bukan seorang gadis lagi. Jessi saja mau dibandrol tiga puluh semalam. Dia lima belas, Mami lima belas. Padahal sekarang dia primadona. Ikan yang banyak peminatnya. Tapi, dia mau-mau s
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-06
Baca selengkapnya

Bab 65B. Tidak Punya Hati

Mendengar nama bapaknya, Sabrina menelan saliva, Ingin segera menemui tapi takut dilarang pak Sugeng dan istrinya. "Biar saya dulu yang menemuinya," kata Pak Sugeng menarik kursi, berjalan cepat ke ruang tamu di mana sudah ada pak Sudarso yang menunggu kedatangan anaknya. "Pak Sudarso?" sapa pak Sugeng ketika memasuki ruang tamu. Lelaki tua itu berdiri, membalas sapaan besannya. "Apa kabar, Tuan? Saya minta maaf sudah lancang datang ke sini." Pak Sudarso langsung sadar diri. Sebelumnya pak Sugeng melarangnya datang ke rumah, apapun yang terjadi sampai Sabrina melahirkan anak Darren. "Ada apa? Apa kamu butuh uang lagi?"Pak Sugeng bertanya demikian karena berpikir pak Sudarso tidak mungkin ingin mengetahui kabar Sabrina. Menurut pak Sugeng, Pak Sudarso tidak mungkin peduli pada keadaan Sabrina. "Enggak, Tuan. Bukan karena itu saya ke sini. Bukan, Tuan," ralat pak Sudarso yang sekarang ingin mengubah sikapnya menjadi lebih baik lagi. "Kalau bukan karena uang, lalu mau ngapain kamu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-06
Baca selengkapnya

Bab 66. Rahasia

"Tapi, sekarang kita bersyukur punya menantu sebaik Sabrina. Sudahlah, jangan kita bahas yang sudah-sudah. Kalau Papa lihat, dia kayaknya udah mulai berubah. Semoga saja berubah menjadi lebih baik."Harapan pak Sugeng hanya ditanggapi helaan napas berat. Ibu Renata tetap tak yakin kalau besannya itu akan berubah menjadi lebih baik. "Bapak," pekik Sabrina menghampiri. Pak Sudarso berdiri, tersenyum tipis. Sabrina meraih telapak tangan pak Sudarso dan mencium punggung tangannya. "Kamu apa kabar, Sabrina?" tanya pak Sudarso menatap anak perempuannya yang kini telah menjadi bagian keluarga Wirawan. Darren duduk di sofa bersebrangan dengan Pak Sudarso. Membiarkan Sabrina duduk di samping bapaknya. "Alhamdulillah saya baik, Pak. Bapak sekarang tinggal di mana? Kenapa Bapak enggak nghubungi saya?" Sabrina mengajukan beberapa pertanyaan. Meski pak Sudarso pernah berbuat jahat padanya, tapi Sabrina tetap menyayangi. Bagi Sabrina, bapak tetaplah bapak. "Maaf, Sabrina. Bapak enggak pernah t
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-06
Baca selengkapnya

Bab 67A. Aku di Mana?

Pagi di tempat yang berbeda. Angelica baru bangun. Tubuhnya terasa remuk setelah semalam melayani tiga pria. Salah satu bagian s3nsit1fnya terasa sangat nyeri. Angelica menggeliat, tengok kanan dan tengok kiri. Dia masih di dalam salah satu kamar club milik Mami Veni. Wanita itu menyibak selimut, memperlihatkan tubuhnya yang tanpa sehelai pakaian. Langkah kaki Angelica tertatih, berjalan menuju toilet. Dia ingin membersihkan badan sebab aroma perc1nt44n semalam masih tercium menyengat. Di bawah guyuran shower, Angelica memejamkan kedua mata. Meresapi aliran air yang membasahi sekujur tubuh. Masih terbayang jelas perbuatannya semalam. Tak dapat dipungkiri, hati kecil Angelica merasa jijik tubuhnya telah dij4mah banyak lelaki. Pantas saja jika Darren tidak ingin memberikan nafkah batin semenjak mengetahui kelakuan Angelica. Usai membersihkan diri, Angelica bersiap pulang ke rumah sewa. Namun, sebelumnya ia menghubungi mami Veni. Wanita itu belum memberikan bagian uang untuknya. "Oh
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-07
Baca selengkapnya

Bab 67B. Gabung

Tertatih-tatih Pak Adyatama berjalan, menyusuri jalan setapak. Berharap ada orang yang ditemuinya. Namun, nihil. Setelah berjalan cukup lama, tidak ada seorang pun yang ia jumpai. "Sialan! Ternyata Regina dan Andre membuangku! Brengseeeeeekkkk!" teriak pak Adyatama frustasi. Sekarang ia benar-benar sangat menyesal karena lebih memilih ibu Regina ketimbang ibu Anita. Pak Adyatama menangis histeris, meratapi nasib yang menimpa dirinya sekarang. Sambil terus berjalan, pak Adyatama menyebut dua nama. Anita dan Angelica. Lelaki itu tak putus asa. Terus berjalan, berharap dapat bertemu dengan seseorang yang mau membantunya. Pandangan pak Adyatama melihat gedung cukup besar. Gedung bergaya arsitektur Belanda. Sepertinya gedung itu berpenghuni. Kedua mata Pak Adyatama membaca tulisan pada papan nama. Panti Asuhan Kasih Bunda"Maaf, Pak. Ada yang bisa bantu?" tanya security yang menjaga panti asuhan tersebut ketika melihat pak Adyatama berdiri memegang besi gerbang. "Pak, tolong saya, Pak
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-07
Baca selengkapnya

Bab 68A. Terhibur

Dua mobil telah keluarga dari kediaman keluarga Wirawan. Satu mobil ditumpangi keluarga tersebut. Satu mobil lagi, berupa mobil box yang isinya bingkisan untuk anak-anak panti dan pengurusnya. Sepanjang jalan menuju panti asuhan, Sabrina hanya diam saja. Wajahnya terlihat bersedih. “Sabrina?” panggil ibu Renata yang duduk di jok penumpang bersama pak Sugeng.Sabrina yang duduk di samping Darren, menoleh.“Iya, Ma?” Darren yang mengemudi pun melihat mamanya dari kaca spion depan. “Apa yang kamu pikirkan, Sabrina? Apa kamu lagi mikirin Bapakmu?” tanya ibu Renata yang mencemaskan keadaan menantunya. Ibu Renata tidak ingin Sabrina terlalu banyak pikiran sebab sedang mengandung cucu keluarga Wirawan. “Enggak, Ma. Saya enggak mikirin apa-apa.”Sabrina berusaha menutupi yang dipikirkannya. Andai mereka tahu, Sabrina saat ini ingin sekali bertemu dengan Jessica. Biar bagaimana pun, Jessica adalah saudara Sabrina satu-satunya. “Sukurlah. Mama harap, kamu enggak lupa kalau di dalam rahim
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-07
Baca selengkapnya

Bab 68B. Melarang

Kendaraan yang ditumpangi keluarga Wirawan dan mobil box memasuki halaman panti asuhan. Anak-anak panti sudah berbaris rapi di depan teras, menyambut kedatangan keluarga pemilik panti ini.Dulu, panti asuhan itu berada di gedung yang di dalam hutan. Namun, gedung itu disuruh dikosongkan karena tanah tersebut masih sengketa. Oleh pak Sugeng dipindahalihkan ke gedung yang sekarang yang dahulunya milik keluarga berasal dari Belanda."Selamat datang, Pak Sugeng, Ibu Renata, dan Pak Darren," sapa pak Soleh ketika keluarga Wirawan turun dari mobil. "Pak Soleh, ini menantu kami. Namanya Sabrina." Ibu Renata menunjuk Sabrina. Anak pak Sudarso itu melipat kedua telapak tangan di depan d4d4. "Saya Sabrina.""Solehudin. Selamat datang, Mbak Sabrina.""Terima kasih, Pak."Pak Soleh bahagia melihat menantu ibu Renata yang sekarang. Lebih terlihat sopan dan ramah. Tidak seperti menantu sebelumnya. Datang ke panti hanya sebentar saja dan pulang lebih dulu dari pada mereka. "Silakan masuk. Acarany
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-07
Baca selengkapnya

Bab 69A. Babon

Ibu Anita turun dari mobil. Begitu ibu Anita menoleh ke belakang, kedua matanya membeliak. Sebelumnya ia tak membayangkan dapat bertemu dengan pak Adyatama. Terkejut, melihat pak Adyatama tengah berdiri di samping pak Sugeng. Debaran jantungnya begitu cepat. Keringat dingin membasahi kedua tangan. Ibu Anita menelisik penampilan suaminya dari ujung kepala hingga ujung kaki. 'Kenapa dia ada di sini? apa Renata yang menyuruhnya datang?'Ibu Renata melenggang, menghampiri sahabatnya yang masih mematung di depan pintu mobil. Dia tahu kalau ibu Anita pasti tak menyangka ada pak Adyatama di panti itu. "Anita, bukan aku yang nyuruh dia datang ke sini. Sebelum aku datang, dia sudah ada di sini. Katanya, dia tersesat."Seolah mendengar pikiran ibu Anita, ibu Renata berbisik tepat di depan telinga sahabatnya itu. Ibu Anita menghela napas berat. "Jangan berdiri di sini, kita ke sana. Aku juga enggak tau gimana ceritanya dia sampai tersesat. Entahlah, aku gak terlalu percaya sama si Ady. Tadi d
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-08
Baca selengkapnya

Bab 69B. Ingin Rujuk

"Anita, aku sangat menyesal. Tolong maafkan aku. Aku janji, enggak akan selingkuh lagi. Enggak akan menikah lagi. Aku janji," bujuk pak Adyatama pada wanita yang kini duduk di kursi teras panti asuhan.Niat ibu Anita datang ke panti asuhan ini, ingin menghibur diri bertemu dengan anak-anak. Yang terjadi justru bertemu dengan lelaki yang semalam ia rindukan sekaligus lelaki yang telah membuatnya kecewa. Entah mesti bahagia atau marah bertemu dengan lelaki yang tega mengkhianati cintanya berulang kali. "Angelica di mana? Apa dia bersamamu?" Ibu Anita mengabaikan permohonan maaf dan janji yang diucapkan Adyatama. Ia justru teringat anak semata wayangnya. Meski Angelica sering menyakiti hati tapi sebagai seorang ibu, Anita selalu merindukan. "Angelica? Dia enggak ikut bersamaku. Aku enggak tau dia ada di mana." Jawaban Adyatama membuat ibu Anita terkejut. Dia pikir Angelica bersama Adyatama selama ini. Ibu Anita menoleh, dahinya melipat, kedua mata memicing. "Lho, bukannya dia bersama
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-08
Baca selengkapnya

Bab 70A. Dijodohin

"Enggak," jawab ibu Anita tegas. Kepalanya menoleh, menatap pak Adyatama yang tampak terkejut mendengar jawaban ibu kandung Angelica. "Aku enggak mau jadi istrimu lagi. Aku enggak mau berumah tangga denganmu lagi. Ya, aku akui masih ada cinta dihatiku untukmu tapi maaf, untuk menjadikanmu suamiku lagi, aku enggak bisa. Aku bukan wanita bodoh seperti sebelumnya. Yang terlalu diperbudak perasaan. Aku ingin masa tuaku dipenuhi kebahagiaan dan kehidupan yang tenang," sambung ibu Anita masih menatap lelaki yang tenggorokannya seketika tersentak. Pak Adyatama pikir, ibu Anita mau diajak berumah tangga lagi dengan ucapan-ucapan manisnya. Ternyata tidak. Namun, pak Adyatama tidak menyalahkan keputusan ibu Anita. Sewajarnya jika ia tak mau berumah tangga dengannya lagi. Prilaku pak Adyatama sebelumnya sangat menyebalkan dan sering membuat ibu Anita kecewa. Perselingkuhan berulang kali, penggelapan uang perusahaan, utang di mana-mana sampai akhirnya perusahaan dan rumah miliknya diambil alih k
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-08
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
910111213
...
19
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status