Semua Bab Rahim Dua Ratus Juta: Bab 91 - Bab 100

185 Bab

Bab 59B. Nganterin Pulang

Semua orang tertegun. Beberapa wartawan saling pandang satu sama lain. Ibu Renata tetap diam, membiarkan mereka mendengar dari Angelica terlebih dahulu. Sebab, ibu Renata yakin, tidak semua orang yang ada di ruangan itu percaya akan ucapan Angelica. "Nyonya Renata, apa benar yang dikatakan Non Angelica?" Para wartawan itu tak serta merta percaya dengan ucapan Angelica, mengingat sikap dan perilaku wanita itu selama ini. Wartawan lain langsung bertanya pada ibu Renata. Angelica memalingkan wajah, karena masih ada saja orang yang menganggap ibu Renata atau keluarga Wirawan orang yang baik. "Apa kalian percaya begitu saja dengan ocehan wanita itu?" Pertanyaan ibu Renata menyentak Angelica. Anak kandung pak Adyatama itu langsung menegakkan tubuh. "Baiklah, saya akan membeberkan alasan kenapa Darren sampai menceraikan Angelica dan lebih mempertahankan Sabrina sebagai istrinya." Sorot mata ibu Renata terarah pada Angelica yang sikapnya masih terlihat tenang. Bahkan seolah mencibir ibu Re
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-03
Baca selengkapnya

Bab 60. Keluar!

Tanpa menunggu tanggapan Darren, ibu Renata mematikan sambungan telepon. Darren mengacak rambut yang tak gatal. Lalu, berjalan gontai, menghampiri istrinya yang tengah fokus menatap layar ponsel. "Sayang?" panggil Darren merangkul pundak istrinya mesra. Satu kecvpan berhasil mendarat di pipi kiri Sabrina. "Ada apa, Mas?""Barusan mama telepon. Mama nyuruh kamu pulang sekarang." Suara Darren terdengar sedih. Sabrina tahu suaminya pasti tidak mau ia pulang sekarang. "Saya terserah kamu, Mas. Kalau Mas nyuruh saya pulang, saya akan pulang. Kalau Mas nyuruh saya di sini, saya akan tetap di sini," timpal Sabrina tersenyum manis. Darren cukup terkejut akan jawaban Sabrina. Dia pikir, istrinya akan tergesa-gesa pergi meninggalkannya karena yang menyuruh pulang ibu Renata. "Walaupun yang nyuruh kamu pulang mamaku?" Darren tampak tak percaya akan jawaban istrinya. Sabrina menganggukkan kepala. "Iya. Karena bagi saya, perintah suami lebih utama dari pada perintah orang lain."Lelaki itu t
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-03
Baca selengkapnya

Bab 61A. Siap

Brakh!Angelica menggebrak meja. Kedua matanya melotot pada Wulan yang menurutnya sangat lancang sudah mengusirnya. "Lancang banget kamu ngusir aku? Memangnya kamu siapa? Ngaca dong kalau ngomong!" sentak Angelica. Sorot matanya begitu tajam, amarah terlihat menguasai dirinya. Ia tak terima, Wulan memperlakukannya seperti itu. "Ada apa ini?"Ibu Anita yang mendapat laporan dari salah satu staf tentang kedatangan anaknya, langsung keluar ruangan, menuju ruangan Wulan. Wanita berpenampilan elegan itu berjalan cepat menghampiri Angelica yang terkejut melihat kedatangan mamanya."Maaf, Bu. Mbak Angelica datang-datang minta ditransfer uang," jawab Wulan tanpa rasa takut karena dia pikir sekarang Angelica bukan lagi siapa-siapa. Bukan anak pemilik perusahaan ini, bukan pula menantu keluarga konglomerat terkenal bernama Renata Wirawan.Pandangan ibu Anita beralih menatap tajam Angelica. Anak itu benar-benar tidak berubah sikapnya. "Apa hakmu minta uang perusahaan? Kamu sekarang bukan siap
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-04
Baca selengkapnya

Bab 61B. Ngerujak

Kendaraan yang ditumpangi Sabrina sudah memasuki halaman rumah keluarga Wirawan. Wanita itu ingin segera bertemu ibu Renata untuk meminta maaf. Memasuki ruangan keluarga, ibu Renata tampak sedang serius berbicang dengan suaminya. Sabrina tak mau mengganggu, ia membalikkan badan, hendak ke kamar. Namun, langkah kakinya terhenti. Ibu Renata menyadari kedatangan Sabrina dan memanggilnya. "Iya, Nyonya?" Sabrina belum terbiasa memanggil mama. Masih saja memanggil ibu Renata dengan panggilan Nyonya. "Oh, maaf. Maksud saya ... ada apa, Ma?" Masih tidak berani membalas tatapan ibu Renata. Wanita itu merunduk takut. Ibu Renata menarik napas sembari menoleh pada suaminya. "Sabrina, duduk di sini!"Ibu Renata menepuk sofa yang ditempati, menyuruh Sabrina duduk di sampingnya. Sedangkan pak Sugeng, pergi meninggalkan mereka berdua. Dengan canggung, Sabrina duduk di samping ibu mertua. Memilin ujung jilbab agar tidak terlihat rasa gugupnya. "Ma, sa-saya minta maaf karena tadi enggak langsung
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-04
Baca selengkapnya

Bab 62A. Ide Bagus

"Iya ngerujak. Tadi setelah konferensi pers, di jalan Mama lihat Mangga muda. Kok kelihatannya segar sekali kalau ngerujak jam segini. Nih, sambelnya Mama sendiri yang bikin. Kamu cobain deh," ujar ibu Renata sumringah. Mengambil irisan buah Mangga muda yang rasanya sudah dapat dipastikan, asam. "Ma, hm ... saya, saya bukannya enggak mau ngerujak, tapi ... saya enggak pengen, Ma.""Oh, kamu enggak pengen ngerujak?" Ibu Renata menatap Sabrina sembari mengunyah Mangga muda yang dagingnya masih putih. "Iya. Maaf ya, Ma? Maaf ...." Sabrina meringis, melihat ibu Renata menggigit Mangga muda itu tanpa terlihat keaseman. Justru seperti menikmati. "Enggak apa-apa. Padahal ini enak sekali Sabrina. Mama pikir kamu yang lagi hamil, suka ngerujak. Makanya Mama nyuruh kamu cepat-cepat puang," ucap ibu Renata menguyah buah tersebut. "Terima kasih. Mama sudah sangat baik dan perhatian sama saya." Sabrina tersenyum bahagia sekaligus terharu. Dalam sekejap, ibu Renata kini sikapnya berubah jauh le
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-05
Baca selengkapnya

Bab 62B. Kangen Kamu

Pak Adyatama pulang ke rumah sekitar jam lima sore. Tubuhnya terlihat lelah sekali. Beruntung tadi dia mendapat orderan. Lumayan, uangnya bisa buat beli makan siang. Sekarang uang yang tersisa seratus lima belas ribu. Pak Adyatama bingung jika ibu Regina meminta uang lagi. "Dre, Mama kamu di mana?" tanya pak Adyatama ketika berpapasan dengan Andre yang sudah berpakaian rapi, mau keluar rumah. Andre ada janji dengan pak Sudarso. Lelaki tua itu ingin bertemu dengannya. "Enggak tau." Jawaban Andre terdengar sangat ketus. Pak Adyatama menelan saliva, memandangi Andre yang sudah berlalu, keluar rumah. Langkah kaki Pak Adyatama menuju kamar. Membuka pintu, terlihat ibu Regina yang duduk di kursi meja rias, tampak sedang mematut diri. Pak Adyatama tersenyum bahagia karena berpikir, ibu Regina bersolek untuk menyambutnya. Tanpa diduga, pak Adyatama memeluk tubuh ibu Regina dari belakang. Sontak, wanita yang telah melahirkan Andre itu menepis kasar kedua tangan pak Adyatama. "Eh, tua bangk
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-05
Baca selengkapnya

Bab 63A. Lapar

Pak Adyatama dengan langkah gontai ke ruang meja makan, apa masih ada makanan atau lauk pauk atau tidak? Ternyata benar, di atas meja kosong. Tidak ada makanan apapun. Pak Adyatama mengusap perut gendutnya. Memang tidak terlalu lapar, tapi ... tadi dia makan hanya sedikit. Setelahnya, Pak Adyatama kembali ke kamar. Di dalam sana, terlihat ibu Regina sedang melihat ponselnya. Mendengar suara pintu dibuka, ibu Regina melirik. "Anakmu itu sangat memalukan!" cibir ibu Regina pada lelaki yang baru masuk ke dalam kamar. Sewaktu melihat konferensi pers keluarga Wirawan, ibu Regina sempat terkejut dengan kedatangan Angelica. Sebelumnya wanita itu berpikir jika Angelica belum memiliki suami. Ternyata dia istri dari Darren Wirawan yang berselingkuh dengan Andre. "Memalukan? Memalukan kenapa?" Pak Adyatama berjalan cepat, duduk di sisi istrinya. Lalu, mengambil handphone dari tangan ibu Regina. Kedua mata pak Adyatama membeliak sempurna melihat tingkah Angelica di acara itu. Ia menarik napas
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-05
Baca selengkapnya

Bab 63B. Cinta

"Aku kangen kamu, Sayang. Kangen anak kita juga," ungkap Darren ketika sampai di rumah. Memeluk dan menc1um kening serta perut istrinya yang belum membuncit. "Saya juga kangen, Mas," timpal Sabrina memandang wajah tampan suaminya penuh cinta. Sekian menit, mereka saling memandang. Menikmati keindahan paras masing-masing. Darren tak tahan, ia pun menunaikan kewajibannya, memberi nafkah batin untuk Sabrina. Tiga puluh menit berlalu. Napas keduanya masih tersengal-sengal. "Maaf, Sayang. Aku mainnya agak kasar," ucap Darren merebahkan tubuh di samping istrinya. "Ya, Mas. Enggak apa-apa. Saya mandi duluan, ya? Mau bantu nyiapin makan malam nanti.""Nanti dulu, Sayang." Darren memegang lengan Sabrina. Menarik tubuh tanpa penutup aurat itu ke dada bidangnya. Sabrina tersenyum, membelai bulu-bulu halus di sekitar wajah sang suami. "Aku mau tanya dulu.""Tanya apa?"Darren tak langsung menjawab. Pandangannya tertuju pada kedua bagian tubuh Sabrina. "Kenapa si kembar itu makin membesar?"
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-05
Baca selengkapnya

Bab 64A. Dibius

Andre bertemu dengan pak Sudarso di salah satu cafe. "Bapak yakin mau berhenti dari proyek kita? Keuntungannya kan sangat besar. Gak nyesel, Pak?" tanya Andre memastikan setelah mendengar niat pengunduran pak Sudarso. Lelaki tua yang duduk di hadapannya tersenyum kecut. "Iya, Bos. Saya mau berhenti soalnya pengen pulang kampung. Katanya anak saya lagi hamil. Saya mau jagain dia. Ya maklum, suaminya itu sering kerja di luar kota. Takut nanti pas lahiran, enggak ada yang nolong." Tentu saja pak Sudarso berbohong. Selama ini dia tidak pernah memberitahu jati diri yang sebenarnya pada Andre. Tidak pula memberitahu Andre jika Sabrina yang tak lain istri kedua Darren adalah anak kandungnya. "Oh begitu. Ya sudah enggak apa-apa. Nanti saya akan kembali lagi ke Jakarta. Nomor rekening Bapak masih sama 'kan?" tanya Andre mengeluarkan handphone, hendak memberi bayaran untuk pak Sudarso. "Iya, Bos."Tidak berselang lama, suara notifikasi terdengar dari handphone ayah kandung Sabrina. "Sudah
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-06
Baca selengkapnya

Bab 64B. Tidak Kenal

Angelica benar-benar frustasi. Satu persatu perhiasannya habis dijual. Malam ini dia ingin menyambangi club malam, ingin menemui Mami Veni. Ingin menjadi ikan peliharaannya lagi. Jam sembilan malam, Angelica sudah mengenakan pakaian yang s3ksi. Wangi parfum sangat menyeruak. Penampilannya bagai wanita malam yang haus akan belaian kaum Adam berhidung belang. Sampai di club malam, banyak pasang mata yang mengarah padanya. Angelica sengaja melenggak-lenggokan tubuh. Tak peduli pandangan nakal atau tangan yang mendarat pada tubuh bagian belakangnya. Bukannya marah, Angelica justru bergelayut manja ketika melihat pria itu berpenampilan bak seorang pengusaha muda. "Apa, Sayang? Kamu mau ini juga?" Angelica membusungkan kedua gunung ke depan wajah lelaki yang menampar b0k0ngny4. Lelaki itu tanpa sopan memegang. "Angel?"Yang dipanggil langsung menoleh. "Heii ... Angel, kamu kemana saja ?"Lelaki muda yang berpenampilan inocent itu terlepas dari dua gunung milik Angelica. "Mami ... apa
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-06
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
89101112
...
19
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status