Home / Romansa / Rahim Dua Ratus Juta / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Rahim Dua Ratus Juta: Chapter 71 - Chapter 80

185 Chapters

Bab 47A. Tidak Salah

"Angelica memang keterlaluan. Harusnya dari dulu kamu ceraikan dia, Darren," ujar pak Sugeng setelah mendengar cerita dari ibu Renata perihal kejadian tadi siang. "Kan dilarang mama, Pa." Dengan santainya Darren menjawab. Ibu Renata memutar bola mata malas. Kesal, karena Darren menyindir. "Kalau dia masih menganggap Anita sebagai ibu kandungnya, Mama akan tetap melarang kamu menceraikannya." Ibu Renata tak mau kalah dan tak mau disalahkan. Angelica boleh melawan dirinya tapi tidak boleh melawan ibu Anita yang tak lain wanita yang telah melahirkannya. "Semoga suatu saat Angelica sadar kalau perbuatannya salah besar dan dosa besar. Kamu Darren, secepatnya ke pengadilan untuk melakukan sidang perceraian. Jangan lupa juga, legalkan pernikahanmu dengan Sabrina. Sekarang istrimu hanya Sabrina."Senyum Darren mengembang sempurna mendengar penuturan papanya. Sedangkan ibu Renata justru membeliakkan kedua mata. "Jangan dilegalkan dulu, Pa! Sabrina belum kasih kita cucu. Tunggu sampai perni
last updateLast Updated : 2025-01-27
Read more

Bab 47B. Pertemuan Tak Terduga

Esok harinya, usai sarapan Darren bersiap-siap hendak ke pengadilan untuk mengajukan permohonan cerai untuk Angelica. Semua barang bukti sudah dipersiapkan. Darren juga didampingi pengacara keluarganya. Dia tidak mau nanti di persidangan dipersulit proses perceraiannya. "Pa, aku ke kantornya agak siangan. Mau ke pengadilan dulu," ucap Darren ketika di depan rumah. "Darren, kamu jangan kebanyakan libur kerja. Kasihan Papamu. Dia kecapekan nge-handle kerjaanmu," tukas ibu Renata menyela ucapan Darren dan pak Sugeng. "Siapa yang libur, Ma? Aku bilang agak siangan masuk kantornya," ralat Darren. "Halah, sama saja! Nanti juga enggak masuk.""Udahlah, Ma. Enggak usah ribut. Yang penting urusan perceraian Darren dan Angelica beres." Pak Sugeng menimpali. Darren tersenyum karena papanya masih membela. "Ma, aku titip Sabrina. Tadi dia lagi enggak enak badan," kata Darren sebelum masuk ke dalam mobil. "Lancang sekali kamu berani menyuruh Mama?""Ya maaf, Ma ... Ya udah deh, aku berangkat
last updateLast Updated : 2025-01-27
Read more

Bab 48. Wanita Penyakitan

Semalaman, Angelica tidur di dalam kamar hotel. Tidak ada tempat lain untunya berteduh. Andre ternyata tidak ada di kos-an. Menurut ibu kos, katanya Andre sudah pindah tempat kos. Angelica sangat kesal, lelaki itu pergi meninggalkannya tanpa mengirim pesan apapun. Bahkan sekarang nomor handphone Andre sudah tidak aktif lagi. Angelica pun menghubungi pak Adyatama, lelaki itu juga sama. Nomor handphone-nya tidak aktif. Pagi ini, Angelica mengitari sekeliling. Tidak ada sarapan yang sudah tersedia, tidak ada buah-buahan segar dan tidak ada aneka lauk yang tersaji di depan mata. Angelica memijat pelipis, kepalanya terasa pening. Ia benar-benar tak menyangka, dunia begitu mudah membalikkan keadaannya. Dulu dia diperlakukan sebagai ratu, sekarang?Lamunan Angelica tersentak ketika handphone-nya berdering. Dengan malas, Angelica mengambil handphone yang di letakkan di atas nakas. Panggilan dari pak Adyatama. Bibir Angelica menyunggingkan senyum, mengangkat panggilan papanya. "Papaaaa ...
last updateLast Updated : 2025-01-27
Read more

Bab 49A. Hanya Mengingatkan

Mendapat pertanyaan seperti itu, pak Adyatama salah tingkah. Dia meringis, seperti orang yang ragu menjawab. "Inget lho, Mas. Kamu udah janji cerein dia. Aku gak mau dia masih berstatus istrimu. Kalau sampai kamu masih ngejadiin istrimu, aku yang akan mundur!" ancam ibu Regina. Kedua mata melotot, menatap tajam lelaki bertubuh tambun itu. "Ehm, Ma!" Andre yang sedari tadi menjadi pendengar setia berdehem. Ibu Regina menoleh, mengalihkan pandangan pada anak semata wayangnya. "Kenapa, Dre?""Aku rasa, enggak usah maksa Papa untuk menceraikan istri pertamanya. Papa pasti punya pertimbangan khusus. Ya kan, Pa?" Andre yang kini memanggil pak Adyatama dengan panggilan 'papa' membuat hati lelaki bertubuh tambun itu menghela napas lega. "I-iya betul, Dre. Tapi ... tapi Papa janji, akan menceraikan Anita. Itu pasti."Ibu Regina tampak tak suka mendengar jawaban pak Adyatama. Dia menyudahi sarapan lebih dulu, lalu meninggalkan pak Adyatama dan Andre di ruang makan. "Pa, kalau Papa mau ke J
last updateLast Updated : 2025-01-29
Read more

Bab 49B. Jangan Dipikirkan!

Senyum yang mengembang pada wajah Sabrina seketika hilang. Jantungnya berdetak lebih cepat mendengar ucapan ibu Renata. Kepala Sabrina merunduk, lalu menganggukkan kepala. Dia pikir, setelah ibu Renata mengetahui berita kehamilannya, sikap ibu Renata menjadi lebih baik. Ibu Renata akan tersenyum bahagia, memeluknya dan mengucapkan selamat. Nyatanya tidak seperti itu. Justru ucapan ibu Renata menyakiti hati Sabrina."Ya sudah, sekarang kamu istirahat di kamar. Kalau mau sesuatu atau butuh sesuatu, kamu tinggal panggil Mbak Tuti atau Mbok Darmi. Aku mau, calon penerus keluarga Wirawan terlahir dengan selamat, sehat dan sempurna. Kamu ngerti, Sabrina?" Sabrina yang masih merundukkan kepala, mengangguk. "Nge-ngerti, Nyonya." Suara Sabrina bergetar, menahan isak tangis. Setelah itu, ibu Renata pergi meninggalkan Sabrina yang masih duduk di ruang keluarga. Air mata tak bisa ditahan lagi. Sabrina menangis terisak. Hatinya begitu perih membayangkan setelah melahirkan dia harus berpisah deng
last updateLast Updated : 2025-01-29
Read more

Bab 50A. Ingin Menikah Lagi

"Sayang, aku mau ke minimarket dulu. Mau beliin kamu susu ibu hamil sekalian beliin kamu cemilan. Kamu di kamar saja. Jangan kemana-mana!""Iya, Tuan."Darren mendaratkan k3cupan pada kening Sabrina. Lalu beranjak meninggalkan Sabrina yang duduk di sisi ranjang. Lelaki itu berjalan cepat, hendak menemui ibu Renata. Rupanya wanita itu tengah memandang kolam ikan di samping rumah,"Ma! Mama bilang apa tadi sama Sabrina?" tanya Darren duduk di kursi sebelah ibu Renata. "Maksudmu bilang apa? Mama enggak ngerti.""Bukannya Mama yang ingin Sabrina segera hamil? Kenapa setelah dia hamil bukannya senang malah nyakitin hatinya?" Darren hanya menyimpulkan sendiri. Sabrina tidak berkata demikian. Ibu Renata yang sebelumnya memandang lurus ke kolam ikan menoleh cepat. Menatap lekat anak semata wayangnya. "Siapa yang nyakitin hatinya, Darren? Mama cuma bilang, jaga kandungannya! Mama ingin anakmu terlahir dengan selamat dan sehat. Enggak ada kekurangan satu pun," jelas ibu Renata kesal akan sika
last updateLast Updated : 2025-01-29
Read more

Bab 50B. Diusir

Tiba di depan rumah ibu Anita, kedua orang itu berdiri di ambang pintu. Menekan bel berulang kali, tapi tak juga ada yang membukanya. "Apa mungkin Mamamu enggak ada di rumah?" tanya pak Adyatama pada anak satu-satunya. Angelica melirik arloji di pergelangan. "Enggak mungkin sore-sore begini mama keluyuran. Papa coba tanyain ke security itu. Tapi, kayaknya securitynya juga baru, ya?" Angelica menelisik lelaki berkumis tebal yang duduk di depan pos jaga. "Iya. Papa ke sana dulu!" Belum sempat pak Adyatama melangkah, sebuah kendaraan cukup mewah memasuki halaman rumah. Angelica dan Pak Adyatama terpaku di tempat, penasaran dengan penghuni di dalam mobil itu. Keduanya sangat terkejut ketika melihat seorang wanita mengenakan pakaian formal selayak wanita karier keluar dari dalam mobil. Membuka kaca mata, menenteng tas mahal. Wajahnya sangat cantik, penampilannya juga sangat elegan. Wanita itu melenggang anggun menghampiri pak Adyatama dan Angelica. Mereka terkesima melihat penampilan
last updateLast Updated : 2025-01-29
Read more

Bab 51. Pewaris Wirawan

Masuk ke dalam rumah, air mata ibu Anita tak bisa dicegah. Hatinya hancur berantakan. Dalam satu hari, dirinya kehilangan dua orang yang dulu amat disayangi. Suami dan anak kandungnya sendiri. Tetapi, ibu Anita harus tegar. Dia harus membuktikan pada mereka kalau dirinya bisa kuat, bisa sehat, bisa berdiri sendiri. Tanpa adanya Angelica dan pak Adyatama, ibu Anita masih bisa menjalani hari penuh semangat. "Angelica, bagaimana kalau kita kembali lagi ke hotel tadi?" tanya pak Adyatama setelah selesai memasukkan semua barangnya ke dalam bagasi mobil. "Pa, aku enggak mau tinggal di hotel. Papa kan udah janji, mau beliin aku apartemen. Hari ini juga kita cari apart yang bagus. Ayok, Pa!" Angelica tak sabar memiliki tempat tinggal baru. Ia tak mau tinggal di hotel. Tempatnya tidak seluas rumah atau apartemen. "Tadi kamu lihat sendiri, Lica. Papa udah dipecat dari perusahaan! Papa udah enggak punya apa-apa!" Intonasi suara pak Adyatama meninggi. Mulai kesal pada Angelica yang tak mengert
last updateLast Updated : 2025-01-29
Read more

Bab 52A. Harapan

Angelica sangat terkejut mendengar kabar yang disampaikan mantan ibu mertua. Kedua matanya membeliak, mulutnya menganga lebar. Namun, detik kemudian Angelica tertawa."Aku enggak percaya kalau p3lakor itu hamil. Kayaknya Mama ditipu," kata Angelica melipat kedua tangan di depan dada. "Kamu percaya atau enggak, aku enggak peduli. Mbak, cepat berikan belanjaan ke kasir," titah ibu Renata tak mau melanjutkan obrolannya dengan mantan menantu. "Baik, Nya."Mbak Tuti menyimpan semua pakaian yang dibeli ibu Renata untuk menantu keduanya di atas meja kasir. "Ma, itu semua buat wanita Kampungan? Gila aja! Mama kok bisa-bisanya perhatian sama dia?" Angelica keheranan melihat tumpukan gamis serta hijab di atas meja kasir. Dia langsung menerka kalau semua itu pasti untuk Sabrina sebab ibu Renata tidak mungkin mengenakan pakaian seperti itu. "Ma, Mama kenapa diam saja!" Sentak Angelica kesal karena ucapannya tak ditanggapi. "Kamu bisa diam enggak? Antara kamu dengan keluarga Wirawan sudah ti
last updateLast Updated : 2025-01-30
Read more

Bab 52B. Mimpi Indah

Pak Adyatama sudah tiba di Bandung sore harinya. Setelah datang ke rumah ibu Anita, dia langsung kembali lagi pada istri keduanya. Beruntung, Pak Adyatama sudah menikahi ibu Regina. Dengan begitu, ia masih ada tempat untuk pulang. Masih ada tempat untuk memintanya uang. Uang yang dimiliki pak Adyatama hanya ada di satu ATM saja. Dua ATM lainnya telah diblokir pak Sugeng. Pak Adyatama sempat menghubungi pak Sugeng tapi tak juga diangkat. Pak Adyatama mengeluarkan beberapa koper dari dalam bagasi. Ibu Regina yang melihat kedatangan suaminya langsung keluar rumah. "Sayang, kamu udah pulang? Aku pikir baru pulang besok?" tanya ibu Regina riang. "Udah, Sayang. Aku enggak bisa lama-lama berpisah denganmu," timpal pak Adyatama mesra. Ibu Regina tersenyum bahagia, bergelayut manja pada lelaki yang baru beberapa hari menikahinya. "Ini ... ini semua apa isinya? uang?" Ibu Regina bertanya melihat beberapa koper yang dikeluarkan pak Adyatama. Pak Adyatama meringis sebelum menjawab. "Bukan,
last updateLast Updated : 2025-01-30
Read more
PREV
1
...
678910
...
19
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status