Home / Romansa / Rahim Dua Ratus Juta / Bab 48. Wanita Penyakitan

Share

Bab 48. Wanita Penyakitan

Author: Syatizha
last update Last Updated: 2025-01-27 07:29:05

Semalaman, Angelica tidur di dalam kamar hotel. Tidak ada tempat lain untunya berteduh. Andre ternyata tidak ada di kos-an. Menurut ibu kos, katanya Andre sudah pindah tempat kos. Angelica sangat kesal, lelaki itu pergi meninggalkannya tanpa mengirim pesan apapun. Bahkan sekarang nomor handphone Andre sudah tidak aktif lagi.

Angelica pun menghubungi pak Adyatama, lelaki itu juga sama. Nomor handphone-nya tidak aktif.

Pagi ini, Angelica mengitari sekeliling. Tidak ada sarapan yang sudah tersedia, tidak ada buah-buahan segar dan tidak ada aneka lauk yang tersaji di depan mata.

Angelica memijat pelipis, kepalanya terasa pening. Ia benar-benar tak menyangka, dunia begitu mudah membalikkan keadaannya. Dulu dia diperlakukan sebagai ratu, sekarang?

Lamunan Angelica tersentak ketika handphone-nya berdering. Dengan malas, Angelica mengambil handphone yang di letakkan di atas nakas. Panggilan dari pak Adyatama. Bibir Angelica menyunggingkan senyum, mengangkat panggilan papanya.

"Papaaaa ...
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 49A. Hanya Mengingatkan

    Mendapat pertanyaan seperti itu, pak Adyatama salah tingkah. Dia meringis, seperti orang yang ragu menjawab. "Inget lho, Mas. Kamu udah janji cerein dia. Aku gak mau dia masih berstatus istrimu. Kalau sampai kamu masih ngejadiin istrimu, aku yang akan mundur!" ancam ibu Regina. Kedua mata melotot, menatap tajam lelaki bertubuh tambun itu. "Ehm, Ma!" Andre yang sedari tadi menjadi pendengar setia berdehem. Ibu Regina menoleh, mengalihkan pandangan pada anak semata wayangnya. "Kenapa, Dre?""Aku rasa, enggak usah maksa Papa untuk menceraikan istri pertamanya. Papa pasti punya pertimbangan khusus. Ya kan, Pa?" Andre yang kini memanggil pak Adyatama dengan panggilan 'papa' membuat hati lelaki bertubuh tambun itu menghela napas lega. "I-iya betul, Dre. Tapi ... tapi Papa janji, akan menceraikan Anita. Itu pasti."Ibu Regina tampak tak suka mendengar jawaban pak Adyatama. Dia menyudahi sarapan lebih dulu, lalu meninggalkan pak Adyatama dan Andre di ruang makan. "Pa, kalau Papa mau ke J

    Last Updated : 2025-01-29
  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 49B. Jangan Dipikirkan!

    Senyum yang mengembang pada wajah Sabrina seketika hilang. Jantungnya berdetak lebih cepat mendengar ucapan ibu Renata. Kepala Sabrina merunduk, lalu menganggukkan kepala. Dia pikir, setelah ibu Renata mengetahui berita kehamilannya, sikap ibu Renata menjadi lebih baik. Ibu Renata akan tersenyum bahagia, memeluknya dan mengucapkan selamat. Nyatanya tidak seperti itu. Justru ucapan ibu Renata menyakiti hati Sabrina."Ya sudah, sekarang kamu istirahat di kamar. Kalau mau sesuatu atau butuh sesuatu, kamu tinggal panggil Mbak Tuti atau Mbok Darmi. Aku mau, calon penerus keluarga Wirawan terlahir dengan selamat, sehat dan sempurna. Kamu ngerti, Sabrina?" Sabrina yang masih merundukkan kepala, mengangguk. "Nge-ngerti, Nyonya." Suara Sabrina bergetar, menahan isak tangis. Setelah itu, ibu Renata pergi meninggalkan Sabrina yang masih duduk di ruang keluarga. Air mata tak bisa ditahan lagi. Sabrina menangis terisak. Hatinya begitu perih membayangkan setelah melahirkan dia harus berpisah deng

    Last Updated : 2025-01-29
  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 50A. Ingin Menikah Lagi

    "Sayang, aku mau ke minimarket dulu. Mau beliin kamu susu ibu hamil sekalian beliin kamu cemilan. Kamu di kamar saja. Jangan kemana-mana!""Iya, Tuan."Darren mendaratkan k3cupan pada kening Sabrina. Lalu beranjak meninggalkan Sabrina yang duduk di sisi ranjang. Lelaki itu berjalan cepat, hendak menemui ibu Renata. Rupanya wanita itu tengah memandang kolam ikan di samping rumah,"Ma! Mama bilang apa tadi sama Sabrina?" tanya Darren duduk di kursi sebelah ibu Renata. "Maksudmu bilang apa? Mama enggak ngerti.""Bukannya Mama yang ingin Sabrina segera hamil? Kenapa setelah dia hamil bukannya senang malah nyakitin hatinya?" Darren hanya menyimpulkan sendiri. Sabrina tidak berkata demikian. Ibu Renata yang sebelumnya memandang lurus ke kolam ikan menoleh cepat. Menatap lekat anak semata wayangnya. "Siapa yang nyakitin hatinya, Darren? Mama cuma bilang, jaga kandungannya! Mama ingin anakmu terlahir dengan selamat dan sehat. Enggak ada kekurangan satu pun," jelas ibu Renata kesal akan sika

    Last Updated : 2025-01-29
  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 50B. Diusir

    Tiba di depan rumah ibu Anita, kedua orang itu berdiri di ambang pintu. Menekan bel berulang kali, tapi tak juga ada yang membukanya. "Apa mungkin Mamamu enggak ada di rumah?" tanya pak Adyatama pada anak satu-satunya. Angelica melirik arloji di pergelangan. "Enggak mungkin sore-sore begini mama keluyuran. Papa coba tanyain ke security itu. Tapi, kayaknya securitynya juga baru, ya?" Angelica menelisik lelaki berkumis tebal yang duduk di depan pos jaga. "Iya. Papa ke sana dulu!" Belum sempat pak Adyatama melangkah, sebuah kendaraan cukup mewah memasuki halaman rumah. Angelica dan Pak Adyatama terpaku di tempat, penasaran dengan penghuni di dalam mobil itu. Keduanya sangat terkejut ketika melihat seorang wanita mengenakan pakaian formal selayak wanita karier keluar dari dalam mobil. Membuka kaca mata, menenteng tas mahal. Wajahnya sangat cantik, penampilannya juga sangat elegan. Wanita itu melenggang anggun menghampiri pak Adyatama dan Angelica. Mereka terkesima melihat penampilan

    Last Updated : 2025-01-29
  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 51. Pewaris Wirawan

    Masuk ke dalam rumah, air mata ibu Anita tak bisa dicegah. Hatinya hancur berantakan. Dalam satu hari, dirinya kehilangan dua orang yang dulu amat disayangi. Suami dan anak kandungnya sendiri. Tetapi, ibu Anita harus tegar. Dia harus membuktikan pada mereka kalau dirinya bisa kuat, bisa sehat, bisa berdiri sendiri. Tanpa adanya Angelica dan pak Adyatama, ibu Anita masih bisa menjalani hari penuh semangat. "Angelica, bagaimana kalau kita kembali lagi ke hotel tadi?" tanya pak Adyatama setelah selesai memasukkan semua barangnya ke dalam bagasi mobil. "Pa, aku enggak mau tinggal di hotel. Papa kan udah janji, mau beliin aku apartemen. Hari ini juga kita cari apart yang bagus. Ayok, Pa!" Angelica tak sabar memiliki tempat tinggal baru. Ia tak mau tinggal di hotel. Tempatnya tidak seluas rumah atau apartemen. "Tadi kamu lihat sendiri, Lica. Papa udah dipecat dari perusahaan! Papa udah enggak punya apa-apa!" Intonasi suara pak Adyatama meninggi. Mulai kesal pada Angelica yang tak mengert

    Last Updated : 2025-01-29
  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 52A. Harapan

    Angelica sangat terkejut mendengar kabar yang disampaikan mantan ibu mertua. Kedua matanya membeliak, mulutnya menganga lebar. Namun, detik kemudian Angelica tertawa."Aku enggak percaya kalau p3lakor itu hamil. Kayaknya Mama ditipu," kata Angelica melipat kedua tangan di depan dada. "Kamu percaya atau enggak, aku enggak peduli. Mbak, cepat berikan belanjaan ke kasir," titah ibu Renata tak mau melanjutkan obrolannya dengan mantan menantu. "Baik, Nya."Mbak Tuti menyimpan semua pakaian yang dibeli ibu Renata untuk menantu keduanya di atas meja kasir. "Ma, itu semua buat wanita Kampungan? Gila aja! Mama kok bisa-bisanya perhatian sama dia?" Angelica keheranan melihat tumpukan gamis serta hijab di atas meja kasir. Dia langsung menerka kalau semua itu pasti untuk Sabrina sebab ibu Renata tidak mungkin mengenakan pakaian seperti itu. "Ma, Mama kenapa diam saja!" Sentak Angelica kesal karena ucapannya tak ditanggapi. "Kamu bisa diam enggak? Antara kamu dengan keluarga Wirawan sudah ti

    Last Updated : 2025-01-30
  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 52B. Mimpi Indah

    Pak Adyatama sudah tiba di Bandung sore harinya. Setelah datang ke rumah ibu Anita, dia langsung kembali lagi pada istri keduanya. Beruntung, Pak Adyatama sudah menikahi ibu Regina. Dengan begitu, ia masih ada tempat untuk pulang. Masih ada tempat untuk memintanya uang. Uang yang dimiliki pak Adyatama hanya ada di satu ATM saja. Dua ATM lainnya telah diblokir pak Sugeng. Pak Adyatama sempat menghubungi pak Sugeng tapi tak juga diangkat. Pak Adyatama mengeluarkan beberapa koper dari dalam bagasi. Ibu Regina yang melihat kedatangan suaminya langsung keluar rumah. "Sayang, kamu udah pulang? Aku pikir baru pulang besok?" tanya ibu Regina riang. "Udah, Sayang. Aku enggak bisa lama-lama berpisah denganmu," timpal pak Adyatama mesra. Ibu Regina tersenyum bahagia, bergelayut manja pada lelaki yang baru beberapa hari menikahinya. "Ini ... ini semua apa isinya? uang?" Ibu Regina bertanya melihat beberapa koper yang dikeluarkan pak Adyatama. Pak Adyatama meringis sebelum menjawab. "Bukan,

    Last Updated : 2025-01-30
  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 53. Memijat

    Pukul satu malam, pak Sugeng dikejutkan oleh badan ibu Renata yang suhu badannya sangat panas. Ibu Renata juga sempat ngelindur."Maaa ... Mama ... aku ... aku mau punya cucu, Ma ....""Renata, hei, buka matamu. Astaga, badanmu panas sekali. Renata, Renata ...."Ibu Renata tak juga membuka kedua mata. Wajahnya yang putih berubah memerah. Pak Sugeng menyibak selimut, mengambil ponsel yang tergeletak di atas meja rias. Hendak menghubungi dokter pribadi. Setelah menghubungi dokter, pak Sugeng keluar kamar. Hendak mengambil air dan handuk kecil untuk mengompres istrinya. "Tuan besar."Suara Sabrina menyentak pak Sugeng yang sedang di dapur. Lelaki tua itu terkejut melihat Sabrina tiba-tiba datang ke dapur mengenakan mukena. "Astaga, Sabrina. Aku pikir kamu siapa? Mau ngapaian kamu ke dapur? Darren mana?" tanya pak Sugeng sambil mengangkat air yang berada di wadah. "Tuan Darren baru saja tidur. Saya ke dapur mau ambil gelas," jawab Sabrina yang sebelumnya lupa meletakkan gelas di disp

    Last Updated : 2025-01-30

Latest chapter

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 76B. Sakit

    "Tadi apa kata dokter? Kamu ikut masuk juga ke ruangan dokter kan waktu Darren dipanggil?"Mertua dan menantu itu berjalan beriringan. Meski Sabrina agak sungkan, tapi sekarang dia tidak bisa menjaga jarak lagi dengan ibu Renata. Wanita yang telah melahirkan suaminya itu selalu berusaha mendekati Sabrina. Dia tampaknya mulai menyukai bahkan sudah menyayangi wanita yang berasal dari kampung itu. "Iya, Ma. Tadi saya ikut menemani Mas Darren ke dalam ruangan dokter Sasti. Hasilnya alhamdulillah negatif," jawab Sabrina, suaranya terdengar sangat lembut membuat hati ibu Renata tenang. "Syukurlah, Mama ikut senang," ucap ibu Renata mengajak Sabrina duduk di ruang keluarga. "Mbaaakk ... Mbak Tutiii ...." Panggilan ibu Renata membuat Mbak Tuti bergegas menghampiri. "Iya, Nyonya?" Setengah membungkuk Mbak Tuti bertanya. "Tolong buatin Es Jeruk peras dua. Buat saya dan buat Sabrina. Cepetan ya, Mbak!" titah ibu Renata pada salah satu asisten rumah tangganya. "Baik, Nyonya."Mbak Tuti lang

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 76A. Menelisik

    Angelica sangat terkejut mendengar ucapan Darren. Tidak menyangka Darren mengetahui penyakit yang dideritanya. Seingatnya, dia tidak bercerita pada siapapun. Lalu, Darren tahu dari siapa?"Jangan nuduh sembarangan kamu! A-aku enggak punya penyakit itu!" elak Angelica gugup. Sikapnya berubah salah tingkah. Darren menyunggingkan senyum sinis. "Kalau enggak punya penyakit itu, ngapain kamu ke sini? Dasar tukang bohong!"Belum sempat Angelica menanggapi, nama Darren sudah dipanggil asisten dokter. Darren dan Sabrina meninggalkan Angelica yang masih mematung di tempat. 'Sialan! tau dari siapa dia kalau aku punya penyakit itu? Argh!'gumam Angelica membalikkan badan, meninggalkan poly penyakit kulit dan kelamin. Angelica ke kantin lebih dulu, menunggu Darren dan Sabrina pergi dari rumah sakit. Usai menjalani pemeriksaan dan mengetahui hasilnya, Darren dan Sabrina tersenyum bahagia. Dokter Sasti sudah dapat memberikan hasilnya dari mendengar penuturan Darren dan melihat kondisi alat v1ta

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 75B. Menjijikan

    Pagi hari di kediaman keluarga Wirawan. Semua penghuni rumah itu sedang menikmati sarapan bersama. Wajah Sabrina terlihat sangat segar dan semakin cantik. Sedari tadi, diam-diam ibu Renata memerhatikan menantunya. Dalam hati, ia pun mengakui jika Sabrina memiliki kecantikan yang alami. Bukan cantik karena make up atau skincare. "Ma, aku enggak perlu ke rumah sakit, Males." Ucapan Darren menyentak lamunan Ibu Renata. Ia menoleh danberdehem, mengambil sepotong roti tawar panggang dan memberinya selai."Demi kesehatanmu, demi Sabrina, demi calon cucu Mama." Tanggapan ibu Renata singkat tapi sangat jelas, membuat Darren tak bisa berkutik lagi. "Saya temani ya, Mas? Boleh kan, Ma?" Ibu Renata dan yang lainnya menoleh pada Sabrina. Tidak biasanya Sabrina berbicara pada saat sarapan. Biasanya dia bicara ketika ditanya. "Hm ... boleh. Tapi, kalian enggak boleh keluyuran kemana-mana. Kamu mesti ingat, Darren. Jam lima harus berangkat ke Bali," tandas ibu Renata menatap lekat anak semata wa

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 75A. Cemburu

    "Enggak boleh! Kamu jangan egosi, Darren! Istrimu lagi hamil muda. Kandungannya masih rentan. Jakarta-Bali itu bukan jarak yang dekat."Tubuh Darren seketika lemas. Tangannya menggaruk kepala yang tak gatal. Darren benar-benar bimbang. Tidak mungkin sehari bolak-balik Jakarta - Bali. Menolak pun, Darren tidak akan bisa. Selama ini apapun perintah mamanya selalu dituruti. Tapi, yang dikatakan ibu Renata memang benar. Kandungan Sabrina masih sangat rentan. "Darren, kamu perbanyak puasa. Kata pak Ustad, puasa sunnah dapat menahan n4fsu," sambung ibu Renata. Berbicara sangat sungguh-sungguh. Belum sempat Darren menanggapi, Sabrina datang membawa potongan brownies yang masih mengepul. Kedua mata ibu Renata membeliak, senyumnya melebar. Hatinya begitu bahagia karena yang brownies yang diinginkan sudah ada di depan mata. "Ma, nih brownies-nya udah matang. Masih mengepul. Selamat mencicipi," kata Sabrina sumringah. Menyodorkan sepiring brownies yang sudah dipotong-potong. "Terima kasih, S

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 74B. Candu

    Ibu Renata kembali ke ruang keluarga. Bibirnya tak henti tersenyum membayangkan brownies buatan menantunya sudah matang. Pasti rasanya sangat lezat. "Ma, lihat Sabrina enggak?""Mau ngapain kamu nyariin Sabrina?" Ibu Renata balik bertanya. Intonasi suaranya agak ketus. "Ya kan, Sabrina istri aku, Ma. Gimana sih? Aku mau tidur tapi mau cari Sabrina dulu. Mama lihat enggak?"Ibu Renata memutar bola mata malas mendengar ucapan anak tunggalnya. "Sini kamu! Duduk dulu sama Mama. Sabrina aman. Dia lagi di dapur. Lagi bikinin brownies buat Mama!" Darren melepaskan cekalan tangan ibu Renata dari lengannya."Mama serius? Malam-malam begini nyuruh istriku bikin Brownies?""Bukan Ma--""Inget, Ma ... Sabrina lagi hamil. Dia lagi ngandung cucu Mama!" sela Darren mengingatkan ibu Renata. "Kamu pikir Mama udah pikun? Mama juga ingat! Bukan Mama yang nyuruh Sabrina, Darren. Dia sendiri yang mau. Mama juga enggak tau dia ada di dapur. Tadinya Mama nyuruh si Mbok dan Mbak Tuti. Eh pas Mama ke dap

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 74A. Mama Tunggu

    Sedikitpun ibu Renata tidak terkejut mendengar kabar Angelica mengalami penyakit itu. Pikir ibu Renata, masih untung Angelica mengidap penyakit Gonore, bukan HIV. Tapi, sisi lain ibu Renata merasa kasihan pada ibu Anita. Sahabatnya itu pasti selalu memikirkan keadaan Angelica. "Ya sudah, jangan terlalu kamu pikirkan. Lebih baik kamu fokus saja dengan kesehatanmu. Masalah Angelica cukup didoakan, supaya dia cepat sembuh dari penyakitnya dan cepat sadar atas sikap buruknya."Ibu Anita terdiam, hanya terdengar helaan napas dan isak tangis yang tertahan. "Sekarang udah malam, kamu harus istirahat, Anita." Ibu Renata tidak ingin terlalu lama membahas tentang mantan menantunya itu. "Iya. Nanti aku istirahat. Re, terima kasih. Kamu selalu jadi pendengar setiaku. Dari dulu sampai sekarang. Terima kasih banyak.""Sudahlah, jangan terlalu berlebihan. Kita ini udah lama bersahabat. Wajar saja kalau aku demikian."Walau sifatnya agak keras, tapi ibu Renata tidak ingin berbangga hati atau gila

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 73B. Penyakit Kelamin

    Malam hari di kediaman keluarga Wirawan, Sabrina dan Ibu Renata sedang berbincang di ruang keluarga. Sedangkan Darren dan Pak Sugeng di ruang kerja. Mereka membahas proyek yang berada di luar kota tepatnya di kota Bali. Ada salah satu pengusaha sana yang ingin proyeknya dipegang perusahaan Darren. "Sabrina, mungkin minggu depan suamimu akan keluar kota. Ada proyek yang perlu pengawasan dia," ujar ibu Renata mengawali pembicaraan. Sabrina yang duduk berdekatan dengan ibu mertua cukup terkejut. Tidak menyangka jika Darren ditugaskan keluar kota padahal ia sedang hamil.. "Meskipun Darren di luar kota, kami akan menjagamu dengan baik. Kalau kamu butuh apa-apa, kamu tinggal bilang sama Mama."Sabrina menganggukkan kepala, tersenyum manis. "Iya, Ma. Terima kasih." Hanya kalimat itu yang terucap dari mulut Sabrina. Ia masih takut salah jika berbincang dengan ibu Renata. "Darren melakukan itu demi masa depan anakmu juga. Kalau Darren enggak kerja keras, nanti kalian hidup miskin. Ya meman

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 73A. Pulang Kampung

    Mendengar keinginan Andre, seketika otak Angelica berputar. Mencari ide agar bisa menolak keinginan anak kandung ibu Regina itu. Tidak mungkin Angelica melakukan hubungan suami istri dalam kondisi alat v1t4lnya seperti saat ini. "S-Sayang, aku ... aku baru saja datang bulan. Ja-jadi aku ... aku enggak bisa ma-main dulu." Suara Angelica bergetar. Tidak bisa menyembunyikan ketakutannya. Bibir Andre yang sebelumnya tersenyum langsung meredup. Ia sangat kesal karena keinginannya tidak dapat dipenuhi padahal Andre sudah datang jauh-jauh dari Bandung ke Jakarta, sudah repot-repot membooking kamar hotel. "Cepatlah datang! Aku menunggumu!" Angelica memejamkan kedua mata. Andre memutuskan sambungan telepon tanpa menunggu tanggapannya. Sudah dapat dipastikan, lelaki itu pasti marah. Tetapi, mau bagaimana lagi? Angelica pasti tidak bisa menikmati permainan Andre jika kondisi itunya masih sakit, perih dan panas. Setelahnya, Angelica membuka pintu rumah, menuju dapur, mengambil segelas air da

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 72. Di Hotel

    Lelaki yang duduk di samping Angelica berbisik. Angelica terkejut, menelan saliva, menghela napas berat. Ia tak langsung menjawab, pura-pura tak mendengar. Angelica memerhatikan penampilan sendiri. Ia tak mengenakan pakaian s3ksi, pakaiannya justru tertutup dan longgar. Tapi, kenapa lelaki yang duduk di sampingnya bertanya demikian?"Jangan pura-pura enggak dengar. Aku tau, kamu wanita peliharaan Mami Veni."Sontak, Angelica mendongak, menoleh dan memicingkan kedua mata menatap lelaki yang tengah menyeringai. "Ba-bagaimana kamu tau?" tanya Angelica heran. "Aku pernah melihatmu waktu nganterin si Bos. Kata si Bos, kamu sangat lezat. Kamu tenang saja, walaupun aku anak buah si Bos. Tapi, aku sehat. Aku banyak uang. Aku bisa membayarmu lebih besar dari si Bos. Permainanku juga sangat lembut. Enggak kayak si Bos," jelas lelaki sangat pelan tapi terdengar jelas di telinga. Angelica baru ingat lelaki yang duduk di sampingnya itu. Dia adalah lelaki yang mengantar klien terakhirnya ke kama

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status