Home / Romansa / Rahim Dua Ratus Juta / Bab 53. Memijat

Share

Bab 53. Memijat

Author: Syatizha
last update Last Updated: 2025-01-30 21:40:48

Pukul satu malam, pak Sugeng dikejutkan oleh badan ibu Renata yang suhu badannya sangat panas. Ibu Renata juga sempat ngelindur.

"Maaa ... Mama ... aku ... aku mau punya cucu, Ma ...."

"Renata, hei, buka matamu. Astaga, badanmu panas sekali. Renata, Renata ...."

Ibu Renata tak juga membuka kedua mata. Wajahnya yang putih berubah memerah.

Pak Sugeng menyibak selimut, mengambil ponsel yang tergeletak di atas meja rias. Hendak menghubungi dokter pribadi. Setelah menghubungi dokter, pak Sugeng keluar kamar. Hendak mengambil air dan handuk kecil untuk mengompres istrinya.

"Tuan besar."

Suara Sabrina menyentak pak Sugeng yang sedang di dapur. Lelaki tua itu terkejut melihat Sabrina tiba-tiba datang ke dapur mengenakan mukena.

"Astaga, Sabrina. Aku pikir kamu siapa? Mau ngapaian kamu ke dapur? Darren mana?" tanya pak Sugeng sambil mengangkat air yang berada di wadah.

"Tuan Darren baru saja tidur. Saya ke dapur mau ambil gelas," jawab Sabrina yang sebelumnya lupa meletakkan gelas di disp
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 54A. Harapan Menjadi Nyata

    Hampir setengah jam Sabrina memijat kedua kaki ibu mertua. Ibu Renata tampak menikmati pijatan sampai ia sempat ketiduran karena enaknya pijatan Sabrina. Ibu Renata tersentak sendiri, menyadari kedua kakinya masih dipijat istri kedua Darren. "Sabrina, sudah. Sudah memijatnya," ucap Ibu Renata membetulkan posisi berbaring, Kini ia duduk bersandar di kepala ranjang. "Memangnya udah enggak pegal lagi, Nyonya?""Udah enggak pegal. Sudah jauh lebih baik. Terima kasih."Baru sekarang Sabrina mendengar ibu Renata mengucapkan terimakasih padanya. "Sama-sama, Nyonya."Seketika hening sesaat. Sabrina masih duduk di samping ranjang ibu Renata. "Nyonya mau minum air hangat? Atau mau teh hangat?" Sangat lembut, Sabrina menawarkan minuman untuk ibu Renata. "Enggak usah. Saya enggak haus. Sabrina, waktu kamu di kampung, kamu jadi tukang pijat?" tanya ibu Renata penasaran. "Hah?" Sabrina terkejut akan pertanyaan ibu Renata. "Bukan, Nyonya. Saya bukan tukang pijat. Hanya saja, dulu waktu ibu say

    Last Updated : 2025-01-31
  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 54B. Terlalu Cinta

    Usai mengenakan pakaian, pak Sugeng dan ibu Renata sarapan di dalam kamar berdua. Pak Sugeng dengan sabar menyuapi istrinya."Udah, Mas. Aku udah kenyang," kata ibu Renata menolak suapan dari pak Sugeng. "Setelah ini minum obat.""Enggak usah. Badanku udah enakan. Sabrina itu ternyata pandai memijat juga, Mas. Nih lihat, kedua kakiku sekarang udah jauh lebih baik." Tanpa disadari, sebetulnya ibu Renata sedang memuji Sabrina. "Berarti dia menantu multitalenta. Menantu sesuai keinginanmu, Renata." Ibu Renata mendongak, membalas tatapan suaminya. "Enggak juga, Mas. Dia kan dinikahi Darren karena nikah kontrak saja. Bukan karena--""Renata ...." Pak Sugeng langsung menyela ucapan ibu Renata. "Aku mohon, jangan berkata demikian lagi. Jangan berpikir kalau pernikahan Darren dan Sabrina hanya nikah kontrak.""Kenyataannya memang begitu kan, Mas?""Kesepakatan itu bisa dirubah, Sayang. Aku sangat yakin, dalam hatimu mengakui kalau Sabrina wanita yang baik, wanita yang memiliki sopan santu

    Last Updated : 2025-01-31
  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 55. Pasti Lebih Baik

    Sabrina mulai merasa bosan diam di dalam kamar. Dia sudah nonton film Korea tapi rasa sepi masih ia rasakan. Sabrina ingin masak di dapur, tapi pasti dilarang ibu Renata. "Astaghfirullah ... aku harus ngapain ya?" Sabrina turun dari ranjang. Berjalan ke arah jendela kamar. Halaman luas kediaman Wirawan terlihat indah di mata. Bibir Sabrina menyunggingkan senyum. Dia tak menyangka kalau memiliki suami yang sangat baik, perhatian dan mencintai apa adanya. Dulu, sebelum menandatangani surat kesepakatan, Sabrina selalu membayangkan penderitaan yang akan diterima dari seorang lelaki Darren Wirawan. Sabrina pikir, rumah tangganya tidak seindah sekarang. Walau ibu Renata masih menganggap pernikahannya dengan Darren hanya kontrak, tetapi Sabrina merasa cinta Darren sangat tulus. Sabrina turun dari tempat tidur. Memutuskan keluar kamar, sekadar duduk di taman belakang atau berbincang dengan dua asisten rumah tangga keluarga Wirawan. Belum sempat menginjakkan kakinya di dapur, Sabrina mende

    Last Updated : 2025-01-31
  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 56A. Terima Kasih

    Kepala Sabrina sontak mendongak, keningnya mengkerut, antara percaya dan tidak percaya saat mendengar perkaaan ibu Renata. 'Apa benar, nyonya besar akan mengumumkan pernikahanku dengan Mas Darren? Apa aku salah dengar?' Gumam Sabrina dalam hati. "Ma-maksud, Nyonya?" Terbata-bata, Sabrina bertanya. Ingin memastikan apa yang baru saja didengarnya. Sebelah tangannya menyeka lelehan air mata yang tak kunjung berhenti. Berharap yang ia dengar beberapa menit lalu, benar adanya. Bukan sekadar harapan atau salah dengar. Ibu Renata menoleh, menarik napas panjang. "Apa kamu terlalu bodoh untuk memahami ucapanku, Sabrina?" Diluar dugaan, ibu Renata justru bertanya demikian. Pertanyaan ibu Renata membuat Sabrina memundurkan kepala. Bukan suatu jawaban yang pasti, yang ia dengar justru serupa hinaan. Sabrina kembali merunduk dan mengangguk."Maaf, Nyonya. Saya hanya memastikan saja. Sa-saya takut salah dengar, Nyonya.""Jadi bagaimana? Apa nanti kamu mau menjawab pertanyaan para wartawan?" "I

    Last Updated : 2025-02-01
  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 56B. Semoga Saja

    "Aku bahagia mendengarnya, Anita. Semoga kamu selalu sehat."Gelak tawa ibu Anita terhenti. Renata selalu mendoakannya, tidak pernah bosan berharap Anita sehat dan bahagia. Ibu Anita Menarik napas panjang, mengangkat secangkir teh hangat yang tersaji di atas meja kerja. "Tentu, Renata. Aku harus sehat. Aku harus bisa membuktikan pada orang-orang yang mengabaikanku kalau aku bisa bahagia tanpa mereka." Tekad Ibu Anita semakin kuat jika ibu Renata sudah menyemangatinya. "Aamiin. Anita, Jumat besok aku akan mengadakan konferensi pers," ucap Ibu Renata menyampaikan rencana keluarga Wirawan yang ingin melakukan konferensi pers. "Konferensi pers?" kening ibu Anita mengkerut mendengar kabar yang disampaikan ibu kandung Darren itu. Sudah lama sekali keluarga Wirawan tidak melakukan jumpa pers. Biasanya jika keluarga Wirawan melakukan itu, ada hal yang sangat penting yang akan disampaikannya. "Iya, Aku mau mengumumkan perihal pernikahan Darren dan Sabrina. Aku juga akan mengumumkan tentang

    Last Updated : 2025-02-01
  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 57. Kenapa?

    Di taman belakang, sudah ada Mbok Darmi dan mbak Tuti. Kedua asisten rumah tangga keluarga Wirawan itu tengah berbincang. Sesekali mereka tertawa. "Assalamualaikum," sapa Sabrina lembut. Keduanya menoleh, terkejut. "Waalaikumsalam. Non Sabrina, ada apa, Non? Ada yang bisa kami bantu?" tanya Mbak Tuti turun dari gazebo. Begitu pula mbok Darmi. Keduanya berdiri di depan Sabrina membungkukkan setengah badan. "Enggak kok, Mbak. Saya enggak perlu bantuan apa-apa. Saya cuma pengen ikutan ngobrol saja, hehehehe ...."Jawaban Sabrina membuat mbak Tuti dan Mbok Darmi saling menoleh satu sama lain. Mereka tersenyum, lalu mempersilakan Sabrina duduk di gazebo. "Mbok sama Mbak juga duduk di sini dong. Masa berdiri begitu?""Enggak usah, Non. Kami enggak enak.""Kalau begini, jadinya saya yang enggak enak, Mbok. Ayok, duduk di sini." Akhirnya Mbok Darmi dan Mbak Tuti duduk melingkar bersama Sabrina di gazebo taman belakang rumah. Raut wajah Sabrina kali ini lebih terlihat ceria walaupun kedua

    Last Updated : 2025-02-02
  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 58A. Cepat Antar!

    Pak Adyatama gelagapan dibentak istri keduanya. Lelaki itu tampak bingung dan ketakutan melihat ekspresi ibu Regina dan Andre. Anak tiri pak Adyatama yang sebelumnya bersimpati padanya kini ia mulai menunjukkan raut wajah tak suka. Jika memang benar, pak Adyatama hanya karyawan perusahaan itu, mereka merasa sudah tertipu. "Me-mereka memecatku karena ... euuuu ...." "Karena apa?!" hardik ibu Regina melotot pada suaminya. "Karena aku pinjam modal banyak pada mereka. Jadi, kami enggak bisa mengembalikan pinjaman itu. Jadi, perusahaan kami dialihkan oleh mereka. Jadi, rumah kami juga jadi milik mereka." "Apa?" Terkejut, ibu Regina mendengar kejujuran pak Adyatama. Mulut dan kedua matanya sama-sama membesar. "Iya. Jadi sekarang ... rumah dan perusahaan itu milik keluarga Wirawan karena aku enggak bisa bayar utang pinjaman. Kalau dulu, perusahan itu milik Anita, mantan istriku itu. Jadi sekarang---" "Jadi, jadi, jadi!" ejekan yang dibarengi luapan emosi ibu Regina memekakan

    Last Updated : 2025-02-02
  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 58B. Panggil Mama dan Papa

    Angelica mendengar kabar kalau hari Jumat pekan ini, keluarga Wirawan akan melakukan konferensi pers terkait pernikahan kedua Darren Wirawan. Tentu saja Angelica tidak terima. Dia tidak ingin keluarga Wirawan mengakui Sabrina menjadi istri kedua Darren apalagi menjadi bagian keluarga itu. "Aku harus datang ke sana. Akan aku permalukan keluarga Wirawan! Lihat saja. Kalian akan malu sendiri dengan memperkenalkan wanita kampungan itu!" geram Angelica yang sekarang tinggal di salah satu perumahan. Ia mengontrak rumah di salah satu perumahan bergaya minimalis. Meski rumah itu tidak sebesar rumah masa kecilnya atau rumah keluarga Wirawan, tetapi Angelica tidak terlalu mempermasalahkannya. Yang penting, dia tidak tinggal di hotel. ***Jumat pagi ini, keluarga Wirawan sudah bersiap-siap akan melakukan konferensi pers di auditorium Perusahaan Saka Abadi Corporation. Semalam, Sabrina tidak bisa tidur dengan nyenyak. Ia begitu gelisah menanti hari ini. "Sayang, kamu kenapa pagi-pagi ngelamun?

    Last Updated : 2025-02-02

Latest chapter

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 76B. Sakit

    "Tadi apa kata dokter? Kamu ikut masuk juga ke ruangan dokter kan waktu Darren dipanggil?"Mertua dan menantu itu berjalan beriringan. Meski Sabrina agak sungkan, tapi sekarang dia tidak bisa menjaga jarak lagi dengan ibu Renata. Wanita yang telah melahirkan suaminya itu selalu berusaha mendekati Sabrina. Dia tampaknya mulai menyukai bahkan sudah menyayangi wanita yang berasal dari kampung itu. "Iya, Ma. Tadi saya ikut menemani Mas Darren ke dalam ruangan dokter Sasti. Hasilnya alhamdulillah negatif," jawab Sabrina, suaranya terdengar sangat lembut membuat hati ibu Renata tenang. "Syukurlah, Mama ikut senang," ucap ibu Renata mengajak Sabrina duduk di ruang keluarga. "Mbaaakk ... Mbak Tutiii ...." Panggilan ibu Renata membuat Mbak Tuti bergegas menghampiri. "Iya, Nyonya?" Setengah membungkuk Mbak Tuti bertanya. "Tolong buatin Es Jeruk peras dua. Buat saya dan buat Sabrina. Cepetan ya, Mbak!" titah ibu Renata pada salah satu asisten rumah tangganya. "Baik, Nyonya."Mbak Tuti lang

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 76A. Menelisik

    Angelica sangat terkejut mendengar ucapan Darren. Tidak menyangka Darren mengetahui penyakit yang dideritanya. Seingatnya, dia tidak bercerita pada siapapun. Lalu, Darren tahu dari siapa?"Jangan nuduh sembarangan kamu! A-aku enggak punya penyakit itu!" elak Angelica gugup. Sikapnya berubah salah tingkah. Darren menyunggingkan senyum sinis. "Kalau enggak punya penyakit itu, ngapain kamu ke sini? Dasar tukang bohong!"Belum sempat Angelica menanggapi, nama Darren sudah dipanggil asisten dokter. Darren dan Sabrina meninggalkan Angelica yang masih mematung di tempat. 'Sialan! tau dari siapa dia kalau aku punya penyakit itu? Argh!'gumam Angelica membalikkan badan, meninggalkan poly penyakit kulit dan kelamin. Angelica ke kantin lebih dulu, menunggu Darren dan Sabrina pergi dari rumah sakit. Usai menjalani pemeriksaan dan mengetahui hasilnya, Darren dan Sabrina tersenyum bahagia. Dokter Sasti sudah dapat memberikan hasilnya dari mendengar penuturan Darren dan melihat kondisi alat v1ta

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 75B. Menjijikan

    Pagi hari di kediaman keluarga Wirawan. Semua penghuni rumah itu sedang menikmati sarapan bersama. Wajah Sabrina terlihat sangat segar dan semakin cantik. Sedari tadi, diam-diam ibu Renata memerhatikan menantunya. Dalam hati, ia pun mengakui jika Sabrina memiliki kecantikan yang alami. Bukan cantik karena make up atau skincare. "Ma, aku enggak perlu ke rumah sakit, Males." Ucapan Darren menyentak lamunan Ibu Renata. Ia menoleh danberdehem, mengambil sepotong roti tawar panggang dan memberinya selai."Demi kesehatanmu, demi Sabrina, demi calon cucu Mama." Tanggapan ibu Renata singkat tapi sangat jelas, membuat Darren tak bisa berkutik lagi. "Saya temani ya, Mas? Boleh kan, Ma?" Ibu Renata dan yang lainnya menoleh pada Sabrina. Tidak biasanya Sabrina berbicara pada saat sarapan. Biasanya dia bicara ketika ditanya. "Hm ... boleh. Tapi, kalian enggak boleh keluyuran kemana-mana. Kamu mesti ingat, Darren. Jam lima harus berangkat ke Bali," tandas ibu Renata menatap lekat anak semata wa

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 75A. Cemburu

    "Enggak boleh! Kamu jangan egosi, Darren! Istrimu lagi hamil muda. Kandungannya masih rentan. Jakarta-Bali itu bukan jarak yang dekat."Tubuh Darren seketika lemas. Tangannya menggaruk kepala yang tak gatal. Darren benar-benar bimbang. Tidak mungkin sehari bolak-balik Jakarta - Bali. Menolak pun, Darren tidak akan bisa. Selama ini apapun perintah mamanya selalu dituruti. Tapi, yang dikatakan ibu Renata memang benar. Kandungan Sabrina masih sangat rentan. "Darren, kamu perbanyak puasa. Kata pak Ustad, puasa sunnah dapat menahan n4fsu," sambung ibu Renata. Berbicara sangat sungguh-sungguh. Belum sempat Darren menanggapi, Sabrina datang membawa potongan brownies yang masih mengepul. Kedua mata ibu Renata membeliak, senyumnya melebar. Hatinya begitu bahagia karena yang brownies yang diinginkan sudah ada di depan mata. "Ma, nih brownies-nya udah matang. Masih mengepul. Selamat mencicipi," kata Sabrina sumringah. Menyodorkan sepiring brownies yang sudah dipotong-potong. "Terima kasih, S

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 74B. Candu

    Ibu Renata kembali ke ruang keluarga. Bibirnya tak henti tersenyum membayangkan brownies buatan menantunya sudah matang. Pasti rasanya sangat lezat. "Ma, lihat Sabrina enggak?""Mau ngapain kamu nyariin Sabrina?" Ibu Renata balik bertanya. Intonasi suaranya agak ketus. "Ya kan, Sabrina istri aku, Ma. Gimana sih? Aku mau tidur tapi mau cari Sabrina dulu. Mama lihat enggak?"Ibu Renata memutar bola mata malas mendengar ucapan anak tunggalnya. "Sini kamu! Duduk dulu sama Mama. Sabrina aman. Dia lagi di dapur. Lagi bikinin brownies buat Mama!" Darren melepaskan cekalan tangan ibu Renata dari lengannya."Mama serius? Malam-malam begini nyuruh istriku bikin Brownies?""Bukan Ma--""Inget, Ma ... Sabrina lagi hamil. Dia lagi ngandung cucu Mama!" sela Darren mengingatkan ibu Renata. "Kamu pikir Mama udah pikun? Mama juga ingat! Bukan Mama yang nyuruh Sabrina, Darren. Dia sendiri yang mau. Mama juga enggak tau dia ada di dapur. Tadinya Mama nyuruh si Mbok dan Mbak Tuti. Eh pas Mama ke dap

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 74A. Mama Tunggu

    Sedikitpun ibu Renata tidak terkejut mendengar kabar Angelica mengalami penyakit itu. Pikir ibu Renata, masih untung Angelica mengidap penyakit Gonore, bukan HIV. Tapi, sisi lain ibu Renata merasa kasihan pada ibu Anita. Sahabatnya itu pasti selalu memikirkan keadaan Angelica. "Ya sudah, jangan terlalu kamu pikirkan. Lebih baik kamu fokus saja dengan kesehatanmu. Masalah Angelica cukup didoakan, supaya dia cepat sembuh dari penyakitnya dan cepat sadar atas sikap buruknya."Ibu Anita terdiam, hanya terdengar helaan napas dan isak tangis yang tertahan. "Sekarang udah malam, kamu harus istirahat, Anita." Ibu Renata tidak ingin terlalu lama membahas tentang mantan menantunya itu. "Iya. Nanti aku istirahat. Re, terima kasih. Kamu selalu jadi pendengar setiaku. Dari dulu sampai sekarang. Terima kasih banyak.""Sudahlah, jangan terlalu berlebihan. Kita ini udah lama bersahabat. Wajar saja kalau aku demikian."Walau sifatnya agak keras, tapi ibu Renata tidak ingin berbangga hati atau gila

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 73B. Penyakit Kelamin

    Malam hari di kediaman keluarga Wirawan, Sabrina dan Ibu Renata sedang berbincang di ruang keluarga. Sedangkan Darren dan Pak Sugeng di ruang kerja. Mereka membahas proyek yang berada di luar kota tepatnya di kota Bali. Ada salah satu pengusaha sana yang ingin proyeknya dipegang perusahaan Darren. "Sabrina, mungkin minggu depan suamimu akan keluar kota. Ada proyek yang perlu pengawasan dia," ujar ibu Renata mengawali pembicaraan. Sabrina yang duduk berdekatan dengan ibu mertua cukup terkejut. Tidak menyangka jika Darren ditugaskan keluar kota padahal ia sedang hamil.. "Meskipun Darren di luar kota, kami akan menjagamu dengan baik. Kalau kamu butuh apa-apa, kamu tinggal bilang sama Mama."Sabrina menganggukkan kepala, tersenyum manis. "Iya, Ma. Terima kasih." Hanya kalimat itu yang terucap dari mulut Sabrina. Ia masih takut salah jika berbincang dengan ibu Renata. "Darren melakukan itu demi masa depan anakmu juga. Kalau Darren enggak kerja keras, nanti kalian hidup miskin. Ya meman

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 73A. Pulang Kampung

    Mendengar keinginan Andre, seketika otak Angelica berputar. Mencari ide agar bisa menolak keinginan anak kandung ibu Regina itu. Tidak mungkin Angelica melakukan hubungan suami istri dalam kondisi alat v1t4lnya seperti saat ini. "S-Sayang, aku ... aku baru saja datang bulan. Ja-jadi aku ... aku enggak bisa ma-main dulu." Suara Angelica bergetar. Tidak bisa menyembunyikan ketakutannya. Bibir Andre yang sebelumnya tersenyum langsung meredup. Ia sangat kesal karena keinginannya tidak dapat dipenuhi padahal Andre sudah datang jauh-jauh dari Bandung ke Jakarta, sudah repot-repot membooking kamar hotel. "Cepatlah datang! Aku menunggumu!" Angelica memejamkan kedua mata. Andre memutuskan sambungan telepon tanpa menunggu tanggapannya. Sudah dapat dipastikan, lelaki itu pasti marah. Tetapi, mau bagaimana lagi? Angelica pasti tidak bisa menikmati permainan Andre jika kondisi itunya masih sakit, perih dan panas. Setelahnya, Angelica membuka pintu rumah, menuju dapur, mengambil segelas air da

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 72. Di Hotel

    Lelaki yang duduk di samping Angelica berbisik. Angelica terkejut, menelan saliva, menghela napas berat. Ia tak langsung menjawab, pura-pura tak mendengar. Angelica memerhatikan penampilan sendiri. Ia tak mengenakan pakaian s3ksi, pakaiannya justru tertutup dan longgar. Tapi, kenapa lelaki yang duduk di sampingnya bertanya demikian?"Jangan pura-pura enggak dengar. Aku tau, kamu wanita peliharaan Mami Veni."Sontak, Angelica mendongak, menoleh dan memicingkan kedua mata menatap lelaki yang tengah menyeringai. "Ba-bagaimana kamu tau?" tanya Angelica heran. "Aku pernah melihatmu waktu nganterin si Bos. Kata si Bos, kamu sangat lezat. Kamu tenang saja, walaupun aku anak buah si Bos. Tapi, aku sehat. Aku banyak uang. Aku bisa membayarmu lebih besar dari si Bos. Permainanku juga sangat lembut. Enggak kayak si Bos," jelas lelaki sangat pelan tapi terdengar jelas di telinga. Angelica baru ingat lelaki yang duduk di sampingnya itu. Dia adalah lelaki yang mengantar klien terakhirnya ke kama

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status