Home / Romansa / Rahim Dua Ratus Juta / Bab 49B. Jangan Dipikirkan!

Share

Bab 49B. Jangan Dipikirkan!

Author: Syatizha
last update Huling Na-update: 2025-01-29 07:59:54

Senyum yang mengembang pada wajah Sabrina seketika hilang. Jantungnya berdetak lebih cepat mendengar ucapan ibu Renata. Kepala Sabrina merunduk, lalu menganggukkan kepala. Dia pikir, setelah ibu Renata mengetahui berita kehamilannya, sikap ibu Renata menjadi lebih baik. Ibu Renata akan tersenyum bahagia, memeluknya dan mengucapkan selamat. Nyatanya tidak seperti itu. Justru ucapan ibu Renata menyakiti hati Sabrina.

"Ya sudah, sekarang kamu istirahat di kamar. Kalau mau sesuatu atau butuh sesuatu, kamu tinggal panggil Mbak Tuti atau Mbok Darmi. Aku mau, calon penerus keluarga Wirawan terlahir dengan selamat, sehat dan sempurna. Kamu ngerti, Sabrina?"

Sabrina yang masih merundukkan kepala, mengangguk. "Nge-ngerti, Nyonya." Suara Sabrina bergetar, menahan isak tangis.

Setelah itu, ibu Renata pergi meninggalkan Sabrina yang masih duduk di ruang keluarga. Air mata tak bisa ditahan lagi. Sabrina menangis terisak. Hatinya begitu perih membayangkan setelah melahirkan dia harus berpisah deng
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 50A. Ingin Menikah Lagi

    "Sayang, aku mau ke minimarket dulu. Mau beliin kamu susu ibu hamil sekalian beliin kamu cemilan. Kamu di kamar saja. Jangan kemana-mana!""Iya, Tuan."Darren mendaratkan k3cupan pada kening Sabrina. Lalu beranjak meninggalkan Sabrina yang duduk di sisi ranjang. Lelaki itu berjalan cepat, hendak menemui ibu Renata. Rupanya wanita itu tengah memandang kolam ikan di samping rumah,"Ma! Mama bilang apa tadi sama Sabrina?" tanya Darren duduk di kursi sebelah ibu Renata. "Maksudmu bilang apa? Mama enggak ngerti.""Bukannya Mama yang ingin Sabrina segera hamil? Kenapa setelah dia hamil bukannya senang malah nyakitin hatinya?" Darren hanya menyimpulkan sendiri. Sabrina tidak berkata demikian. Ibu Renata yang sebelumnya memandang lurus ke kolam ikan menoleh cepat. Menatap lekat anak semata wayangnya. "Siapa yang nyakitin hatinya, Darren? Mama cuma bilang, jaga kandungannya! Mama ingin anakmu terlahir dengan selamat dan sehat. Enggak ada kekurangan satu pun," jelas ibu Renata kesal akan sika

    Huling Na-update : 2025-01-29
  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 50B. Diusir

    Tiba di depan rumah ibu Anita, kedua orang itu berdiri di ambang pintu. Menekan bel berulang kali, tapi tak juga ada yang membukanya. "Apa mungkin Mamamu enggak ada di rumah?" tanya pak Adyatama pada anak satu-satunya. Angelica melirik arloji di pergelangan. "Enggak mungkin sore-sore begini mama keluyuran. Papa coba tanyain ke security itu. Tapi, kayaknya securitynya juga baru, ya?" Angelica menelisik lelaki berkumis tebal yang duduk di depan pos jaga. "Iya. Papa ke sana dulu!" Belum sempat pak Adyatama melangkah, sebuah kendaraan cukup mewah memasuki halaman rumah. Angelica dan Pak Adyatama terpaku di tempat, penasaran dengan penghuni di dalam mobil itu. Keduanya sangat terkejut ketika melihat seorang wanita mengenakan pakaian formal selayak wanita karier keluar dari dalam mobil. Membuka kaca mata, menenteng tas mahal. Wajahnya sangat cantik, penampilannya juga sangat elegan. Wanita itu melenggang anggun menghampiri pak Adyatama dan Angelica. Mereka terkesima melihat penampilan

    Huling Na-update : 2025-01-29
  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 51. Pewaris Wirawan

    Masuk ke dalam rumah, air mata ibu Anita tak bisa dicegah. Hatinya hancur berantakan. Dalam satu hari, dirinya kehilangan dua orang yang dulu amat disayangi. Suami dan anak kandungnya sendiri. Tetapi, ibu Anita harus tegar. Dia harus membuktikan pada mereka kalau dirinya bisa kuat, bisa sehat, bisa berdiri sendiri. Tanpa adanya Angelica dan pak Adyatama, ibu Anita masih bisa menjalani hari penuh semangat. "Angelica, bagaimana kalau kita kembali lagi ke hotel tadi?" tanya pak Adyatama setelah selesai memasukkan semua barangnya ke dalam bagasi mobil. "Pa, aku enggak mau tinggal di hotel. Papa kan udah janji, mau beliin aku apartemen. Hari ini juga kita cari apart yang bagus. Ayok, Pa!" Angelica tak sabar memiliki tempat tinggal baru. Ia tak mau tinggal di hotel. Tempatnya tidak seluas rumah atau apartemen. "Tadi kamu lihat sendiri, Lica. Papa udah dipecat dari perusahaan! Papa udah enggak punya apa-apa!" Intonasi suara pak Adyatama meninggi. Mulai kesal pada Angelica yang tak mengert

    Huling Na-update : 2025-01-29
  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 52A. Harapan

    Angelica sangat terkejut mendengar kabar yang disampaikan mantan ibu mertua. Kedua matanya membeliak, mulutnya menganga lebar. Namun, detik kemudian Angelica tertawa."Aku enggak percaya kalau p3lakor itu hamil. Kayaknya Mama ditipu," kata Angelica melipat kedua tangan di depan dada. "Kamu percaya atau enggak, aku enggak peduli. Mbak, cepat berikan belanjaan ke kasir," titah ibu Renata tak mau melanjutkan obrolannya dengan mantan menantu. "Baik, Nya."Mbak Tuti menyimpan semua pakaian yang dibeli ibu Renata untuk menantu keduanya di atas meja kasir. "Ma, itu semua buat wanita Kampungan? Gila aja! Mama kok bisa-bisanya perhatian sama dia?" Angelica keheranan melihat tumpukan gamis serta hijab di atas meja kasir. Dia langsung menerka kalau semua itu pasti untuk Sabrina sebab ibu Renata tidak mungkin mengenakan pakaian seperti itu. "Ma, Mama kenapa diam saja!" Sentak Angelica kesal karena ucapannya tak ditanggapi. "Kamu bisa diam enggak? Antara kamu dengan keluarga Wirawan sudah ti

    Huling Na-update : 2025-01-30
  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 52B. Mimpi Indah

    Pak Adyatama sudah tiba di Bandung sore harinya. Setelah datang ke rumah ibu Anita, dia langsung kembali lagi pada istri keduanya. Beruntung, Pak Adyatama sudah menikahi ibu Regina. Dengan begitu, ia masih ada tempat untuk pulang. Masih ada tempat untuk memintanya uang. Uang yang dimiliki pak Adyatama hanya ada di satu ATM saja. Dua ATM lainnya telah diblokir pak Sugeng. Pak Adyatama sempat menghubungi pak Sugeng tapi tak juga diangkat. Pak Adyatama mengeluarkan beberapa koper dari dalam bagasi. Ibu Regina yang melihat kedatangan suaminya langsung keluar rumah. "Sayang, kamu udah pulang? Aku pikir baru pulang besok?" tanya ibu Regina riang. "Udah, Sayang. Aku enggak bisa lama-lama berpisah denganmu," timpal pak Adyatama mesra. Ibu Regina tersenyum bahagia, bergelayut manja pada lelaki yang baru beberapa hari menikahinya. "Ini ... ini semua apa isinya? uang?" Ibu Regina bertanya melihat beberapa koper yang dikeluarkan pak Adyatama. Pak Adyatama meringis sebelum menjawab. "Bukan,

    Huling Na-update : 2025-01-30
  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 53. Memijat

    Pukul satu malam, pak Sugeng dikejutkan oleh badan ibu Renata yang suhu badannya sangat panas. Ibu Renata juga sempat ngelindur."Maaa ... Mama ... aku ... aku mau punya cucu, Ma ....""Renata, hei, buka matamu. Astaga, badanmu panas sekali. Renata, Renata ...."Ibu Renata tak juga membuka kedua mata. Wajahnya yang putih berubah memerah. Pak Sugeng menyibak selimut, mengambil ponsel yang tergeletak di atas meja rias. Hendak menghubungi dokter pribadi. Setelah menghubungi dokter, pak Sugeng keluar kamar. Hendak mengambil air dan handuk kecil untuk mengompres istrinya. "Tuan besar."Suara Sabrina menyentak pak Sugeng yang sedang di dapur. Lelaki tua itu terkejut melihat Sabrina tiba-tiba datang ke dapur mengenakan mukena. "Astaga, Sabrina. Aku pikir kamu siapa? Mau ngapaian kamu ke dapur? Darren mana?" tanya pak Sugeng sambil mengangkat air yang berada di wadah. "Tuan Darren baru saja tidur. Saya ke dapur mau ambil gelas," jawab Sabrina yang sebelumnya lupa meletakkan gelas di disp

    Huling Na-update : 2025-01-30
  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 54A. Harapan Menjadi Nyata

    Hampir setengah jam Sabrina memijat kedua kaki ibu mertua. Ibu Renata tampak menikmati pijatan sampai ia sempat ketiduran karena enaknya pijatan Sabrina. Ibu Renata tersentak sendiri, menyadari kedua kakinya masih dipijat istri kedua Darren. "Sabrina, sudah. Sudah memijatnya," ucap Ibu Renata membetulkan posisi berbaring, Kini ia duduk bersandar di kepala ranjang. "Memangnya udah enggak pegal lagi, Nyonya?""Udah enggak pegal. Sudah jauh lebih baik. Terima kasih."Baru sekarang Sabrina mendengar ibu Renata mengucapkan terimakasih padanya. "Sama-sama, Nyonya."Seketika hening sesaat. Sabrina masih duduk di samping ranjang ibu Renata. "Nyonya mau minum air hangat? Atau mau teh hangat?" Sangat lembut, Sabrina menawarkan minuman untuk ibu Renata. "Enggak usah. Saya enggak haus. Sabrina, waktu kamu di kampung, kamu jadi tukang pijat?" tanya ibu Renata penasaran. "Hah?" Sabrina terkejut akan pertanyaan ibu Renata. "Bukan, Nyonya. Saya bukan tukang pijat. Hanya saja, dulu waktu ibu say

    Huling Na-update : 2025-01-31
  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 54B. Terlalu Cinta

    Usai mengenakan pakaian, pak Sugeng dan ibu Renata sarapan di dalam kamar berdua. Pak Sugeng dengan sabar menyuapi istrinya."Udah, Mas. Aku udah kenyang," kata ibu Renata menolak suapan dari pak Sugeng. "Setelah ini minum obat.""Enggak usah. Badanku udah enakan. Sabrina itu ternyata pandai memijat juga, Mas. Nih lihat, kedua kakiku sekarang udah jauh lebih baik." Tanpa disadari, sebetulnya ibu Renata sedang memuji Sabrina. "Berarti dia menantu multitalenta. Menantu sesuai keinginanmu, Renata." Ibu Renata mendongak, membalas tatapan suaminya. "Enggak juga, Mas. Dia kan dinikahi Darren karena nikah kontrak saja. Bukan karena--""Renata ...." Pak Sugeng langsung menyela ucapan ibu Renata. "Aku mohon, jangan berkata demikian lagi. Jangan berpikir kalau pernikahan Darren dan Sabrina hanya nikah kontrak.""Kenyataannya memang begitu kan, Mas?""Kesepakatan itu bisa dirubah, Sayang. Aku sangat yakin, dalam hatimu mengakui kalau Sabrina wanita yang baik, wanita yang memiliki sopan santu

    Huling Na-update : 2025-01-31

Pinakabagong kabanata

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 111. Bertemu Setelah Kematian

    "Kalian mau kemana?" Pak Sugeng bertanya ketika Darren dan ibu Regina berpapasan dengannya di pintu depan. "Aku mau ---""Anterin aku pulang ke panti. Aku mau ambil beberapa pakaian ganti. Kalau boleh, aku mau nginap di sini sampai acara tahlilan mbakyu selesai," sela ibu Regina. Tidak ingin kalau pak Sugeng mengetahui kalau dirinya dan Darren menemui Angelica. "Boleh saja. Silakan."Setelahnya, Pak Sugeng masuk ke dalam rumah. Darren dan ibu Regina melanjutkan langkah, menuju tempat di mana Angelica ditahan. "Tante, kenapa enggak tinggal bersama kami saja?" tanya Darren ketika kendaraan yang mereka tumpangi melaju. "Enggak, Darren. Tante udah nyaman tinggal di panti."Jawaban ibu Regina membuat Darren terdiam seribu basa. Mereka baru bertemu beberapa jam, tapi Darren merasa kalau sudah sangat lama bertemu dengan ibu Regina. Mungkin karena diantara mereka terdapat ikatan darah. "Kenapa selama ini Tante enggak pernah muncul di acara keluarga kami?" tanya Darren heran. Mengingat k

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 110B. Terima Kasih, Sayang.

    Usai pemakaman, Ibu Regina bertanya kembali pada Darren. Di rumah itu hanya Darren yang bisa diajak bicara. Ibu Regina bertanya kenapa ibu Renata sampai ditusuk orang perutnya? Siapa pelakunya?Awalnya Darren tak ingin menjawab namun karena ibu Regina memaksa, akhirnya Darren mengatakannya. Kedua mata ibu Regina membeliak mendengar nama Angelica. "Jadi, yang membuat Mbakyuku meniggal Angelica juga?" ibu Regina teramat terkejut. "Iya, Tante. Tapi keadaan mama sempat membaik."Ibu Regina menggelengkan kepala berulang kali. Rasa sakit hati pada Angelica semakin besar. Anak dan kakaknya telah dibunuh wanita berhati iblis itu. Pandangan ibu Regina beralih pada ibu Anita yang menangis di depan pusara ibu Renata. Dengan kasar, ibu Regina mendorong tubuh ibu Anita hingga wanita itu terjungkang. "Munafik! Gara-gara anakmu, Mbak Renata meninggal! Anakmu, anak iblis! Dulu anakku yang dibunuhnya, sekarang kakakku!" Teriakan ibu Regina membuat ibu Anita dan orang lain terkejut. Mereka kasak-ku

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 110A. Pemakaman

    Keluarga Wirawan berduka. Wanita yang selama ini mengharapkan cucu kini telah tiada ketika keinginannya itu dikabulkan Tuhan. Pak Sugeng duduk di samping jenazah ibu Renata sejak beberapa jam lalu. Belahan jiwanya telah hilang. Dibiarkan air mata membasahi wajah. Tak ada lagi sikapnya yang tegas, yang berwibawa dan yang berkharismatik. Kini, ia telah kehilangan semangat. "Pa, Papa makan dulu," ucap Darren mengingatkan sang papa yang seharian ini tidak ada makanan yang masuk ke dalam perut. "Nanti saja." Hanya itu jawaban yang terucap dari mulut lelaki yang ditinggal kekasih hatinya. Kekasih yang telah menemani hidupnya. Sabrina yang berada di dalam kamar, tengah memberi ASI pada kedua buah hatinya meneteskan air mata. Masih teringat jelas, bagaimana perhatiannya ibu Renata, bagaimana keinginan ibu Renata memiliki cucu. "Ya Allah, mohon kesabaran serta keikhlasan dalam hatiku ya Allah. Hamba tahu, semua ini sudah menjadi takdir-Mu."Rumah duka keluarga Wirawan semakin berjalan wak

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 109B. Panik

    Pak Sugeng bergegas keluar ruangan, hendak membeli brownies keinginan ibu Renata. Lelaki itu membeli brownies di toko yang letaknya tak jauh dari rumah sakit. Ia tak ingin berlama-lama meninggalkan ibu Renata. Hanya memakan waktu lima belas menit, pak Sugeng sudah kembali ke ruangan ibu Renata. Di dalam ruangan, terlihat ibu Renata sedang berbicara sendiri di depan handphone. "Lho, Mas. Cepat sekali belinya?" tanya ibu Renata heran. Ia lantas mematikan rekaman suara di handphone milik suaminya. Jangan sampai pak Sugeng tahu kalau ibu Renata meninggalkan pesan suara pada ponselnya. "Aku sengaja beli di toko kue terdekat. Ini aku beli dua. Ada yang pake toping keju dan ada yang enggak pake toping. Kamu mau makan yang mana dulu?" tanya pak Sugeng sembari menunjukan dua kotak brownies. Sengaja membeli dua supaya Ibu Renata memilih. "Aku mau toping keju. Mas, suapin aku ...," rengekan ibu Renata membuat hati pak Sugeng mencelos. Permintaan itu seperti mengisyaratkan sesuatu. "Tentu. A

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 109A. Pegang

    "Aku harus bilang gitu, Anita. Umur orang enggak ada yang tau. Paling enggak kalau aku udah bilang, kamu bisa wujudin," jelas ibu Renata menatap sendu wanita yang napasnya turun naik karena kesal akan ucapannya. "G1la kamu, Renata! Bisa jadi umurku lebih dulu yang tamat daripada kamu." Sangat sewot ibu Anita menanggapi ucapan ibu kandung Darren. Ibu Renata meraih telapak tangan ibu Anita. Ia seolah memohon pada mantan besannya itu."Anita, aku mohon padamu. Kabulkan---""Stop!" sela Anita menghempaskan genggaman tangan ibu Renata. "Aku enggak mau dengar soal itu lagi. Renata, kamu pasti sembuh. Sekarang keinginan terbesarmu sudah Tuhan penuhi. Langsung dikasih dua, Renata. Kamu harus sembuh. Oke?" ucap ibu Anita. Jantungnya berdetak lebih cepat. Dia sangat takut kalau sahabat dari semasa SMA-nya itu benar-benar pergi meninggalkannya. Dia sangat takut, jika apa yang dikatakan ibu Renata akan terjadi. Ibu Anita menggelengkan kepala, menghalau pikiran dan firasat buruk. Sesaat, terjad

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 108. Gantikan Posisiku

    "Mama Anita?" pekik Darren melihat mantan ibu mertuanya yang berdiri di hadapan. "Darren, apa Mama boleh menjenguk Mamamu?" suara ibu Anita bergetar. Ia takut sekali jika keluarga Wirawan membencinya karena perbuatan jahat anak semata wayangnya, Angelica."Boleh, Ma. Silakan masuk."Darren memberi ruang pada ibu Anita agar masuk ke dalam ruangan. Semuanya terkejut akan kedatangan ibu Anita. Wanita yang telah melahirkan Angelica. "Anita?" gumam ibu Renata melihat sahabatnya datang menjenguk. Ibu Anita merasa sangat bersalah akan perbuatan jahat yang dilakukan Angelica pada ibu Renata. "Renata, Renata ...." Ibu Anita menghambur dalam pelukan wanita yang telah melahirkan Darren. Pak Sugeng menarik mundur kursi roda Sabrina agar tidak menghalangi Ibu Anita yang memeluk sahabatnya. "Aku minta maaf, Renata ... aku minta maaaff ...." Permohonan maaf diucapkan ibu Anita disela pelukan pada sahabatnya. Ibu Renata mengusap lembut punggung ibu Anita. "Kamu enggak perlu minta maaf, Anita. Ka

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 107B. Mantan Ibu Mertua

    Pertanyaan ibu Anita sarat penekanan. Tatapannya sangat tajam. Angelica memicingkan kedua mata, merasa kesal karena mamanya lagi dan lagi tidak membelanya justru membela orang lain. "Aku enggak bermaksud mencelakai dia. Tujuanku Sabrina dan calon anaknya!" tandas Angelica membalas tatapan ibu Anita tak kalah tajam. "Kenapa? Memangnya Sabrina melakukan kesalahan apa sama kamu, Lica?" Ibu Anita mencondongkan tubuh lebih ke depan. "Kesalahan apa?" Angelica mengulang pertanyaan mamanya. "Mama lupa, dia udah ngerebut kebahagiaanku! Gara-gara kedatangan dia di rumah itu, aku diusir! aku diceraikan. Hidupku hancur, kacau gara-gara dia! Dia enggak boleh lebih lama bahagia. Aku ingin ... aku ingin Sabrina hidupnya hancur dan menderita sepertiku!" Mendengar ucapan Angelica, ibu Anita menggelengkan kepala berulang kali. "Bodoh!" maki ibu Anita dipenuhi amarah. "Kamu sangat bodoh, Lica! Lihatlah ... akibat kebodohanmu, sekarang kamu di penjara! kamu akan mati di dalam sel sana, Lica!" sambun

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 107A. Kenapa?

    Ibu Anita yang memutuskan pindah tempat tinggal terkejut mendengar kabar anak semata wayangnya menusuk perut ibu Renata. Kabar itu disampaikan oleh Jessi yang mengetahui keberadaan wanita yang telah melahirkan Angelica. "Anak kurang ajar! Aku pikir dia sudah m4ti!" geram ibu Anita mengepalkan kedua telapak tangan di hadapan wanita yang wajahnya mirip Sabrina. Tiga bulan lalu, ibu Anita tanpa sengaja bertemu dengan Jessi di kantor keluarga Wirawan. Jessi kala itu menemani Mr. Whang meeting di kantor Darren. Singkat cerita hubungan mereka semakin dekat. Jessi yang telah kehilangan sosok ibu, seperti menemukan sosok ibu dalam diri ibu Anita. Begitu pula ibu Anita. Sampai akhirnya, ibu Anita memutuskan pindah rumah karena tak nyaman selalu didatangi ibu Regina. Sekarang ibu Anita tinggal di apartemen yang dulu ditempati Darren dan Sabrina. "Awalnya Angelica ingin menusuk Sabrina. Tapi, dihalangi mama Renata.""Ya Tuhan ... Kenapa anak itu selalu mencari masalah?" Ibu Anita menutup waja

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 106B. Kembar

    Pak Sugeng bergegas menuju ruangan Sabrina yang letaknya cukup jauh. Sedangkan Darren berjalan, menghampiri jendela ruangan yang di dalamnya ada ibu Renata. Darren tak menyangka kalau ibu Renata yang menyelamatkan nyawa Sabrina dan calon anaknya. Ternyata ibu Renata sikapnya sudah benar-benar berubah. Sangat menyayangi dan perhatian pada Sabrina. Dari kejauhan, Darren melihat pergerakan jari ibu Renata. Lalu, perlahan-lahan kedua mata wanita tua itu terbuka. Mulutnya menganga, seolah sedang bicara. Menit berikutnya, perawat yang menjaga ibu Renata di dalam ruangan membuka pintu. "Sus, Mama saya sudah sadarkan diri?" tanya Darren tampak sumringah."Betul, Mas. Apa Mas keluarga pasien?""Saya anaknya, Sus.""Oh silakan masuk, Mas."Suster membuka pintu ruangan lebar, mempersilakan Darren masuk. Lalu, suster itu berjalan cepat, hendak memanggil dokter yang menangani kesehatan ibu Renata. "Mama!" pekik Darren berdiri di samping wanita yang telah melahirkannya. Ibu Renata mengulas sen

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status