Home / Romansa / Rahim Dua Ratus Juta / Chapter 151 - Chapter 160

All Chapters of Rahim Dua Ratus Juta: Chapter 151 - Chapter 160

185 Chapters

Bab 91B. Kedatangan Ibu Mertua

"Mas, Jessi mana?" tanya Sabrina saat membuka kedua mata mendapati hanya ada Darren di sampingnya. "Jessi tadi subuh pulang dulu. Kayaknya dia enggak enak badan," jawab Darren sembari menggenggam telapak tangan istrinya. "Saya jadi gak enak, merepotkan kalian.""Enggak ada yang direpotkan. Aku dan Jessi sangat menyayangimu, Sayang," ungkap Darren sembari mencium punggung tangan Sabrina. "Mas?""Iya, Sayang?""Mama gimana kabarnya? Apa mama masih marah sama saya?" Pertanyaan Sabrina membuat Darren bingung menjawab. Sebetulnya ia tak ingin membicarakan ibu Renata. Tapi, kenapa Sabrina justru menanyakan kondisi wanita yang telah melahirkannya?"Sayang, kamu ingat kan kata dokter Sarah. Kamu jangan terlalu banyak pikiran. Kamu harus fokus dengan kondisi kesehatanmu dan juga kesehatan calon baby kita, Sayang. Aku sangat bersyukur karena calon baby kita, baby yang kuat," kata Darren mengalihkan pembicaraan. Ia berbicara sembari tersenyum supaya istrinya itu tidak terlihat bersedih atau m
last updateLast Updated : 2025-02-19
Read more

Bab 92A. Jangan Dibahas

Raut wajah ibu Renata sangat sendu, kesedihan jelas tergambar. Ia berjalan menghampiri Sabrina, lalu memeluk tubuh menantunya itu. Ibu Renata menangis sambil memeluk Sabrina. Ia benar-benar sangat menyesal karena telah melakukan kejahatan pada wanita yang tak tahu masalah apa-apa. "Ma-Mama minta maaf, Sabrina. Mama menyesal ... maafin Mamaaaa ...." ucap ibu Renata terisak-isak. Darren yang sudah kembali ke kamar rawat inap Sabrina terkejut melihat kedatangan mamanya. Dengan langkah cepat, Darren meletakkan segelas susu di atas nakas, lalu menarik tubuh mamanya agar menjauh dari Sabrina. "JANGAN DEKATI SABRINA LAGI!" Semua orang yang ada di ruangan itu terkejut mendengar teriakan Darren. Kedua matanya begitu tajam menatap ibu Renata. Wanita tua itu menangis, meminta maaf pada Darren dan Sabrina berulang kali. "Mas ... jangan begitu. Mama udah minta maaf. Lagi pula mama hanya salah paham," ucap Sabrina merasa kasihan, melihat ibu Renata yang menangis tersedu-sedu. Pandangan Darren
last updateLast Updated : 2025-02-19
Read more

Bab 92B. Berlumuran Darah

Di luar ruangan Sabrina, tangisan ibu Renata tak juga berhenti. Baru kali ini ia melihat Darren sangat marah padanya sampai menghardiknya di depan Sabrina dan pak Sugeng. Dia pikir Darren akan memaafkan, ternyata tidak. "Aku anterin kamu pulang, ya?" kata pak Sugeng setelah beberapa menit membiarkan ibu Renata menumpahkan kesedihannya dalam rengkuhan. Ibu Renata menarik napas panjang, berusaha menghentikan tangisan. "Aku enggak mau pulang, Mas. Aku pengen nemenin Sabrina. Enggak masalah a-aku enggak boleh tinggal di dalam sana. Aku di sini saja, Mas," timpal ibu Renata, suaranya terbata-bata. Rasa bersalah memenuhi relung hati wanita yang sudah renta itu. Sungguh, ibu Renata teramat sangat menyesal telah menuduh dan melakukan kesalahan terhadap menantunya."Jangan begitu, Renata. Kalau di sini kamu enggak bisa istirahat cukup. Kamu harus tetap jaga kesehatan." Meski sering kali ibu Renata melakukan kesalahan, tetapi pak Sugeng tetap mencintai. Tetap mencemaskan kesehatannya. Ibu R
last updateLast Updated : 2025-02-19
Read more

Bab 93A. Kenapa direkam?

Angelica sangat terkejut mendengar ucapan mamanya. Dia pikir, ibu Anita tidak melihat keberadaan Andre di dalam mobil. "Kenapa? Kamu kaget? Mama udah curiga sama kamu, Lica! Kamu sekarang udah semakin jauh. Mau sampai kapan kamu kayak gini?" Ibu Anita amat sangat kecewa. Walaupun ia sudah tak dianggap ibu lagi, tapi hati seorang ibu tetaplah merasa cemas dan menyayangi anaknya. Ibu Anita tak peduli lagi dengan sikap buruk Angelica. Sekarang yang dipikirkan ibu Anita, menuntun Angelica ke jalan yang benar. "Aku punya alasan yang kuat melakukannya. Aku tau, aku salah tapi aku bahagia. Seenggaknya sampai saat ini aku hidup. Aku enggak mati menjijikan di tangan lelaki abnormal itu!" timpal Angelica melotot. Ia terus saja membela diri. Ya walaupun tujuannya melindungi diri, tapi tetap tidak dibenarkan melakukan pembunuhan terhadap Andre. "Ya Tuhan, Lica. Apa kamu enggak bisa kembali lagi sama Mama? Apa kamu enggak mau hidup normal lagi, Lica?" tanya ibu Anita penuh emosi. Hatinya begitu
last updateLast Updated : 2025-02-20
Read more

Bab 93B. Wanita Simpanan

"Apa yang Mama peras darimu? Memangnya kamu punya banyak uang? Mama menyimpan ini supaya kamu mau cerita, siapa laki-laki ini? Ada hubungan apa kamu dengannya? Dan kenapa, Kamu sampai membunuhnya? Kalau kamu enggak mau cerita, Mama enggak akan mikir dua kali buat jeblosin kamu ke penjara!" ancam ibu Anita terlihat sangat sungguh-sungguh. Angelica terkejut, tubuhnya menegang. Ia pun menarik napas panjang, agar tetap berpikir jernih. Angelica tidak boleh memberikan jawaban yang asal-asalan. "Jawab, Lica! Oke, ya ... Mama akan hubungi pengacara keluarga. Biarlah, kamu di penjara sana! Kali aja, kalau kamu di penjara, hidupmu bisa lebih baik!" Kali ini ibu Anita tak main-main. Ia menekan nomor pengacara keluarga. Namun, Angelica mencegah."Namanya Andre!" Ibu Anita yang baru saja hendak menekan nomor kontak pengacara keluarga menoleh. Memicingkan kedua mata, seolah menuntut anaknya agar lebih banyak cerita lagi. "Andre itu pacar gelap aku atau selingkuhanku," sambung Angelica. Suaranya
last updateLast Updated : 2025-02-20
Read more

Bab 94A. Istirahat

"Kamu jangan gitu dong, Sabrina. Aku jadi wanita simpanannya karena dia udah punya istri. Kalau kami nikah, nanti aku disebut p3lakor?" kilah Jessi merengut. "Apa bedanya sama sekarang, Jess? Kamu juga kalau ketahuan pasti dibilang gitu. Kenapa enggak kamu ajak nikah aja? Masa kamu mau dijadiin kayak gitu aja sih? Astaghfirullah ...."Jessi merunduk, bibirnya manyun beberapa centi. "Sebenarnya udah sejak lama Mr. Whang ngajakin aku nikah tapi aku enggak mau. Soalnya ... aku kan masih muda. Takut nanti dikekang sama dia." Ucapan Jessi membuat Sabrina menoleh cepat. Keningnya mengkerut. "Jessi, saran saja, lebih baik kamu nikah sama Mr. Whang. Tapi, tanyakan dulu dia agamanya apa. Kalau seiman, nikahlah. Kalau enggak, lebih baik kamu jauhi dia. Cari lelaki yang mau terima kamu apa adanya. Saya yakin, kamu pasti bisa mendapatkan seorang suami yang baik dan setia," ujar Sabrina pada saudara kembarnya. Jessi tak langsung menimpali. Ia hanya menarik napas panjang, mengembuskan perlahan.
last updateLast Updated : 2025-02-20
Read more

Bab 94B. Tidak Tahu Malu

Pagi di kediaman ibu Anita, Angelica sudah bangun sejak jam tujuh pagi. Ibu Anita sempat terkejut melihat anak tunggalnya membantu asisten rumah tangga yang menyiapkan Sarapan. "Pagi, Ma," sapa Angelica ketika melihat keberadaan ibu Anita di ruang meja makan. "Pa-pagi," timpal ibu Anita gugup. Antara percaya dan tidak percaya melihat Angelica mau berkutat di dapur bersama asisten rumah tangga. "Ma, aku buatin Mama nasi goreng. Nasi goreng buatanku," kata Angelica sumringah. Ekor mata ibu Anita mengarah pada asisten rumah tangga yang berdiri tak jauh dari Angelica. Bibi itu mengangkat ibu jari, menganggukkan kepala. "Makasih, Lica. Kamu udah repot-repot bikinin Mama nasi goreng.""Enggak repotin kok. Justru aku senang bisa makan bersama lagi sama Mama. Terima kasih ya, Ma. Udah izinin aku tinggal di rumah ini lagi," ujar Angelica menunjukkan sikap sumringah dan bahagia di depan wanita yang telah melahirkannya. "Iya, Lica. Makanya Mama minta sama kamu. Tolong rubah sikapmu yang bur
last updateLast Updated : 2025-02-20
Read more

Bab 95. Berhenti Melakukan Kejahatan

"Mama udah tau soal itu. Angelica, Papamu dibuang oleh istri keduanya karena membelamu. Istri kedua Papamu itu merendahkanmu ketika melihat konferensi pers keluarga Wirawan. Papamu enggak terima, Papamu melakukan kekerasan fisik pada istri keduanya. Mama sih kata dia. Enggak tau benar atau tidak."Ibu Anita tak tega juga melihat Angelica menghina papanya sendiri. Dia dapat merasakan bagaimana sakit hatinya ketika anak yang disayangi menghina."Masa sih? Aku kok enggak percaya. Ya udahlah, aku enggak peduli juga. Yang jelas, papa udah khianatin Mama. Kalau Mama masih mau terima dia, silakan saja!" Angelica ngeloyor masuk ke dalam rumah, meninggalkan ibu Anita dan pak Adyatama yang berdiri di depan pintu. "Terima kasih, Anita. Kamu udah membelaku.""Bukan aku membelamu. Aku cuma mengatakan yang kamu katakan padaku. Sekarang maumu apa? Kalau kamu pengen rujuk sama aku, aku minta maaf. Aku enggak bisa. Aku enggak mau membangun rumah tangga lagi denganmu, Mas. Jadi aku mohon, hargai keput
last updateLast Updated : 2025-02-20
Read more

Bab 96A. Suruh Ke Sini

Angelica sangat marah mendengar jawaban mamanya. Ia tak menyangka kalau ibu Anita akan mengurungnya di dalam kamar. "Mama keterlaluan! Kejam banget sama aku! Mama enggak percaya kalau aku akan berubah jadi manusia yang lebih baik?" Intonasi suara Angelica masih meninggi. Emosi kian meluap. Dia pikir, bisa leluasa berkeliaran di dalam rumah sendiri, ternyata tidak. "Terserah apa katamu, Lica. Apa yang Mama lakukan saat ini untuk kebaikanmu. Mama juga sangat kecewa. Ternyata kamu bukan hanya melakukan kejahatan pada orang lain, tapi pada keluarga sahabat Mama, Renata!" Sudah tak dapat tertahankan amarah dalam diri ibu Anita. Sangat kecewa dengan prilaku anak kandungnya itu. Ibu Renata terkejut mendengat ibu Anita menyebut namanya. Ia menggelengkan kepala, memberi isyarat pada ibu Anita tentang kepergian Sabrina dan Darren dari rumahnya. "Maksud Mama apa?" telisik Angelica tak mengerti. "Enggak ada maksud apa-apa. Kalau kamu mau makan siang, nanti Bibi akan mengantarkan makanan ke k
last updateLast Updated : 2025-02-21
Read more

Bab 96B. Kurang Tahu

Ibu Regina sangat terkejut ketika dua orang polisi memberi kabar tentang kematian anak semata wayangnya. "Ba-bagaimana bisa mobil anak saya tercebur di pelabuhan, Pak?" Suara ibu Regina bergetar. Polisi mengetahui alamat ibu Regina dari KTP yang ada di dalam dompet Andre. Kebetulan di dalam dompet itu ada dua KTP. KTP Andre dan KTP Ibu Regina. Kartu kependudukan itu sengaja dititip ibu Regina pada anaknya karena untuk urusan pinjaman uang di salah satu Bank. Dompet Andre masih nyangkut di saku belakang celananya. "Kami masih menyelidikinya. Kalau bisa, sekarang Ibu ke rumah sakit Polri untuk mengidentifikasi jasadnya.""Itu pasti bukan jasad anak saya, Pak. Anak saya masih hidup! Anak saya masih hidup! Huhuhuhu ...."Ibu Regina tidak bisa membayangkan jika jasad yang ditemukan polisi di pelabuhan itu adalah benar jasad anaknya. "Oleh karena itu, Bu. Untuk memastikan benar atau tidak jasad itu anak Ibu atau bukan, silakan ikut kami."Tidak dapat mengelak lagi, akhirnya ibu Regina me
last updateLast Updated : 2025-02-21
Read more
PREV
1
...
141516171819
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status