Home / Rumah Tangga / Istri Baru untuk Suamiku / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Istri Baru untuk Suamiku : Chapter 31 - Chapter 40

50 Chapters

Bab 31 : Perpisahan yang Abadi

Suasana di rumah sakit berubah menjadi lebih hening dari biasanya. Pagi itu, langit tampak mendung, seolah mencerminkan suasana hati semua orang yang berada di rumah sakit. Aku berdiri di depan jendela, memandangi butir-butir hujan yang mulai turun dengan lembut. Di belakangku, suara mesin monitor di kamar Citra terus berdetak, seperti menghitung detik-detik terakhir yang tidak dapat dihindari. Ibu masuk ke kamar dengan tergesa-gesa. Wajahnya terlihat tegang, matanya merah seperti habis menangis semalaman. Di belakangnya, Pak Ghozali dan Bu Anggun masuk dengan langkah berat, diikuti oleh Erica yang tampak lebih tenang meskipun wajahnya tetap menunjukkan kesedihan. "Rey," panggil Ibu dengan nada lembut tapi tegas. "Kondisi Citra semakin memburuk. Dokter sudah memberikan peringatan." Aku mengangguk pelan, tanpa menoleh. "Aku tahu, Bu." "Kalau begitu, apa lagi yang kamu tunggu?" suara Ibu meninggi. "Lakukan sesuatu untuknya, Rey. Dia membutuhkanmu sekarang." Aku mendekati ranjang C
last updateLast Updated : 2025-01-19
Read more

Bab 32 : Panggilan yang Menggantung

(POV 3) Hari itu, suasana di rumah Reyvaldo Anggara begitu hening. Dia duduk di sofa, memandangi ponselnya yang tergeletak di meja. Ada panggilan tak terjawab dari Alnaira Riquina, istrinya. Lelaki itu tahu bahwa dia harus menjawab panggilannya, tapi hatinya berat. Ponselnya bergetar lagi, membuat Rey terlonjak. Kali ini, dia mengangkatnya. “Assalamualaikum, Yang,” suara Rey terdengar kaku. Beban di kepalanya sangat penuh, hingga tak bisa berpikir dengan jernih. Perjodohan yang tiba-tiba diajukan oleh keluarga Ghozali di saat kondisi berkabung masih belum bisa dinalar dengan baik oleh akal sehatnya. “Waalaikumsalam. Kita harus bicara,” suara istrinya di seberang terdengar tegas, tanpa basa-basi. “Ya,” jawab Rey singkat. Dia mencoba menenangkan dirinya, tapi suara Ira selalu membawa perasaan bersalah yang tak bisa dia abaikan. “Jadwal sidang perceraian kita, Mas,” kata Ira langsung ke intinya. “Kuharap Mas tidak lupa. Ini bukan sesuatu yang bisa Mas abaikan lagi.” Rey menarik
last updateLast Updated : 2025-01-20
Read more

Bab 33 : Pertemuan dengan Ira

Rey duduk di ruang tamu rumah dengan memegang ponsel di tangan kanannya. Sudah berkali-kali dirinya mencoba menelepon Ira, istrinya, tetapi panggilannya selalu dialihkan. Dia tahu Ira pasti sedang marah besar setelah kejadian di sidang kemarin, terutama dengan kehadiran Erica yang membuat semuanya semakin rumit. Rey akhirnya mengetik pesan singkat: "Sayang, kita perlu bicara. Mas ingin menjelaskan semuanya. Kumohon." Namun, pesan itu hanya ditandai dengan centang satu. sepertinya wanita yang masih sah menjadi istrinya itu sengaja untuk menghindarinya. Rey menatap layar ponselnya agak lama, ragu sejenak sebelum akhirnya menekan tombol panggil ke salah satu nomor yang tersimpan dalam ponsel miliknya. Karin, sahabat dekat istrinya. Rey berpikir mungkin satu-satunya cara untuk mendekati Ira lagi adalah melalui perantara sahabat dekatnya. Nada sambung terdengar beberapa kali sebelum suara lembut Karin terdengar menyapa. "Assalamualaikum ... Rey?" suara Karin terdengar di seberang. "Wa
last updateLast Updated : 2025-01-21
Read more

Bab 34 : Langkah Perpisahan Ira

Langit terasa suram seperti hati Rey yang diliputi kecemasan. Rey duduk di ruang tamu, menatap kosong ponselnya, berharap ada kabar dari Ira. Namun, harapan itu pupus.Rey akhirnya memberanikan diri lagi untuk menghubungi Karin, sahabat istrinya, untuk mengetahui keberadaannya. "Karin, aku perlu bicara denganmu.""Ada apa, Rey? Apa ini tentang Ira?" terdengar suara dari balik telepon dengan hati-hati."Dia meninggalkanku, Rin. Aku tidak tahu harus bagaimana lagi. Aku sudah berusaha kemarin untuk menjelaskan ... aku ingin menjelaskan semuanya dengan detail, tapi dia tidak mau mendengarkanku."Karin menghela napas, "Rey, aku tau kamu sudah berusaha ... tapi ... aku lupa memberitahu. Kemarin waktu yang terbaik untuk berbicara dengan Ira. Di sela kesibukannya, dia masih mau menyempatkan waktu untuk menemuimu.""Maksudnya, Rin?" Kening Rey berkerut, berusaha menggali lebih dalam informasi dari sahabat istrinya itu."Istrimu, Ira. Kamu sendiri tau kan dulu posisi Ira bagus sebagai Manager K
last updateLast Updated : 2025-01-23
Read more

Bab 35 : Menemukan Kepastian

Pagi hari datang menjelang, namun kebimbangan masih menyelimuti hati Reyvaldo. Lelaki itu menggenggam ponsel miliknya, menatap layar dengan ekspresi ragu. Ia harus segera menghubungi Ira, tetapi pikirannya terlalu penuh dengan kebingungan.Sementara itu, Ira sedang duduk bersama Rizal di area car free day, setelah malam sebelumnya janjian. Mereka tengah berbagi cerita sambil menikmati secangkir kopi. Obrolan mereka ringan, tetapi jelas terlihat ada kekhawatiran dalam tatapan Rizal setiap kali ia melihat wajah Ira.“Ira, kamu terlihat lelah. Kamu yakin baik-baik saja?” ucap Rizal penuh perhatian.Ira tersenyum samar, “Aku baik-baik saja, Rizal. Hanya sedikit tertekan dengan semua yang terjadi.”Rizal mencondongkan tubuh ke depan, “Masalah suamimu lagi, ya? Kamu tahu, kamu tidak harus memikul semua ini sendirian. Kalau kamu butuh bantuan, aku selalu ada untukmu.”Ira menghela napas panjang, menatap secangkir kopi yang hampir dingin di depannya. Uap hangatnya sudah lama menghilang, seper
last updateLast Updated : 2025-01-24
Read more

Bab 36

Rey duduk termenung di area meja kerjanya, dengan tangan kanan memegang ponsel yang sejak tadi hanya menampilkan satu nama di layar : Ayang Alnaira. Tarikan napasnya berat, pikirannya bercabang antara apa yang ia ingin sampaikan dan apa yang mungkin Ira rasakan. Saat hendak menekan tombol panggil pada ponsel, suara bel pintu mengalihkan perhatiannya.Ia bangkit dengan rasa malas, kemudian membuka pintu, dan mendapati Adrian, sahabatnya, berdiri di depan pintu dengan senyum kecil.“Rey, mukamu kayak habis diserbu pasukan lebah,” seloroh Adrian sambil melangkah masuk tanpa diundang. Ia langsung duduk di sofa, menatap Rey yang masih berdiri. “Aku tahu masalah membuatmu kacau, Rey, aku ingin membantumu.”Rey hanya menghela napas, menutup pintu, lalu duduk di kursi di seberang Adrian.“Terimakasih, Adri. Tapi, aku tidak minta bantuan siapa pun,” gumam Rey pelan.“Justru itu masalahnya,” balas Adrian. “Kamu selalu mau menyelesaikan semuanya sendiri. Aku tahu kamu keras kepala, Rey. Tapi mas
last updateLast Updated : 2025-01-25
Read more

Bab 37

Ruangan kantor Reyvaldo Anggara dipenuhi dengan dokumen yang berserakan di atas meja kerja, mencerminkan kekacauan yang sama dengan pikirannya saat ini. Lelaki berwajah rupawan itu memutuskan untuk tidak menunda lagi pemecahan masalah yang sedang dihadapinya. Hubungan dengan Ira, wanita yang sangat dicintainya harus segera diperbaiki, meskipun gugatan cerai dari istrinya sudah dilakukan, ditambah lagi dengan kehadiran Erica yang terus menjadi penghalang besar hubungan di antara mereka.Rey menatap ponselnya yang tergeletak di meja, diantara dokumen-dokumen yang terlihat masih berhamburan. Nama Ayang Alnaira masih ada di layar dari panggilan terakhirnya yang tidak terjawab. Kali ini, ia memutuskan untuk mencobanya lagi. Berusaha untuk menjelaskan pertemuan sebelumnya yang masih belum menemui titik terang.Setelah beberapa kali nada sambung terhubung, suara Ira terdengar di ujung sana. "Ada apa lagi, Mas?" tanyanya dengan nada dingin."Sayang, Mas perlu bicara lagi denganmu," kata Rey d
last updateLast Updated : 2025-01-26
Read more

Bab 38

Cahaya matahari pagi menyusup masuk melalui celah tirai yang sedikit terbuka. Sinarnya yang terasa hangat menerpa wajah cantik Ira yang duduk di meja makan, menatap cangkir kopinya yang masih mengepul asap tipis. Di seberangnya duduk seorang sahabat yang setia menemaninya untuk bertukar pikiran, Karin, yang memandangnya dengan perasaan cemas."Jadi, bagaimana pembicaraanmu dengan Rizal semalam?" tanya Karin sambil menyeruput kopinya.Ira menghela napas panjang. "Dia memberiku perspektif baru. Aku merasa sedikit lebih tenang, meski masalahku dengan Mas Rey masih menjadi beban berat."Karin mencondongkan tubuhnya ke depan. "Kamu harus jujur pada dirimu sendiri, Ra. Apa yang sebenarnya kamu inginkan? Apakah kamu masih mencintai suamimu?"Ira terdiam sejenak. Kata-kata Karin membuatnya teringat pada ucapan Rizal semalam. "Aku ... aku tidak tahu, Rin. Rasanya seperti ada tembok besar di antara kami sekarang. Dan Erica, dia seperti bayangan yang terus menghantui pernikahan kami.""Aku menge
last updateLast Updated : 2025-01-27
Read more

Bab 39

Rizal mengetuk pintu apartemen Ira dengan sopan. Suara ketukan itu terdengar keras namun tidak berlebihan, cukup untuk memastikan penghuni di dalam menyadarinya. Dari dalam, terdengar langkah kaki yang terburu-buru mendekat, seolah pemiliknya sedang tergesa-gesa menyelesaikan sesuatu sebelum membuka pintu.Setelah beberapa saat, suara kunci yang diputar terdengar pelan, dan pintu perlahan terbuka. Di balik pintu itu, seorang wanita cantik bernama Alnaira Riquina berdiri. Meski demikian, kerut di wajah cantiknya menampilkan ekspresi campuran antara terkejut dan bingung. Ia tidak menyangka akan menemukan Rizal berdiri di sana dengan senyum lembut di wajahnya.Rizal, seperti biasa, tampil rapi. Jas yang dikenakannya tampak sempurna tanpa satu pun lipatan, sementara jam tangan di pergelangan kirinya berkilauan samar di bawah cahaya lorong apartemen. Ada aura tenang dan percaya diri dalam sikapnya, membuat siapa pun yang melihatnya merasa bahwa kehadirannya selalu membawa kesan yang mendal
last updateLast Updated : 2025-01-28
Read more

Bab 40

Rey duduk termenung di ruang kerjanya, menatap tumpukan berkas yang berserakan di meja. Rasa penyesalan dan kegelisahan menyelimuti dirinya, membuat fokusnya terpecah. Ira, sosok yang selama ini menjadi penyemangatnya, terasa semakin jauh. Rey tahu bahwa kesalahannya terlalu besar untuk ditebus hanya dengan permintaan maaf. Ia menghela napas panjang, menyadari betapa rumitnya masalah yang sedang dihadapinya.Namun, tumpukan pekerjaan di depannya tidak menunggu. Deadline proyek terus menghantui pikirannya, seolah berteriak meminta penyelesaian. Rey memijat pelipisnya, mencoba mengusir kelelahan yang mulai menguasai tubuhnya. Ia memutuskan untuk memanggil asisten pribadinya lagi untuk membantu menyelesaikan pekerjaan yang tertunda.Beberapa menit kemudian, Nia, asistennya, masuk ke ruang kerja dengan tumpukan dokumen di tangan. Penampilannya tetap rapi seperti biasa, meski pakaian yang dikenakannya terlihat sedikit ketat dan menarik perhatian. Rey melirik sekilas, lalu kembali memusatka
last updateLast Updated : 2025-01-29
Read more
PREV
12345
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status