Home / Romansa / Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku: Chapter 111 - Chapter 120

138 Chapters

Bab 111. Bikin Ulah Lagi

“Aku pikir kamu sudah pergi, Mas,” lirih Nina dengan suara gemetar.“Belum,” jawab Bryan singkat. Ia menghela napas pasrah kemudian ikut duduk di atas ranjang bersebelahan dengan Nina. “Ayo tidur.”Seketika Nina memasang senyum lebarnya. Air matanya bahkan sudah mengering. “Beneran, Mas? Tapi tadi kamu bilang kalau tidur di sini takut dicurigain sama Papa kamu.”Bryan mengambil selimut yang terlipat rapi di tepi ranjang kemudian melebarkannya. “Aku bakalan nemenin kamu deh sampai kamu tidur, baru aku pergi.”Nina mengangguk dengan cerianya. “Makasih, Mas. Kamu gak boleh pergi ya sebelum aku tertidur. Soalnya aku takut sendirian.”“Biasanya kamu juga kan tidur sendirian, Nina. Kok sekarang jadi penakut begini?” tanya Bryan heran. Kini mereka berdua telah berbaring bersebelahan di ranjang yang sama.“Kamar ini luas banget, Mas. Aku jadi kebayang sama hantu. Kalau di rumah kamu kan, kamar aku kecil, jadinya aku biasa aja kalau tidur sendirian.”
last updateLast Updated : 2025-03-02
Read more

Bab 112. Jadi Selingkuhan

Di apartemen, Bryan baru saja terbangun dari tidurnya. Ia melihat ke sisi kanannya, Nina tak tampak di sebelahnya.“Nina?” gumam Bryan seraya mengerjapkan matanya dua kali.Sembari menguap karena masih merasa ngantuk, Bryan mencoba untuk bangkit dari ranjang. Ia keluar dari kamar itu, aroma wangi dari makanan menyapa indra penciumannya. Ternyata Nina sudah bangun lebih dulu, bahkan sudah menyiapkan sarapan nasi goreng untuknya.“Eh, Mas Bryan. Kamu udah bangun?”“Gak. Aku belum bangun. Ini khodamku yang lagi ngomong sama kamu. Bryan asli masih tidur di kamar!” jawab Bryan merasa kesal.Nina tertawa kecil melihat wajah Bryan yang merengut. “Ih, Mas Bryan. Ini masih pagi kok mukanya udah cemberut aja sih, Mas?”“Soalnya kamu sih! Basa basinya kok gitu? Gak ada pertanyaan lain apa? Kan jelas-jelas aku udah bangun, kok masih ditanyain sih?” Bryan langsung duduk di tempatnya, memperhatikan Nina yang saat ini masih sibuk di belakang meja dapur.
last updateLast Updated : 2025-03-02
Read more

Bab 113. Kunjungan Mendadak

Menjelang maghrib, Fredrinn baru tiba di rumah. Di perjalanan, ia dan sopir pribadinya terjebak macet. Baru saja turun dari mobil, emosi lelaki tua itu tiba-tiba tersulut saat melihat Bryan sedang bersantai di teras rumah bersama Rosalina.“Semalaman kamu ada di mana, Bry? Kenapa Papa telpon gak dijawab, hm?” sembur Fredrinn membuat Bryan terkesiap.“Papa baru aja sampai di rumah udah emosian begini. Ngomongnya yang pelan-pelan aja dong, Pa!” tegur sang istri dengan nada yang lembut.Fredrinn mengabaikan istrinya. Ia tetap melemparkan tatapan tajamnya kepada Bryan. “Jawab Papa, Bry!”Bryan menundukkan kepalanya. Ia tak berani menatap wajah Papanya. “Anu… tadi aku lagi di—”“Mendingan Papa masuk dulu ke dalam! Papa mandi terus makan!” potong Rosalina. Wanita anggun itu lalu memegang tangan anaknya. “Kita juga masuk yuk, Bry. Sudah dekat waktu maghrib. Kalian mengobrolnya
last updateLast Updated : 2025-03-03
Read more

Bab 114. Menghilang

Selama perjalanan, Bryan merasa cemas dan panik. Ia hanya bisa berharap ada sebuah keajaiban yang datang padanya.“Di sini, Bry?” tanya Fredrinn ketika mereka telah sampai di kawasan apartemen mahal. Hanya orang-orang dari kalangan atas yang mampu menginjakkan kakinya ke area tersebut.“Iya, Pa. Di sini,” jawab Bryan pasrah.Mereka berdua pun turun dari mobil dan berjalan ke lobi apartemen hendak menuju lift.“Lantai berapa, Bry?”“L-lima puluh, Pa.”Fredrinn membulatkan matanya. Ia sangat terkejut karena anaknya membeli sebuah unit apartemen yang paling mahal dan terletak paling atas pada bangunan tersebut.“Kenapa tidak ngomong dari tadi kalau kamu membeli penthouse? Tau gitu kita tidak perlu pake lift umum, mendingan pake private lift saja,” keluh Fredrinn.“Maaf, Pa.”“Kamu belinya di harga berapa?” tanya Fredrinn penasaran.&l
last updateLast Updated : 2025-03-03
Read more

Bab 115. Lupa Tujuan (21+)

Bryan lalu pergi ke teras atap. Kebetulan unit apartemen yang Bryan beli adalah penthouse, tentunya dia mendapatkan fasilitas yang lebih unggul dibandingkan penghuni apartemen di bawahnya. Bryan melangkahkan kaki menuju teras atap di mana ada taman mini di sana dan juga kolam renang pribadi yang cukup luas. Dari atas sana, mereka bisa dengan puas menikmati indahnya pemandangan alam kota Jakarta pada malam hari. Walaupun cuaca sedang dingin, angin berhembus kencang membelai rambut, tentu hal itu tidak menjadi penghalang bagi penghuni penthouse untuk bersantai sejenak di teras tersebut.Sebagai penghuni penthouse, tentu saja Nina tidak mau melewatkan kesempatan yang tidak akan datang dua kali kepadanya. Saat ini Nina sedang memanjakan diri berenang di kolam sembari memandangi kemerlap lampu-lampu bangunan yang ada di bawah sana.Bryan menyipitkan matanya, memfokuskan pandangan kepada sosok gadis yang hanya memakai bikini dan sekarang sedang asik menyandarkan dagunya di t
last updateLast Updated : 2025-03-03
Read more

Bab 116. Bagaimana Nasibnya?

“Bukan cuman kamu yang mati, Nin! Aku juga bisa mati kalau sampai kita ketahuan!” Bryan mengacak-acak rambutnya dengan kasar. “Aduh, kamu sih! Padahal tadi aku mau ngasih tau kamu soal ini. Papa bakalan datang ke sini. Sebenarnya tadi kamu punya waktu buat kabur. Eh, kamu malah godain aku dan mancing-mancing nafsuku! Jadi begini kan endingnya!”“Kamu kok nyalahin aku sih, Mas? Salahin diri sendirilah! Kok kamu gampang kepancing sama godaan aku!” elak Nina tidak mau salah.“Aduh, terserah kamu deh, Nin! Iya aku yang salah!”Suara Fredrinn semakin terdengar jelas, pertanda Fredrinn semakin dekat.“Sekarang kita harus gimana, Mas?” tanya Nina panik. “Kita keluar dari kolam renang yuk. Terus sembunyi!”“Kalau keluar dari kolam, yang ada kita keburu ketahuan, Nin! Papa sudah ada di dalam!”“Kita sembunyi di teras aja! Itu kan ada taman, mungkin aku bisa semb
last updateLast Updated : 2025-03-03
Read more

Bab 117. Aku Gadis Murahan?

Nina tertegun kala menerima tamparan keras dari Fredrinn. Begitu juga dengan Bryan, pria itu langsung mendongakkan kepalanya dan membentak ayahnya.“Kenapa Nina ditampar, Pa? Kalau Papa marah, tampar aku aja, Pa! Jangan tampar Nina. Nina gak salah!” tegur Bryan dengan volume suara yang tinggi.PLAK!Lagi-lagi sebuah tamparan mendarat di pipi seseorang. Ya, kali ini Fredrinn menampar anaknya sendiri. Menurutnya, apa yang telah diperbuat Bryan sangat melewati batas. Seumur hidup, Fredrinn tidak pernah mengajarkan anaknya untuk berbohong. Namun kali ini, Bryan telah membuatnya kecewa berkali-kali.“Puas kamu sekarang, Bryan?!” Fredrinn menatap tajam anaknya. “Papa mati-matian cari duit buat pengobatan Mama, buat biaya sekolah kamu dan semua kebutuhan yang lain, tapi kamu malah enak-enakan bermain bersama perempuan di apartemen mahal ini! Apa kamu sadar, Bryan? Kamu itu sudah membuat Papa kecewa berat! Kamu membohongi Papa banyak kali! Kamu hamburkan semua du
last updateLast Updated : 2025-03-03
Read more

Bab 118. Pilihan yang Sulit

Dari pengalaman ini, Nina bisa merasakan nikmatnya diperlakukan bagai ratu, dinomorsatukan dan diprioritaskan oleh seseorang. Dan itu semua ia dapatkan dari laki-laki bajingan yang pada awalnya merenggut kesuciannya. Namun perlahan rasa cinta itu tumbuh. Bryan adalah cinta pertama bagi Nina.Nina kembali menundukkan wajahnya sembari merenung. Isakan tangisnya mulai mereda. Namun ia tetap menangis dalam hati. Begitu banyak air mata yang sudah ia keluarkan dari tadi, makanya saat ini ia hanya mampu tersedu-sedu dalam diam.Melihat Nina semakin bersedih membuat Bryan iba. Bryan menggenggam tangan Nina di hadapan Fredrinn tanpa rasa ragu.“Papa, kami berdua saling mencintai. Apa susahnya buat Papa untuk merestui hubungan kami? Papa gak bakal rugi kok. Kan yang jalanin hubungan ini adalah aku sendiri, bukan Papa! Aku cinta Nina apa adanya, Pa!” pinta Bryan memelas.“Kamu itu minta restu sudah kayak minta permen! Mau taruh di mana muka Papa in
last updateLast Updated : 2025-03-03
Read more

Bab 119. Keputusan Bryan

“Aku tetap memilih Nina, Pa,” jawab Bryan setelah sekian lama mengatupkan bibirnya.“Kamu sudah yakin dengan pilihan kamu?” tanya Fredrinn ingin memastikan jawaban anaknya.“Iya, Pa. Aku yakin. Kami tetap saling mencintai dalam suka maupun duka. Susah senang akan kami lalui bersama,” ujar Bryan dengan mantap.Nina kemudian menatap Bryan seolah-olah tak percaya. Tapi jujur, ia juga merasa senang karena Bryan lebih memilihnya.Sudut bibir Fredrinn terangkat. Ia tersenyum sinis mendengar kalimat anaknya. “Kamu bisa berkata demikian karena kamu belum melaluinya!”“Aku akan memegang omonganku sendiri, Pa. Papa bakalan lihat keseriusanku.”“Ya sudah. Serahkan semua kredit card dan ATM-mu. Kembalikan semuanya ke Papa!”Bryan mengambil dompetnya kemudian mengeluarkan semua kartu kredit tanpa limit dan kartu ATM miliknya. Fredrinn juga meminta kunci mobil yang tadi mereka
last updateLast Updated : 2025-03-03
Read more

Bab 120. Perdebatan Sengit

Keesokan paginya, Rosalina mencari Bryan, namun Bi Lastri mengatakan bahwa sedari malam Bryan belum juga pulang.Fredrinn yang tengah sibuk memasang dasi langsung menjawab pertanyaan istrinya itu. “Mama jangan cari-cari Bryan lagi! Bryan sudah Papa usir dari rumah! Dia tidak boleh lagi menginjakkan kakinya ke rumah ini!”Rosalina membelalakkan mata begitu mendengar jawaban Fredrinn. Bi Lastri yang mendengarnya pun ikut terkejut.“Apa!? Papa ngusir Bryan? Kenapa Papa melakukan itu?” tanya Rosalina meminta penjelasan.“Anak itu sudah keterlaluan, Ma! Ternyata dia membohongi Papa! Dia membeli apartemen mahal untuk gadis kampung itu! Padahal gadis kampung itu ngomong ke Papa minta resign, mau pulang kampung merawat bapaknya yang sedang sakit. Tau-taunya mereka lagi asik berduaan di apartemen itu! Papa menangkap basah mereka sedang bertelanjang di kolam renang! Ini bukan pertama kalinya, waktu itu Papa juga melihat mereka berciuma
last updateLast Updated : 2025-03-05
Read more
PREV
1
...
91011121314
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status