Semua Bab Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku: Bab 121 - Bab 130

219 Bab

Bab 121. Bawa Bryan Kembali

“Apa semua itu penting?! Kan aku sudah memenuhi semua kewajibanku kepada Bryan! Memberikannya uang, menyekolahkannya sampai S-2, memberikannya tempat tinggal, memastikan dia bisa makan tiga kali sehari. Apa itu kurang cukup? Apa perjuanganku belum setimpal bagi kamu, Ros?! Kamu itu enak, cuman diam di rumah mengurus anak! Urusan rumah tangga sudah dikerjakan oleh pembantu. Kenapa kamu masih mengeluh?!”“Kalau soal menafkahi secara materi, aku juga sanggup, Fredrinn!! Seandainya aku tau ini bakalan terjadi, aku tidak akan resign dari kerjaanku. Lebih baik aku bekerja sekaligus mengurus anakku. Aku salah menilai kamu, aku pikir kamu bisa menjadi ayah yang baik untuk Bryan, rupanya dugaanku salah besar!”Ya, sebelum menikah, Rosalina adalah pengacara hebat yang bekerja di firma hukum ternama pula. Namun setelah Rosalina melahirkan Bryan, ia memilih untuk mengundurkan diri dari pekerjaannya. Rosalina ingin fokus dengan bayinya. Rosalina tidak mau me
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-05
Baca selengkapnya

Bab 122. Mau Tinggal di Mana?

Di tempat lain, Bryan masih tertidur pulas di kamar hotel bersama Nina. Setelah sinar matahari masuk secara sempurna di cela-cela tirai jendela, Nina akhirnya terbangun dari tidur nyenyaknya. Ia melihat Bryan yang terbaring di sebelahnya, masih memejamkan mata tanpa merasa terganggu sedikit pun oleh cahaya mentari pagi.“Mas Bryan, bangun, Mas!”Guncangan ringan di bahunya, membuat Bryan tersadar. “Kenapa sayang?” tanyanya dengan suara serak-serah basah khas bangun tidur.“Ayo bangun, Mas! Ini sudah pagi!”“Emang jam berapa sekarang?” tanya Bryan malas.“Sudah jam sembilan lewat, Mas! Ayo bangun!”Bryan menguap dan kembali menyelimuti dirinya sendiri. “Masih pagi banget, sayang. Mendingan kita lanjutin tidur yuk.”“Gak mau ah. Aku gak mau tidur lagi. Istirahatku udah cukup,” tolak Nina kemudian bangkit dari tempat tidur. Namun Bryan kembali menarik tub
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-05
Baca selengkapnya

Bab 123. Rumah Baru

“Kita cari kontrakan atau kosan aja yang bayarnya per bulan. Kayaknya masih ada kok yang harganya 600-an gitu sebulan. Setidaknya kita aman punya tempat bernaung. Soal makan dan lain-lain, nanti kita pikirin lagi.”Mereka pun pergi dari hotel tersebut dan mencari rumah sewa. Setelah beberapa jam, mereka akhirnya menemukan kontrakan sepetak dengan fasilitas apa adanya, hanya ada lemari kecil dan juga kasur tipis serta wc dalam. Letak kontrakan itu pun jauh dari pusat kota dan jalanan masuknya harus melewati gang sempit.“Ini gak ada kompornya ya, Bu?” tanya Nina kepada si pemilik kontrakan.“Namanya juga kontrakan, Mbak. Kosongan begini. Syukur-syukur saya kasih lemari, kasur, dan kipas!” jawab si pemilik kontrakan dengan muka judesnya. “Di tempat lain mungkin bener-bener kosong, tanpa isi!”“Emangnya harga sewanya berapa sebulan, Bu?”“Saya kasih 800 deh, Mbak! Air saya yang tanggung
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-05
Baca selengkapnya

Bab 124. Kehidupan Berbeda

Tutik tidak pantang menyerah, ia langsung memberikan sebungkus nasi campur kepada Bryan. “Ini ada makanan buat Kakak.”Tidak ingin menolak rezeki, Bryan menerimanya tanpa berpikir panjang. Jujur saja, Bryan juga merasa lapar saat ini.“Makasih ya.”Gadis itu tersenyum sumringah karena Bryan akhirnya bersuara.‘Aghh, gila.. suaranya seksi banget.’“Kakak mau dibuatin teh hangat gak?” tawar Tutik, berusaha mencari perhatian lebih.“Ah, gak usah repot-repot.”“Gak merepotkan kok, Kak. Lagian rumah saya di depan sini. Itu rumah saya, yang cat hijau,” ucapnya sembari menunjuk rumahnya sendiri.“Gak usah, Tutik. Terima kasih. Kalau teh hangat, saya juga bisa buat sendiri kok. Tapi sayangnya saya belum ada kompor,” ucap Bryan sedikit curhat.Tutik mengangguk pelan, lalu berlari menuju rumahnya. Bryan dibuat terheran-heran dengannya.Tidak
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-05
Baca selengkapnya

Bab 125. Kembali ke Rumah

“Ini sudah semingguan lebih, Pa. Mana Bryan? Kata Papa, Bryan pasti pulang. Tapi sampai sekarang kok belum ada? Mama mohon, Pa, cari anak kita, Pa! Mama khawatir,” gumam Rosalina dengan suara lirihnya.Sudah tiga harian, Rosalina hanya bisa terbaring lemas di tempat tidur sembari menangisi anaknya. Kata dokter, Rosalina terkena gangguan kecemasan. Hal ini memicu penyakitnya kambuh. Rosalina semakin pucat, kesehatannya menurun dari hari ke hari, tubuhnya pun semakin kurus karena beberapa kali Rosalina menolak makanan yang diberikan Bi Lastri.“Saya tidak tau ada masalah apa di keluarga ini. Tapi sebagai dokter, saya meminta Anda agar menuruti saja kemauan istri Anda, Sir! Seharusnya Anda bersyukur karena Ibu Rosalina masih diberi kekuatan untuk dapat bertahan selama ini! Coba Anda lihat di luar sana, pasien yang mengidap penyakit kanker mungkin hanya memiliki harapan hidup yang lebih pendek. Jadi pesan saya, lebih baik Anda kabulkan saja permintaan Ibu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-07
Baca selengkapnya

Bab 126. Ego

“Gak bisa, Ma. Mama lagi sakit begini, mana boleh jalan jauh. Apalagi mau ke tempat aku. Di sana gak nyaman, Ma.”“Makanya kamu di sini saja, Nak.”“Gak bisa, Ma. Aku gak mau pisah dari Nina.”Rosalina sedikit kecewa, karena Bryan lebih mementingkan Nina daripada dirinya sendiri, orang yang telah melahirkan dan merawatnya sampai besar. Tapi Rosalina juga paham bahwa anaknya itu sudah besar dan berhak memilih jalan hidupnya sendiri.“Ma, aku gak bisa di sini lama-lama. Aku harus cari kerja, Ma.”“Kamu ambil saja kredit sama ATM Mama, Bryan. Lagian Mama tidak membutuhkannya.”“Gak perlu, Ma. Aku mau belajar mandiri. Aku mau buktiin ke Papa bahwa aku bisa menghidupi diri sendiri.”Lagi dan lagi, Rosalina harus merelakan anaknya pergi. Buliran air hangat kembali menetes saat mereka akan berpisah.“Mama jangan nangis lagi ya. Aku janji kalau ada waktu luan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-07
Baca selengkapnya

Bab 127. Aku Tidak Berguna

“Di dekat sini, Mas. Aku tadi pagi lihat di sosmed, ada orang nyari pekerja. Kerjanya jagain jualan sosis panggang dan lain-lain aja sih. Tapi karena kita kepepet butuh duit, ya udah aku datangin aja tempat itu. Alhamdulillah aku diterima dan langsung kerja hari ini juga.”Nina lalu merogoh sakunya dan menyerahkan uang 25 ribu kepada Bryan. “Ini gaji aku, Mas. Kebetulan sistem gajiannya per hari.”Bryan melihat uang itu dan merasa miris. ‘Astaga, dia bahkan rela kerja dengan gaji 25 ribu per hari. Berarti cuma 750 ribu sebulan. Itu pun belum nutupi biaya kontrakan. Sedangkan aku tadi ditawarin kerja jaga toko 1,2 per bulan, tapi aku tolak karena gajinya kecil banget. Harusnya aku gak milih-milih pekerjaan seperti Nina.’“Kenapa dilihat aja, Mas? Ambil aja. Aku tau kamu udah laper. Kamu beliin aja nasi goreng di depan gang kita. Kalau kamu nungguin aku masak dulu, pasti lama. Aku gak tega lihat kamu kelaparan, Mas.”
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-07
Baca selengkapnya

Bab 128. Membuang Gengsi

Bryan kembali berkeliling mencari kerjaan. Kali ini, ia tidak lagi naik ojek ataupun kendaraan umum lainnya. Seperti kata Nina, mereka harus berhemat.Di perjalanan, tanpa sengaja Bryan bertemu dengan William, anak dari rekan bisnis ayahnya.Saat ini William terjebak macet dan ia melihat sosok Bryan yang tengah berjalan kaki di trotoar.“Hai, Bryan!” pekik William sembari melambaikan tangan dari jendela mobil.Bryan pun menghampiri.“Kamu Bryan, kan? Anaknya Pak Fredrinn?” tanya William memastikan. Soalnya dia agak ragu melihat penampilan Bryan yang jauh dari kata mewah, wajahnya pun tampak kusam. Maklumi saja sudah jarang skincare-an, apalagi ia harus keliling kota Jakarta yang penuh polusi, terpapar sinar matahari pula.“Iya, benar. Saya Bryan. Kamu siapa?”“Masa kamu lupa? Aku William, anaknya Pak Heru! Kamu waktu itu datang ke pesta orang tua ku kok.”“Oh iya, maaf. Saya
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-07
Baca selengkapnya

Bab 129. Positif

“Apa gak boleh, sayang? Kita udah lama gak begituan. Aku butuh itu biar staminaku makin joss.”Nina menggeleng pelan. “Aku gak mau, Mas. Tetangga kita kan taunya kita saudara. Kalau kita begituan, terus mereka denger gimana? Kontrakan kita ini dempetan loh, Mas!”“Kamu jangan desah. Biar gak kedengaran tetangga,” bisik Bryan lagi.“Ta-tapi, Mas—”Belum selesai Nina berbicara. Bryan langsung menyergap bibirnya sambil meremas-remas payudaranya.Tapi tiba-tiba Nina mendorong Bryan agak menjauh karena merasa mual“Hoek… hoek…”Bryan menjadi keheranan. “Kok kamu malah mual, sayang? Apa asam lambungmu naik lagi? Tapi kan makanmu selalu teratur?”Nina langsung bangkit dari tempat tidur dan berlari ke kamar mandi.“Kamu muntah, sayang?” tanya Bryan setelah Nina keluar dari kamar mandi.Nina menggeleng pelan. “Cuma
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-07
Baca selengkapnya

Bab 130. Keguguran?

Hari demi hari, Bryan semakin iba melihat Nina yang rela bekerja dalam keadaan hamil muda. Apalagi di saat pulang bekerja, Bryan memperhatikan wajah Nina yang terlihat pucat karena kelelahan. Nina juga sering merasa pusing dan mual-mual di pagi hari.Semenjak pulang pergi ke tempat kerja menggunakan jasa ojek, Nina lebih duluan tiba daripada Bryan. Biasanya sebelum jam enam sore, Nina sudah sampai di kontrakan, sedangkan Bryan sesudah maghrib baru pulang. Maklum, lokasi proyek tempat Bryan bekerja sangat jauh dari tempat mereka tinggal.Sore ini, Nina langsung rebah di tempat tidurnya setelah pulang dari berjualan. Bahkan gadis itu belum mandi dan memasak buat Bryan untuk makan malam, Nina sudah tidak sanggup lagi bergerak, kepalanya serasa mau pecah.Baru lima menit rebahan, Nina segera bangkit hendak memasak.“Aku harus kuat. Kasihan Mas Bryan kalau pulang kerja nanti, tapi makanan belum siap.”Baru saja ia menyalakan kompor, hendak m
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-08
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1112131415
...
22
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status