Semua Bab Menjadi Ibu Pengganti untuk Anak CEO: Bab 61 - Bab 70

205 Bab

61. Perasaan yang Terabaikan

"Mereka terlihat begitu akrab?" gumam Jasmine pelan, hampir berbisik pada dirinya sendiri. Ada nada getir dalam suaranya, bercampur dengan sesuatu yang sulit ia akui.Jasmine berdiri di balik pintu ruang keluarga, mengintip perbincangan antara Zora, Noah, dan Dursila.Jasmine tahu ia seharusnya tidak berada di sana, tapi hatinya terasa berat. Ada sesuatu yang mengganjal dalam dirinya, sebuah perasaan yang sulit ia ungkapkan.Tatapan Dursila yang penuh otoritas membuat Jasmine teringat pada neneknya yang terbaring di RS. Meski Dursila tampak tegas, Jasmine tidak bisa menahan keinginannya untuk diperhatikan, untuk dirasakan kehadirannya dalam keluarga ini.Namun, setiap kali ia mencoba mendekat, rasa takut selalu menghantui pikirannya.Dari dalam ruangan, suara Dursila terdengar jelas. “Zora, kamu harus menjaga kondisi tubuhmu. Kehamilan muda itu penuh risiko, apalagi dengan aktivitasmu yang cukup sibuk di rumah ini.”Zora mengangguk, berusaha menunjukkan keseriusannya. Namun, dari sud
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-28
Baca selengkapnya

62. Ketegangan yang Membara  

Noah terbangun telat. Matahari sudah tinggi, dan Zora serta Dursila pasti sudah berangkat berbelanja.Namun, saat langkahnya menuju ruang tamu, matanya tertumbuk pada sosok Jasmine. Wanita itu berdiri di dekat jendela, mengenakan dress tipis yang sedikit ketat di bagian pinggang dan leher, membuat Noah terdiam. Mata Noah membelalak, seolah ada yang mengganggu dirinya.“Jasmine, apa yang kamu kenakan?!” Bentakan Noah membuat Jasmine terkejut, botol air di tangannya hampir jatuh. Wajahnya langsung memucat.“Ini hanya baju daster biasa, Noah,” jawab Jasmine cemas, mencoba menjelaskan. “Aku merasa gerah.”Tapi Noah merasa emosinya meledak. Ia tidak bisa menahan diri. Pakaian Jasmine itu, meskipun biasa, tiba-tiba membuat perasaannya kacau. “Ini tidak pantas, Jasmine!” serunya lagi, suara sedikit naik.Jasmine hanya bisa menunduk, matanya mulai berair. "Aku... aku hanya merasa tidak nyaman," jawabnya lemah, merasa bersalah. Air matanya mulai turun tanpa bisa dihentikan.Noah menatapnya den
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-29
Baca selengkapnya

63. Keputusan yang Tak Terselesaikan

Suara pintu kamar yang terbanting keras membuat Maria, asisten rumah tangga, segera menoleh. Ia teringat pesan Zora untuk menjaga Jasmine dengan baik.”Pasti ada sesuatu yang tidak beres.” Maria melangkah cepat menuju kamar tempat suara itu berasal, dan tiba di ruang tamu, matanya langsung tertuju pada Noah yang masih berdiri terpaku, ekspresi wajahnya datar, seolah tidak peduli pada apa yang baru saja terjadi.“Maaf, Tuan, ada yang bisa saya bantu?” tanya Maria hati-hati.Noah menoleh, menatap Maria sebentar, lalu menghela napas panjang."Mood-nya nggak enak," jawabnya datar. "Jaga dia baik-baik, ya. Kalau perlu, bawa dia ke dapur untuk makan."Maria hanya mengangguk, merasa ada ketegangan di udara. Dia melangkah menjauh, tapi tidak bisa menahan rasa penasaran. ’Apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka?’Noah melihat Maria yang sudah menjauh, lalu ia kembali berdiri di depan pintu kamar Jasmine. Ia bergeming sebentar, menatap pintu yang tertutup rapat. Dengan perlahan, ia mengetu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-29
Baca selengkapnya

64. Tatapan yang Berbeda  

Jasmine melangkah keluar dari ruang kuliah, dan pandangannya langsung tertuju pada Ryan yang sedang menunggu di sudut ruangan. Sejak pertama kali bertemu, pria itu selalu membuat Jasmine merasa nyaman.Tapi kali ini, ada yang berbeda. Ryan menatapnya dengan cara yang tak biasa, seperti ada ketegangan yang tersirat di matanya.“Jas,” Ryan mulai, suaranya terdengar agak tegang, “Aku... ingin nanya sesuatu.”Jasmine mengerutkan dahi, merasa ada yang aneh dengan sikap Ryan. "Ada apa, Ry?"“Pram,” Ryan melanjutkan, suara semakin rendah. “Pram itu... siapa sebenarnya?”Jasmine terkejut mendengar pertanyaan itu. Pram? Sahabat Noah, Jasmine tidak tahu kenapa tiba-tiba Ryan bertanya tentang dia.“Kenapa tanya Pram?” tanya Jasmine, mencoba menjaga ekspresi wajahnya tetap tenang meski ada rasa curiga yang muncul.Ryan menatapnya lebih dalam, seakan ingin mencari tahu lebih banyak. "Nggak ada apa-apa, cuma...? Waktu itu juga, Pram yang nganterin kamu pulang," katanya, nada suaranya sedikit cembur
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-29
Baca selengkapnya

65. Dua Pria yang Membingungkan

Jasmine terdiam menatap layar ponselnya, jarinya dengan santai men-scroll media sosial dan pesan di aplikasi Wibu miliknya. Tidak lama kemudian, sebuah notifikasi muncul dari seseorang dengan inisial "Pm" di salah satu postingannya.Pm: "Hai, aku boleh message kamu nggak?"Jasmine mengerutkan kening, merasa bingung. Inisial itu mengingatkannya pada Pram. Setelah berpikir sejenak, dia hanya membalas dengan menekan tombol suka, mencoba bersikap netral. Namun, tidak lama kemudian, sebuah pesan masuk di ponselnya.Pram: "Jasmine, boleh tidak kapan-kapan kita jalan? Oh iya, ini jadikan pertemanan ya, biar aku mudah menghubungimu. Aku Pram."Jasmine menelan saliva, ragu untuk membalas. Saat ini, mungkin masih aman jika mereka berkomunikasi atau bertemu, tapi bagaimana nanti ketika usia kandungannya menginjak trimester ketiga atau keempat? Bentuk tubuhnya pasti akan berubah drastis. Sekarang saja, pipinya mulai tampak lebih cabi.Dengan hati-hati, Jasmine hanya membalas dengan emoticon senyu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-30
Baca selengkapnya

66. Ragu  

Jasmine menatap layar ponselnya dengan perasaan yang campur aduk. Dia masih ragu apakah harus membalas pesan Pram atau mengabaikannya.Dalam pikirannya, ada konflik yang terus berputar. Jika dia membalas, itu bisa memperumit keadaan. Tapi jika dia mengabaikan, Jasmine tahu Pram pasti akan bertanya-tanya.Dengan napas panjang, Jasmine akhirnya mengetik balasan singkat.Jasmine: "Aku baru sampai rumah, Pram. Lain kali ya."Setelah mengirim pesan itu, Jasmine meletakkan ponselnya di meja dan merebahkan diri di kasur. Pikirannya masih terjebak dalam banyak hal. Keadaan dengan Noah semakin rumit, dan kehadiran Pram dalam hidupnya sekarang justru membuatnya semakin bingung.Tak lama kemudian, pintu kamarnya diketuk pelan. "Nona Jasmine, aku boleh masuk?" suara Maria terdengar dari balik pintu.Jasmine bangkit dan berjalan ke pintu, membukanya sedikit. "Ada apa, Maria?"Maria menatapnya dengan penuh perhatian. "Tuan Noah meminta saya membawakan teh untukmu. Katanya, kamu terlihat lelah."Jas
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-30
Baca selengkapnya

67. Membuat Janji di Café Edelweiss

Bab. 67. Membuat Janji di Café EdelweissSetelah mendapatkan izin dari Noah, Jasmine akhirnya membuka aplikasi Wibu dan membalas pesan Pram.Jasmine: "Pram, kita bisa ketemu, tapi aku nggak bisa dijemput. Kita ketemu di Cafe Edelweiss di Palm Square aja, gimana?"Pram membalas dengan cepat, seakan takut Jasmine akan membatalkan.Pram: "Oh, oke! Yang penting kita bisa ketemu. Aku nggak masalah ke sana. Aku cuma pengen ngobrol sama kamu lebih banyak."Jasmine menatap layar ponselnya, merasa sedikit ragu. Dia tahu Pram hanya ingin lebih dekat dengannya, tapi dia sendiri tidak ingin memberi harapan yang salah. Baginya, ini hanya bentuk terima kasih karena Pram sudah membantunya, terutama saat dia flu dan membelikan vitamin.Dengan menghembuskan napas, Jasmine membalas singkat: "Oke, sampai ketemu besok."Pram terlihat senang dengan balasan itu. Dia memang hanya ingin mengenal Jasmine lebih dalam, meskipun dia menyadari ada batas yang tidak bisa dia langkahi.Bagi Jasmine, ini hanya sekada
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-30
Baca selengkapnya

68. Gangguan Tak Terduga  

Mereka pun berjalan menuju Funzone, pusat permainan yang terletak di lantai dua Palm Square. Begitu masuk, Pram langsung menarik tangan Jasmine ke arah mesin capit boneka.“Kita mulai dari sini!” katanya penuh semangat.Jasmine tertawa melihat Pram begitu serius. “Kamu yakin bisa dapat boneka dari sini? Aku pernah lihat orang habis banyak koin tapi nggak dapat apa-apa.”Pram menyeringai. “Itu karena mereka nggak punya skill. Lihat dan pelajari.”Dia memasukkan koin, lalu dengan penuh konsentrasi menggerakkan tuas. Jasmine mengamati dengan tangan terlipat di dada. “Oke, ayo lihat kehebat—”Jasmine masih tertawa saat Pram gagal lagi menangkap boneka dari mesin capit. Wajah frustasinya benar-benar menghibur.“Kamu yakin ini keahlianmu?” ledek Jasmine sambil melipat tangan.Pram mendengus, mengetuk kaca mesin capit. “Hei, ini bukan soal keahlian. Ini murni keberuntungan!”Jasmine terkikik. “Berapa kali nyoba?”Pram melirik layar mesin. “Baru... sepuluh kali?”Jasmine tertawa lebih keras.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-30
Baca selengkapnya

69. Noah Mengikuti Jejak Mereka  

Noah menegang. Matanya sedikit menyipit, jelas tidak menyukai nada menggoda dari Pram.Jasmine menahan napas, takut Noah akan bereaksi berlebihan.Pram, yang sadar telah membuat Noah kesal, malah semakin menikmati situasi. “Atau... Kak Noah takut aku bawa kabur Jasmine?” candanya dengan nada nakal.Jasmine langsung menendang kaki Pram di bawah meja. “Pram!” bisiknya tajam.Pram meringis tapi tetap tertawa. “Oke, oke, bercanda doang.”Namun, Noah tidak terlihat terhibur. Tatapannya masih dingin.“Aku hanya memastikan Jasmine aman,” kata Noah singkat.Pram mengangguk-angguk. “Iya, iya, aku ngerti. Tapi serius, Kak Noah, ini pertama kalinya aku lihat CEO besar kayak Kak Noah main di tempat kayak gini. Kalau aku tahu gini, aku pasti ngajak Kak Noah main Combatte!”Noah hanya menghela napas, seolah menahan kesabaran.Jasmine, yang sejak tadi diam, akhirnya angkat bicara. “Noah, kamu benar-benar nyusul ke sini cuma buat ngecek aku? Tapi, semalam kak Zora dan kamu udah kasih ijin?” tanyanya
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-30
Baca selengkapnya

70. Panggilan yang Tak Diinginkan  

Jasmine menyeringai. “Suka-suka kamu aja. Aku siap ngalahin kalian berdua!” jawabnya penuh semangat.Layar permainan pun menyala, dan mereka bertiga mulai bersaing dengan antusias. Ternyata, meskipun Noah tampak tidak terlalu berpengalaman, dia memiliki ketelitian yang luar biasa.Setiap gerakan dan keputusan yang dia buat sangat terarah. Bahkan, dalam beberapa menit pertama, dia berhasil menghindari beberapa serangan dengan sangat cekatan.Pram yang biasanya jago dalam permainan ini merasa kesulitan mengikuti kecepatan Noah."Eh, Kak Noah! Gimana sih kamu bisa cepat banget?!" katanya dengan rasa takjub.Noah hanya memberikan senyum tipis, tanpa berkata apa-apa. Sementara itu, Jasmine juga mulai terkesan. Dia mengamati setiap langkah Noah dengan cermat, menyadari betapa seriusnya pria itu bermain.Tiba-tiba, dalam sekejap, Noah meluncurkan serangan yang membuat Pram terkejut dan kehilangan beberapa poin."Yes!" Jasmine bersorak. "Akhirnya ada juga yang bisa ngalahin Pram!"Pram tampak
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-30
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
21
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status