Semua Bab TAWANAN HASRAT SANG MAFIA: Bab 51 - Bab 60

76 Bab

Bab 51 - Apa Maumu?

“Aku harus berpisah dulu, untuk itu,” batin Elena. Tetapi dia tak ingin memprovokasi pria disebelahnya. Karena itu, dia memilih diam. Selain itu, bayangan wajah Don yang terlihat sangat marah terus menghantui benaknya. Pria tua itu jelas kecewa setelah Alvaro menolak permintaannya untuk menikahi Delisa. Sejak meninggalkan rumah Don, Elena tak banyak bicara, bahkan setelah mereka sampai di gedung penthouse Alvaro. Alvaro, yang sejak tadi memperhatikan Elena, akhirnya tak tahan untuk bertanya. "Ada yang mengganggumu?" suaranya dalam, penuh ketertarikan. Elena tersentak saat merasakan sentuhan hangat di pundaknya. Dia menoleh, menatap pria itu dengan ragu. "Aku hanya kepikiran dengan ayahmu... apakah sikap kita tadi tidak membuatnya semakin sakit?" Alvaro menarik sudut bibirnya ke dalam, lalu memegang kedua pundak Elena dengan lembut. "Tenanglah, dia pasti baik-baik saja," katanya, seolah ingin menghapus keraguan dari mata Elena. "Syukurlah kalau begitu," gumam Elena pelan. Mereka
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-19
Baca selengkapnya

Bab 52 - Seribu Kali Lebih Baik

Tetapi Elena memikirkan ancaman Vincent, meskipun sekarang ibunya dalam penjagaan anak buah Alvaro. Tetapi, Vincent orang yang licik. Dia bisa saja melakukan apapun untuk menyakiti ibunya. Tangan Elena terkepal. “Aku harus menemuinya, dan mengetahui apa maunya.”Elena melihat sekitarnya, Alvaro sudah pergi beberapa saat yang lalu. Bagaimana jika Vincent memaksanya ikut dengannya. Elena segera bangkit. Dia menuju dapur, dia mencari sesuatu yang bisa digunakan sebagai pelindung. “Sepertinya ini cukup,” kata Elena, tangannya menggenggam pisau dapur kecil. Lalu dia kembali ke kamar dan menyimpan pisau itu di tasnya. Dia membawa tas itu bersamanya, dan pergi keluar untuk menemui Vincent. Tidak perlu waktu lama, Elena sudah sampai di alamat yang diberikan Vincent padanya. Di depannya sebuah rumah makan mewah yang tidak jauh dari kawasan Penthouse Alvaro. Elena tetap waspada, dia kenal betul watak suaminya itu. Elena masuk ke rumah makan itu, dia melihat sekitar. Hanya ada beberapa tam
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-23
Baca selengkapnya

Bab 53 - Makan Malam

Bug! Pukulan demi pukulan diberikan Alvaro pada Vincent. Hingga pria itu tak sempat berdiri. Pria itu terlihat begitu marah. Kini Alvaro sudah diatas tubuh Vincent, bersiap untuk memberikan bogem mentah kembali. Vincent sudah terkapar tak berdaya di lantai, wajahnya babak belur.Elena berusaha bangkit, meskipun dia sangat membenci Vincent, dia tak mau melihat siapapun mati karenanya. Elena menahan tangan Alvaro.“Hentikan,” kata Elena, sembari menggelengkan kepalanya.Alvaro menoleh, melihat Elena yang terlihat lemas. Dia berdiri, lalu menatap Elena dengan cemas.“Bagaimana keadaanmu?” tanya Alvaro. Kedua tangannya dan netranya melihat seluruh tubuh Elena. Seolah memastikan bahwa wanita itu baik-baik saja.Elena mengangguk. “Aku ingin pulang,” kata Elena, suaranya lemah. “Jose bereskan sisanya.”“Baik Tuan.”Alvaro segera mengangkat tubuh Elena ala bridal style dan membawanya ke mobil. Dia perlahan menurunkan Elena ke jok penumpang. Lalu duduk di sebelahnya. Dia mengambil kotak obat
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-23
Baca selengkapnya

Bab 54 - Bajingan, Kau!

Keesokan paginya, Elena sudah di dapur. Dia memang sengaja bangun lebih dulu karena dia ingin menyiapkan sarapan untuk dirinya dan Alvaro. Berbeda dengan di Mansion, di Penthouse ini tidak ada satu pun pelayan. Tetapi, entah kenapa Elena merasa senang di sini. Di Mansion dia merasa seperti tahanan. Elena memasak dengan sesekali bergumam lagu kesukaannya. Sampai kemudian…“Ah!” pekik Elena, kaget. Saat Alvaro memeluknya dari belakang. Kepalanya menyusup di leher Elena. “Kau membuatku kaget, untung aku tidak memukulmu pakai ini.”Elena mengangkat alat untuk menggoreng ke atas. Tetapi sepertinya ucapannya tak berpengaruh pada pria ini. Alvaro memutar tubuh Elena menghadapnya, lalu menatapnya dengan kedua tangan mengukung tubuh wanita itu. “Kenapa tak membangunkanku?” tanya Alvaro, wajahnya menunjukkan rasa tidak suka. Alvaro mengubah posisi kepalanya yang semula miring ke kiri jadi ke kanan. Seolah menuntut penjelasan atas pertanyaannya itu. Tetapi tatapannya masih intens ke Elena.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-24
Baca selengkapnya

Bab 55 - Ternyata pernikahan palsu

“Apa isi dokumen itu?” kata Kakek. Pria tua itu berdiri, dan menarik dokumen dari tangan Vincent. Elena sendiri hanya bisa menatap kedua orang yang sedang saling berebut dokumen itu. Sesaat wanita itu melirik Alvaro yang sedang menahan senyum di sampingnya. “Kira-kira apa isi dokumen itu?” batin Elena.“Lepaskan Vincent!” teriak Kakek. Tangannya menarik paksa dokumen dari tangan Vincent, terlihat jelas bahwa Vincent sangat tidak ingin Kakek mengetahui isi dokumen itu. Begitu Kakek melihat dokumen yang ada di map itu, dia seperti terpukul. Dia mundur satu langkah, dan terduduk lemas. “Vincent beraninya kau! Kau membohongiku selama ini?” Wajah Kakek sudah merah karena amarah. “Ampun Kek, ini semua bohong. Ini hanya rekayasa bajingan ini.”Vincent masih saja berkelit, dan tidak mengakui kesalahannya. “Maaf Kek, bisa saya lihat dokumen itu?” tanya Elena, penasaran. Bagaimanapun juga ini berhubungan dengan hidupnya. Dia harus tahu apa yang sebenarnya terjadi. “Kau tidak tahu tent
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-27
Baca selengkapnya

Bab 56 - Tuduhan Palsu

“Apa? Tidak mungkin!” sanggah Alvaro. Dalam beberapa bulan terakhir ini, hanya Elena wanita yang dia sentuh. Bagaimana bisa Delisa hamil. Alvaro memejamkan mata, mencoba mengingat siapa saja wanita yang dekat dengannya. Tetapi tak ada dalam ingatannya dia pernah menyentuh Delisa sekalipun. Yang ada, wanita itu yang agresif mendekatinya tetapi selalu berhasil dia gagalkan. “Jangan berkelit lagi, nikahi Delisa.” Alvaro tertawa sinis, “sampai kapanpun, tidak!” Alvaro masih teguh dengan pendiriannya. Terlebih lagi dia tidak pernah merasa menyentuh Delisa. Jelas ada sesuatu yang tidak beres. Wanita itu pasti ingin menjebaknya. “Beraninya dia,” gumamnya. “Kepala pelayan, tunjukkan video itu.” Kepala pelayan mengambil sebuah ponsel di atas meja dan kemudian mendekat ke Alvaro. Lalu dia memberikan ponsel itu pada Alvaro. Garis bibir Alvaro tertarik ke dalam. Sekarang dia benar-benar merasa yakin bahwa ini salah satu akal bulus Delisa untuk menjebaknya. “Video ini sudah di edit.” “Apakah
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-27
Baca selengkapnya

Bab 57 - Cemburu?

“Tidak ada, aku hanya kesal dengan kejadian tadi pagi. Ayo pulang,” kata Elena, dia pergi meninggalkan Alvaro begitu saja dan berjalan mendahului pria itu. Sebelum, Alvaro sempat membuka pintu mobil, dia sudah membuka pintu itu duluan. Ekspresi Alvaro terlihat bertanya-tanya dengan perubahan sikap Elena itu.Tanpa banyak bicara dia masuk ke dalam mobil. Dia menoleh ke Elena, wanita itu sibuk melihat ke ponselnya. “Apa rencanamu setelah ini?” tanya Alvaro.“Aku ada interview,” kata Elena, tanpa melihat Alvaro. Entah kenapa hatinya kesal sekali dengan Alvaro, mendengar kehamilan Delisa sedikit membuatnya terpukul sekaligus marah. Elena melirik Alvaro dari sudut matanya. Pria yang dengan lantang mengatakan tak ingin menikahi wanita itu, ternyata menghamilinya. “Brengsek!” umpat Elena dalam hati.Padahal dia pikir, Alvaro lebih baik dari Vincent. Ternyata semua pria sama. “Ada baiknya, dia segera mendapat pekerjaan sehingga dia bisa menghindar dari pria ini,” batin Elena.“Aku antar.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-01
Baca selengkapnya

Bab 58 - Perasaan Ini

Malam harinya, Elena menyiapkan makan malam. Dia mengomel selama memasak. “Jam segini belum pulang juga, kemana dia.” Lalu dia terdiam, menyadari sesuatu yang tidak seharusnya. “Kenapa aku jadi marah, bukankah seharusnya aku lega jika Alvaro menikah dengan Delisa. Aku bisa bebas, tetapi kenapa hatiku sakit.” Elena mematikan kompornya, lalu mengambil segelas air dari lemari es. “Apakah aku mulai ada rasa sama dia?” Elena menyentuh dadanya, merasakan apa yang tengah terjadi pada hatinya. Yang entah sejak kapan telah tumbuh cinta untuk Alvaro. “Tidak, Elena. Kamu tidak boleh, dia bukan pria biasa yang bisa kamu cintai. Kalian berasal dari dunia yang berbeda.” Elena bermonolog, meyakinkan bahwa perasaan itu tak semestinya. Sebelum sakit terlalu dalam, dia harus mengubur perasaan itu dalam-dalam. Jangan sampai pria itu tahu. Dia melihat ke makanan yang ada di atas wajan. Dia sudah tak bernafsu untuk makan. Dia pun memutuskan untuk mandi dan langsung tidur. Dia menyalakan kera
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-04
Baca selengkapnya

Bab 59 - Tuduhan Kosong

Elena yang tengah menikmati sarapan bersama Alvaro menoleh ke arah pintu dengan ekspresi tenang. Perasaan aneh sudah muncul dalam dirinya sejak pagi, seolah firasatnya berkata bahwa akan ada masalah yang datang. Dengan tatapan penuh arti, ia melirik Alvaro, yang juga tampak menyadari sesuatu.“Siapa?” gumam Alvaro, meletakkan cangkir tehnya dengan perlahan. Tatapannya penuh tanda tanya ke Elena.Elena menarik napas, lalu berdiri dengan anggun. “kita lihat siapa yang datang,” jawabnya, berjalan menuju pintu.Saat pintu terbuka, Elena sedikit terkejut. Delisa berdiri di depan sana, mengenakan gaun mahal yang membalut tubuhnya dengan sempurna. Wajahnya dipoles rapi, meski sorot matanya menunjukkan kemarahan. Namun, senyum penuh kemenangan tersungging di bibirnya.“Dimana Alvaro,” sapanya lembut, tapi dengan nada licik yang tidak bisa disembunyikan. “Aku datang untuk bicara dengannya.”Elena tidak bergeming. Ia menatap Delisa dengan ekspresi datar.“Kau ingin membahas soal kehamilanmu lag
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-09
Baca selengkapnya

Bab 60 - Maaf Mengecewakanmu

Morgan dengan suaranya yang penuh percaya diri, menggelegar di ruang rapat. Kasak kusuk terdengar.“Tak disangka, Alvaro pria tak bertanggungjawab. Habis sebar benih, tak mau bertanggungjawab.”Alvaro tetap bergeming. Perlahan, senyum sinis terukir di bibirnya. Matanya menatap Morgan dengan tatapan tajam yang mengintimidasi."Aku menghormatimu, Morgan." Suaranya rendah namun penuh tekanan. "Hentikan lelucon ini sekarang."Morgan terkekeh, menganggap kata-kata Alvaro sebagai usaha putus asa untuk menghindar. "Kau pikir bisa berkelit dengan mudah? Oh iya Don, ku harap kamu bijak. Dan menepati janjimu, agar persahabatan kita terjaga.”Don diam, wajahnya penuh pertimbangan. Sesekali dia melirik ke Alvaro yang masih terlihat santai namun tetap waspada.“Apa yang kamu janjikan ayah?” tanya Alvaro tenang.Namun sebelum Don menjawab, Morgan langsung menyela.“Dia berjanji akan memberikan 10% sahamnya pada menantunya. Dan itu berarti Delisa berhak untuk itu.”Alvaro menghela napas, lalu bersa
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-12
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status