Semua Bab Terjerat Cinta Suami Pengganti: Bab 51 - Bab 60

132 Bab

BAB 51

"Rian," suara Zara terdengar seperti bisikan, penuh rasa takut.Tanpa pikir panjang, ia berlari ke arah suaminya. Tangannya yang gemetar meraih tubuh Rian, memeluknya erat, seolah mencari perlindungan dari badai yang bergejolak di hatinya.Rian berdiri kaku, tidak menyangka Zara akan melakukan hal itu. Napasnya terdengar pelan, tetapi matanya tetap tajam, mengamati Jerry yang masih berdiri di tempat yang sama. Jerry mengepalkan tangannya, rahangnya mengeras melihat adegan itu.“Zara,” suara Rian rendah tetapi penuh makna. Ia perlahan menurunkan pandangannya ke arah wanita yang memeluknya. “Apa yang sebenarnya terjadi di sini?”Zara melepaskan pelukannya, tetapi matanya masih menatap Rian dengan panik. “Rian... aku...” kata-katanya terhenti, tidak tahu harus berkata apa.Jerry melangkah maju, sorot matanya tidak lepas dari Rian. “Seharusnya aku yang bertanya itu,” katanya dengan nada penuh amarah yang terpendam. “Apa yang membuatmu berpikir kamu layak menerima pel
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-24
Baca selengkapnya

BAB 52

Rian menggenggam tangan Zara dengan erat, seolah ingin memastikan dirinya tetap ada di sisinya. “Kamu harus istirahat,” katanya lembut. “Hari ini pasti banyak yang terjadi.”Zara mengangguk pelan, membiarkan dirinya dituntun ke kamar mereka. Begitu sampai, ia duduk di tepi tempat tidur, merasa kelelahan baik secara fisik maupun emosional. Namun, tangannya masih menggenggam tangan Rian, enggan melepaskannya.Rian memperhatikan gerakan kecil itu, dan senyum tipis menghiasi wajahnya. “Aku akan mandi,” katanya, suaranya tenang namun terasa penuh perhatian.Ia melepaskan genggaman Zara dengan lembut, memastikan wanita itu merasa nyaman sebelum meninggalkannya.Zara menatap punggung Rian yang menghilang di balik pintu kamar mandi. Hatinya bergejolak, penuh dengan rasa yang sulit dijelaskan. Ia merasa tenang dan resah sekaligus, seolah berada di persimpangan antara harapan dan ketakutan.Saat suara air mulai terdengar dari kamar mandi, Zara menghela napas panjang. Ia me
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-25
Baca selengkapnya

BAB 53

Rian keluar dari kamar setelah mengganti pakaiannya. Saat pintu kamar tertutup di belakangnya, ia menuruni tangga perlahan, tidak mengira bahwa pemandangan di bawah akan menghentikan langkahnya.Zara sedang berdiri di ruang tamu, tangannya sibuk mengikat rambutnya ke atas, memperlihatkan leher jenjang dan kulitnya yang terlihat bersih di bawah cahaya lampu. Ia mengenakan piyama, tetapi beberapa kancing bagian atas sengaja tidak dikancingkan, memberikan kesan kasual yang menggoda.Rian terpaku, matanya tidak bisa lepas dari Zara. Jantungnya berdegup lebih kencang tanpa ia sadari."Wah, dia benar-benar tidak mau kalah," pikir Rian, sebuah senyuman tipis terukir di wajahnya.Zara merasakan tatapan itu, tetapi pura-pura tidak peduli. Ia berjalan ke meja makan dengan langkah ringan, mengambil segelas air dan meminumnya perlahan. Ia tahu Rian sedang memperhatikannya, dan entah kenapa ia merasa puas dengan reaksi pria itu.Rian akhirnya melanjutkan langkahnya, berjalan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-25
Baca selengkapnya

BAB 54

Zara terus memperhatikan Rian di sela-sela makan malam mereka. Senyum tipis dan tawa kecil yang muncul dari pria itu benar-benar berbeda dari sosok yang ia kenal selama lima tahun terakhir.Biasanya, yang Zara lihat hanyalah ekspresi dingin, tegas, dan penuh jarak. Bahkan, kata-kata yang keluar dari mulutnya sering kali tajam, seperti belati yang menusuk tanpa ampun.Namun malam ini, Rian terasa seperti orang yang berbeda. Tawa kecilnya, meskipun singkat, membuat Zara terdiam. Ia bahkan tak sadar sudah lama tidak menyentuh makanannya, terlalu sibuk mengamati suaminya.“Kenapa kamu terus menatapku seperti itu?” tanya Rian tiba-tiba, membuat Zara tersentak.“Aku?” Zara buru-buru menunduk, menyembunyikan wajahnya yang mulai memerah. “Aku hanya... tidak menyangka kamu bisa tertawa seperti itu,” jawabnya jujur, meskipun suaranya terdengar pelan.Rian mengangkat alis, menyandarkan tubuhnya ke kursi dengan ekspresi santai. “Aku juga manusia, Zara. Apa aku tidak boleh me
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-26
Baca selengkapnya

BAB 55

Cahaya matahari pagi masuk melalui jendela besar di ruang tamu, menyoroti ruangan yang berantakan. Pakaian mereka berserakan di lantai, dan aroma malam sebelumnya masih terasa.Zara perlahan membuka matanya, mendapati dirinya berada dalam pelukan Rian. Tubuh pria itu terasa hangat, membuat Zara merasa nyaman untuk beberapa saat.Namun, begitu kesadarannya pulih, Zara mulai merasa canggung. Ia menoleh, menatap wajah Rian yang sedang tertidur. Wajahnya terlihat damai meski ada lingkaran gelap di bawah matanya, tanda bahwa ia mungkin kurang tidur selama ini.“Dia pasti lelah...” pikir Zara sambil memandangi Rian lekat-lekat.Zara mencoba bergerak perlahan, khawatir membangunkan Rian. Namun, tangan Rian yang melingkari pinggangnya menahan gerakannya. Zara membeku, menahan napas. Ia menunduk, memperhatikan wajah Rian yang sedikit bergeser, tetapi masih terlelap."Kenapa dia bisa terlihat seperti ini... Begitu tenang, begitu—" Zara menghentikan pikirannya sendiri. Ia m
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-26
Baca selengkapnya

BAB 56

Rian menggenggam setir dengan erat, knuckles-nya memutih seiring tekanan yang ia berikan. Pikirannya penuh dengan kilasan kejadian semalam, terutama saat Jerry dengan berani menunjukkan ketertarikannya pada Zara.Di samping itu, kabar kematian Aldo masih menghantui pikirannya. Ia tahu, kematian itu tidak mungkin murni kebetulan. Mobil Rian berhenti mendadak di depan rumah besar Tuan Arman. Dengan langkah tegas, dia menuju pintu utama, langsung masuk tanpa mengetuk. Para pelayan yang melihatnya hanya menunduk, tidak berani menegur kehadirannya yang tiba-tiba.Di ruang kerja, Tuan Arman sedang duduk di kursinya, membaca dokumen-dokumen dengan serius. Ia mengangkat pandangannya saat mendengar pintu terbuka dengan keras. Wajah Rian yang penuh emosi langsung memberitahunya bahwa ini bukan kunjungan biasa.“Rian,” sapa Tuan Arman dengan tenang, meskipun nada suaranya menunjukkan sedikit ketidaknyamanan. “Apa yang membawamu datang pagi-pagi begini?”Rian tidak langsung
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-27
Baca selengkapnya

BAB 57

Luna membuka pintu apartemennya dengan gerakan lelah, tubuhnya bersandar sejenak pada kusen pintu sebelum akhirnya melangkah masuk. Dengan satu gerakan malas, dia melepas sepatu hak tingginya dan melemparkannya ke sudut ruangan. Tas kulitnya yang mahal pun dia letakkan di sofa tanpa peduli.Namun, matanya segera tertuju pada meja di ruang tamu. Tumpukan dokumen di sana menarik perhatiannya. Alisnya terangkat, rasa penasaran perlahan muncul. Dia berjalan mendekat, tangannya terulur mengambil dokumen paling atas.“Surat Permohonan Cerai”.Mata Luna menyipit, membaca lebih lanjut hingga dia menemukan nama yang membuat senyum licik muncul di wajahnya.“Zara dan Rian Hendrawan,” gumamnya, menyebut nama-nama itu dengan nada penuh minat. “Oh, ini menarik.” Dia membalik halaman, membaca setiap baris dengan teliti.Langkah kaki terdengar dari arah dapur. Riko, seorang pria yang menggunakan kemeja santai dengan lengan tergulung, muncul sambil membawa secangkir kopi.“O
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-27
Baca selengkapnya

BAB 58

Zara memindahkan beberapa dokumen dari meja ke dalam map besar. Setiap lembar kertas yang ia sentuh seolah membawa kenangan selama bertahun-tahun ia bekerja di rumah sakit itu. Suara langkah-langkah di lorong menggema, tetapi pikirannya tetap tertuju pada keputusan yang telah ia buat.Di sudut ruangan, seragam putihnya tergantung di gantungan. Seragam itu adalah bagian dari dirinya. Saksi dari setiap perjuangan, harapan, dan rasa bangga. Namun, sekarang ia merasa seperti melepaskan sebagian dari jiwanya.Pintu tiba-tiba terbuka tanpa ketukan. Suara langkah cepat terdengar sebelum seorang wanita muncul dengan napas terengah-engah. Lena, seorang suster yang bekerja bersamanya selama bertahun-tahun, berdiri di sana dengan ekspresi penuh keterkejutan."Zara!" Lena memekik sambil menatap meja yang sudah hampir kosong. "Kamu gak pernah cerita kalau kamu mau resign. Ada apa sebenarnya?"Zara mengangkat pandangannya, tersenyum kecil pada sahabatnya. "Aku
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-28
Baca selengkapnya

BAB 59

Rian duduk di balik meja kerjanya, tangannya memijat pelipisnya dengan ekspresi frustasi. Berkas-berkas yang menumpuk di atas meja terasa semakin berat karena kabar buruk yang baru saja diterimanya. Teleponnya terus berdering, sementara asisten pribadinya berdiri di depan pintu dengan wajah penuh kecemasan."Pak Rian," panggil asistennya hati-hati. "Klien kita, Tuan Kang, sudah memastikan keberangkatannya ke Seoul pagi tadi. Dia tidak bisa menunggu lebih lama."Rian menghela napas panjang. Tuan Kang adalah klien besar yang sudah lama ia incar untuk menjalin kerja sama, tetapi pria itu selalu sulit dipahami. Rencana pertemuan yang sudah mereka atur dengan matang tiba-tiba berubah, dan sekarang Tuan Kang kembali ke Korea tanpa memberinya kesempatan untuk bertemu lebih awal."Dia tidak memberikan alternatif jadwal?" tanya Rian dingin.Asistennya menggeleng. “Tidak, Pak. Dia hanya mengatakan bahwa jika Anda masih ingin melanjutkan kerja sama, Anda har
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-28
Baca selengkapnya

BAB 60

Zara duduk di tepi tempat tidur, tatapannya kosong mengarah ke lantai. Kamar itu sunyi, terlalu sunyi hingga suara detak jantungnya terdengar begitu jelas. Ia menarik napas panjang, tetapi udara terasa berat, seperti ada beban yang menekan dadanya.'Rian tidak ada.'Biasanya, meskipun dingin dan penuh jarak, kehadiran Rian di rumah memberikan nuansa yang berbeda. Kehadirannya yang sering kali membisu ternyata cukup untuk mengisi kesepiannya. Namun kini, dengan kepergiannya, Zara merasa sesuatu hilang.Ia memejamkan mata, mencoba menenangkan pikirannya. Namun yang muncul justru bayangan-bayangan kecil tentang Rian. Cara pria itu menyebut namanya dengan suara tenang, senyuman kecil yang sesekali muncul di antara sikap dinginnya, bahkan kebiasaannya membaca dokumen di sofa ruang tamu hingga larut malam. Hal-hal kecil itu kini terasa lebih berarti daripada sebelumnya."Kenapa aku merasa begini?" gumam Zara, suaranya nyaris tidak terdengar.Ia
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-29
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
14
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status