บททั้งหมดของ Terjerat Cinta Suami Pengganti: บทที่ 91 - บทที่ 100

184

BAB 91

Langit pagi itu terlihat cerah, meski awan tipis mulai menutupi matahari. Di sebuah rumah megah keluarga Hendrawan, suasana terasa sibuk. Para pelayan berlalu-lalang, memastikan segalanya sempurna. Hari itu adalah hari pernikahan Jerry Hendrawan.Di lantai atas, Jerry berdiri di depan cermin besar di kamarnya. Jas hitamnya terpasang rapi, dasi kupu-kupu menghiasi lehernya. Ia tersenyum kecil, membayangkan Zara yang akan segera menjadi istrinya."Akhirnya... hari ini tiba," gumam Jerry.Rasa bahagia memenuhi dadanya. Ia sudah menantikan momen ini sejak lama, di mana ia bisa menjalani hidup bersama wanita yang ia cintai. Zara adalah segalanya baginya. Dia tidak pernah membayangkan masa depannya tanpa Zara di sisinya.Pintu kamarnya terbuka, dan Bu Hanan masuk dengan senyum lebar. "Kamu tampan sekali, Jerry. Zara pasti akan terpesona.""Terima kasih, Bu," jawab Jerry dengan tawa kecil. "Aku harap dia tidak berubah pikiran di altar.""Tentu saja tidak," kata Bu H
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-14
อ่านเพิ่มเติม

BAB 92

"Rian, sebenarnya apa yang terjadi padamu malam itu? Dan bagimana kamu bisa bertemu dengan Lena?" tanya Zara, penasaran.Rian menghela napas panjang sebelum menjawab, sebenarnya dia tidak mau mengingat lagi kejadian itu. Kejadian yang membuatnya hancur seperti sekarang.Malam itu, angin bertiup dingin. Rian duduk di kursi tunggu bandara, menatap tiket penerbangan ke Korea yang digenggamnya. Pikirannya melayang pada Zara, bayangan wajah istrinya memenuhi benaknya.Ia menghela napas berat, meraih ponsel, bersiap untuk menelepon Zara bahwa dia akan segera berangkat. Namun, sebelum ia sempat menekan tombol panggil, ponselnya bergetar. Nomor tak dikenal muncul di layar."Halo?"Suara berat di seberang sana membuatnya merinding. "Zara dalam bahaya."Rian berdiri dengan tegang, matanya menyipit. "Siapa kamu? Apa maksudmu?"Namun, telepon itu sudah terputus. Rian mencoba menelepon balik, tetapi tak ada jawaban. Detak jantungnya berpacu. Ia tahu, ini bukan ancaman
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-14
อ่านเพิ่มเติม

BAB 93

Rian mengakhiri ceritanya dengan desahan napas panjang. Dia menoleh ke samping, ingin melihat reaksi Zara terhadap semua yang baru saja dia ungkapkan. Namun, alih-alih menemukan ekspresi terkejut atau pertanyaan yang menyerangnya, Rian justru mendapati Zara telah terlelap di pelukannya.Matanya mengamati wajah Zara yang tampak damai dalam tidurnya. Napasnya teratur, bibirnya sedikit terbuka, dan alisnya yang tadi sempat berkerut kini telah rileks. Rian tersenyum kecil, merasakan kehangatan di dadanya.“Sepertinya aku terlalu banyak bicara,” gumamnya pelan.Tangannya bergerak otomatis, menyelipkan helaian rambut Zara yang jatuh ke pipinya. Kulitnya terasa begitu lembut di bawah sentuhannya. Rian menatap wanita itu lama, seolah mencoba mengabadikan setiap detail wajahnya dalam ingatan.Sudah berapa lama sejak terakhir kali ia bisa melihat Zara dari jarak sedekat ini? Tanpa ada kemarahan, tanpa ada jarak yang memisahkan mereka.Dia mengingat kembali lima tahun perni
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-15
อ่านเพิ่มเติม

BAB 94

Zara duduk di samping tempat tidur Rian, menunggu dokter selesai memeriksa kondisinya. Ia memperhatikan wajah suaminya yang terlihat lebih tenang meskipun masih pucat.Dokter melepas stetoskopnya, mencatat sesuatu di clipboard sebelum menoleh ke Zara. "Tuan Rian dalam kondisi stabil, tapi pastikan dia tidak terlalu banyak bergerak. Proses pemulihan saraf kakinya masih memerlukan waktu," jelasnya.Zara mengangguk, meski ada sedikit kekhawatiran di matanya. "Terima kasih, Dok."Rian yang sejak tadi diam, menatap Zara dengan lembut. "Jangan terlalu lama di sini. Ini sudah malam."Zara menatapnya ragu. "Aku ingin menemanimu lebih lama."Rian tersenyum kecil. "Aku baik-baik saja. Kamu juga harus istirahat."Zara menghela napas, lalu akhirnya berdiri. Ia menggenggam tangan Rian sebentar, merasakan hangatnya yang menenangkan. "Kalau begitu, aku pulang dulu. Aku akan kembali besok."Rian mengeratkan genggamannya sejenak sebelum melepaskannya perlahan. "Hati-hati
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-15
อ่านเพิ่มเติม

BAB 95

Zara menekan bel kamar, memanggil salah satu pelayan. Tak butuh waktu lama, seorang wanita paruh baya datang dengan kepala sedikit menunduk.“Nona Zara, ada yang bisa saya bantu?” tanyanya sopan.Zara menghela napas, mencoba meredakan emosi yang masih mengganjal setelah perdebatan di ruang makan tadi. “Tolong bawakan makan malam ke kamar. Aku tidak ingin turun.”Pelayan itu tampak ragu sejenak. “Tapi, Nona... Nyonya Hanan biasanya tidak mengizinkan makan di kamar—”Zara menatapnya dengan tenang namun tegas. “Aku mengerti. Tapi aku juga tidak ingin mencari masalah. Aku hanya ingin makan dengan tenang.”Pelayan itu akhirnya mengangguk. “Baik, Nona. Saya akan segera membawanya.”Zara tersenyum tipis, lalu menutup pintu. Ia berjalan ke balkon, menatap langit malam yang kelam. Semua yang terjadi hari ini membuat kepalanya berdenyut.Tidak butuh waktu lama sebelum ketukan di pintu kembali terdengar. Pelayan tadi datang dengan nampan berisi makanan hangat. “Silakan, Nona. Saya sudah memastik
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-16
อ่านเพิ่มเติม

BAB 96

Luna dan Bu Hanan terdiam, terkejut dengan pengakuan Jerry. Mereka saling pandang, mencoba mencerna apa yang baru saja diucapkan. Luna bahkan melotot ke arah Jerry dengan ekspresi yang penuh kebencian, sementara Bu Hanan tampak terperangah, mulutnya terbuka sedikit.Zara mencoba menahan amarah yang mulai meruak. "Jerry, kenapa kamu harus mengatakan hal itu?" suaranya bergetar, berusaha tetap tenang meskipun hatinya penuh gejolak. "Apa yang kamu harapkan dengan mengatakan itu?"Jerry menatapnya dengan penuh keyakinan, seolah tidak merasa ada yang salah dengan kata-katanya. "Aku tidak ingin mereka terus menindasmu, Zara," katanya pelan. "Aku di sini, dan aku akan bertanggung jawab sampai Rian kembali."Bu Hanan akhirnya membuka suara, suaranya penuh kekesalan. "Jadi, ini yang kalian rencanakan, ya? Menyembunyikan hal besar ini di belakang kami?"Zara menatap Bu Hanan dengan tatapan dingin. "Aku tidak merencanakan apa-apa."Luna mendengus kasar, tidak bisa menyembun
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-16
อ่านเพิ่มเติม

BAB 97

Zara merebahkan dirinya di tempat tidur, menatap langit-langit kamar dengan perasaan gelisah. Pikiran tentang kejadian hari ini terus berputar di kepalanya, membuatnya sulit memejamkan mata.Dering pelan dari ponselnya mengalihkan perhatian. Ia meraihnya dengan cepat, melihat nama yang tertera di layar.Rian.Zara menghela napas sebelum mengangkatnya. "Halo?"Suara Rian terdengar dalam dan tenang dari seberang telepon. "Kamu masih terjaga?"Zara tersenyum kecil meski ia tahu Rian tidak bisa melihatnya. "Bagaimana aku bisa tidur dengan semua kekacauan ini?""Aku merasa terjebak di sini, Rian," lanjutnya, suaranya seperti bisikan. "Luna terus mencari cara untuk menjatuhkanku. Ibumu juga... Mereka tidak berhenti menuduhku yang bukan-bukan."Zara bisa mendengar tarikan napas panjang dari Rian. "Aku tahu," katanya. "Sandi terus memberiku laporan."Zara mengalihkan pandangannya ke arah cermin di seberang ruangan. Bayangannya tampak lelah."Jerry semakin
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-17
อ่านเพิ่มเติม

BAB 98

Di rumah sakit, Zara duduk di samping tempat tidur Rian, menunggu hasil pemeriksaan kesehatannya. Meskipun dia sudah makan siang, perutnya terasa sedikit aneh. Ada keinginan mendadak yang sulit ia jelaskan.Dia mengusap perutnya yang mulai membuncit, lalu menoleh ke arah Rian yang tengah membaca dokumen di atas tempat tidurnya.“Rian…” Zara memanggil pelan.“Hm?” Rian menjawab tanpa mengalihkan pandangannya dari dokumen yang dipegangnya.Zara menggigit bibirnya, sedikit ragu untuk mengatakannya. Namun, rasa keinginan itu semakin kuat, membuatnya tak bisa mengabaikannya lebih lama.“Aku… ingin makan sesuatu,” katanya akhirnya.Rian akhirnya menoleh, menatap Zara dengan kening berkerut. “Kamu lapar? Bukannya tadi kamu sudah makan?”Zara menggeleng pelan. “Ini berbeda. Aku tiba-tiba ingin makan sesuatu yang asam dan segar…”Rian terdiam sejenak, lalu tersenyum kecil. “Jadi ini pertama kalinya kamu ngidam?”Zara mengangguk, pipinya sedikit memerah.Rian meletakkan dokumen yang dibacanya k
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-17
อ่านเพิ่มเติม

BAB 99

Tiba-tiba Zara meletakkan tusuk sate dan menatap Sandi dengan ekspresi penuh harap.“Sandi,” panggilnya pelan.Sandi, yang baru saja hendak duduk dan menikmati sedikit ketenangan setelah berburu makanan untuk Zara, langsung menegakkan punggungnya. “Ya, Nona?”Zara tersenyum manis, ekspresinya polos namun penuh niat. “Aku ingin mendengar kamu bernyanyi.”Sandi terdiam. Rian, yang sedang menyuapkan sate ke mulutnya, juga menghentikan gerakannya dan menatap Zara seolah istrinya baru saja meminta sesuatu yang tidak masuk akal.“Bernyanyi?” ulang Sandi, seolah tidak yakin dengan pendengarannya.Zara mengangguk antusias. “Iya. Aku ingin dengar kamu menyanyi. Suaramu pasti bagus, kan?”Sandi mengerjapkan mata beberapa kali, lalu menoleh ke Rian, berharap mendapat pertolongan. Namun, Rian justru terlihat menikmati situasi ini, bahkan ada senyuman kecil di sudut bibirnya.“Ayo, Sandi,” kata Rian dengan nada santai. “Istriku sedang hamil. Kalau itu bisa membuatnya senang, kenapa tidak?”Sandi h
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-18
อ่านเพิ่มเติม

BAB 100

Zara menghentikan langkahnya, jantungnya berdetak lebih cepat saat melihat Luna keluar dari mobil dengan senyum sinis. Wanita itu melangkah pelan, dengan anggun.“Aku pikir kamu sibuk di rumah keluarga Hendrawan,” kata Zara dengan suara datar, mencoba menyembunyikan kegugupannya.Luna menyibakkan rambut panjangnya dan tersenyum manis. “Dan aku pikir kamu sibuk mengunjungi dokter, tapi ternyata lebih dari itu, ya?”Zara mengepalkan tangannya di sisi tubuhnya. Dia tahu Luna bukan tipe orang yang datang tanpa alasan. “Apa maksudmu, Luna?”Luna melipat tangan di depan dadanya, langkahnya semakin mendekati Zara. “Aku hanya ingin memastikan sesuatu, Zara. Kamu tampak begitu sering mengunjungi rumah sakit ini. Menarik, bukan? Dan yang lebih menarik lagi, kamu tampak... terlalu bahagia. Bahkan, di saat suamimu tidak tahu ada di mana.”Zara menahan napas. “Kamu terlalu banyak berspekulasi.”Luna tertawa pelan. “Oh, jangan berpikir aku tidak tahu sesuatu, Zara. Kamu bukan satu-satunya yang bisa
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-18
อ่านเพิ่มเติม
ก่อนหน้า
1
...
89101112
...
19
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status