Semua Bab KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH : Bab 51 - Bab 60

65 Bab

Bab 51

POV TARI"Hampir saja ketahuan." Mas El mengusap kepala Ammar sambil tersenyum."Maaf ya, Om. Aku ga nurut apa kata, Om." Ammar tertunduk merasa bersalah."Tak apa, jagoan." Ammar memeluk Mas El hangat. Hatiku terenyuh melihatnya. Setelah kejadian di Bandung, Ammar harus rajin kontrol ke rumah sakit, baik fisik dan mental nya di cek. Walau menurut dokter benturan yang mengenai kepalanya tidaklah berbahaya. Tapi, Aku tak mau terjadi apa-apa dengannya dikemudian hari. Dan Mas El lah yang rutin mengingatkan sekaligus membawa Ammar berobat."Lagian kamu nya aneh, Dek. Kenapa ga laporin ke polisi aja laki-laki pecund*Ng itu. Biar kapok. Udah dibantu malah nyolong perhiasan kamu." Mas Fatan yang sudah mendengar cerita dari Mas El ikut bicara. Tadi, sewaktu di rumah sakit, mereka bertemu dengan Mas Arsen dan mamanya. Untung saja Mas El cepat bertindak ketika Ammar hampir berlari keluar ruangannya."Aku masih mengingat kebaikan Mamanya, Mas. Dia yang mau membantuku saat keadaan benar-benar g
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-26
Baca selengkapnya

Bab 52

Aku menyandarkan tubuh disandaran kursi."Suatu saat dia pasti akan tahu juga jika Ammar masih hidup. Dan ibu khawatir nanti malah dia tak terima." Ibu duduk di ranjangku. Kini posisi kami berhadapan."Kalian menikah dengan cara baik-baik. Kalau memang mau mengakhiri, akhiri lah dengan baik-baik juga."Ibu ada benarnya juga. Aku melepas kacamata baca dan menyimpannya diatas laptop."Sebentar lagi perceraian kami akan disahkan, Bu. Saat itu adalah waktu yang tepat memberitahukan semuanya pada Mas Arsen."Ibu mengangguk paham."Ibu yakin kamu akan memberikan sikap yang bijak untuk ini. Dan satu lagi soal Nak Elzio. Bagaimana menurut kamu, Nak?""Tari belum kepikiran untuk memulai hubungan yang serius, Bu. Meski, Mas El tampaknya sudah yakin akan menikah dengan Tari." Aku tersenyum tipis. Memang kuakui pesona dokter itu cukup menarik. Tapi, ada hal yang membuatku berpikir lagi untuk menerima perasaannya. "Ibu harap kamu tak salah lagi memilih pasangan hidup. Kasian anak-anak.""Iya, Bu.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-26
Baca selengkapnya

Bab 53

"Maaf Mas, kita tunda dulu, ya. Aku harus pulang." aku menyambar tas yang ada di atas meja."Ta-tapi ... Tari ..."Aku menoleh sekilas."Next time, aku pasti datang." Wajah itu tampak kecewa. Tapi, aku tak bisa berbuat apa-apa. Anak-anak adalah prioritas utama.Aku menghela napas lega. Setidaknya untuk saat ini aku terbebas dari perasaan tertekan. Aku benar-benar belum siap untuk memulai hubungan baru. Dalam benak, hanya kebahagiaan tiga buah hati dan ibu saja yang akan aku perjuangkan."Kemana, Dek?" Mas Fatan yang tak sengaja berpapasan menatap penuh tanya."Syukurlah ada Mas. Tadi ibu bilang Ammar melihat Mas Arsen. Jangan-jangan dia mengetahui jika Ammar belum meninggal, Mas.""Kurang aj*r, masih berani dia mengusik hidup kita."Tangan Mas Fatan mengepal."Mas masih ada kerjaan? Kalau engga, kita pulang dulu, yuk.""Oke, sebentar. Mas bilang Rahma dulu, biar dia ga nyariin." Aku mengangguk. Mas Fatan sudah berlari ke arah toko mencari istrinya.Ting.[Nduk, kamu bisa pulang, Kan?]
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-26
Baca selengkapnya

Bab 54

[Silahkan, aku juga akan laporkan jika kamu terkain dengan kasus penculikan Ammar waktu itu.][Kamu tak punya bukti. Aku aja datang lagi, Dek. Aku berhak atas Ammar. Kita tak bisa berpisah begitu saja. Ingat anak-anak masih kecil-kecil.]Aku tertawa lebar. Miris sekali kelakuan laki-laki yang sebentar lagi akan menjadi mantanku itu.[Kamu kira aku bodoh? Aku mengantongi banyak bukti. Aku sudah berbaik hati membiarkan kamu bebas agar bisa merawat ibu kamu. Tapi, jika kau mengancamku. Aku pun tak segan segan membuatmu menangis darah.]Pesan itu terbaca tapi tak lagi dibalas Mas Arsen. Apa dia takut? Semoga saja. Sekiranya dia keras kepala, aku benaran akan bertindak tegas. Semua demi anakku. Cukup sudah penderitaan ini. Anak-anak harus bahagia meski tanpa seorang ayah.***Dua Minggu berlalu. Akta cerai sudah ditangan. Mas Arsen juga sudah menerima keputusan sidang. Meski aku tak pernah lagi mendengar kabarnya. Semoga saja ancamanku itu benar benar membuat dia takut."Om El ..." Teriaka
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-26
Baca selengkapnya

Bab 55

"Udah sampai dimana proses perceraian kamu, Ta?"Aku menoleh sekilas lalu kembali fokus dengan laptopku."Yaaah, dikacangin."Mas El tertawa lebar. Pasti Remon tak tahu jika aku sudah resmi menjadi mantan istri dari Mas Arsen."Lebih baik Mas Remon menanyakan, kapan pernikahan saya dengan Tari. Biar saya jawab.""Halah, Dokter Elzio mana berani sejauh itu.""Kamu nantangin saya?""Woiyaaa ... Dulu waktu Tari masih dengan Arsen, saya udah nungguin, kapan nih, Arsen melepaskan Tari. Setelah, semua didepan mata saya tak mau menyia-nyiakan dong."Aku mengangkat kepala."Udah, ghibah nya? Tolong, saya ada disini, ya ..."Mas El dan Remon justru tertawa lebar. Laki-laki memang kadang seabsurd itu.***Sudah sebulan sejak Ammar melihat Mas Arsen, kondisi sudah kondusif. Selama ini aku tak pernah meninggalkan rumah. Semua pekerjaan di handle oleh Mas Fatan. Pertemuan dengan beberapa penerbit juga produser terpaksa aku pending. Begitu juga dengan undangan makan dari Mas Elzio. Semua aku cancel
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-27
Baca selengkapnya

Bab 56

Aku membuang pandang ke atas jendela. Matahari sedang terik teriknya. Jalanan penuh oleh kendaraan, mungkin mereka adalah karyawan yang sedang mencari makan siang diluar. Atau bisa jadi mereka sama sepertiku. Punya kepentingan diluar urusan mencari uang.Sekitar setengah jam, kami sampai. Rumah cat putih berlantai dua itu begitu kokoh dan tampak begitu gagah. Tiga mobil terparkir di halaman rumahnya."Ada tamu ya, Mas?"Mas El menatap ke arah Honda jazz berwarna merah itu. Rautnya langsung berubah."Kenapa, Mas?""Eh, gapapa. Hayuk, kita masuk." Wajah yang tadi berseri terlihat gugup. Tangannya reflek menarik tanganku dan berjalan panjang panjang ke dalam. Aku yang kaget tak sempat menepis malah ikut mengiringi langkahnya dengan sedikit kesusahan.Setelah mengucapkan salam, kami langsung masuk. Beberapa orang di ruang tamu menoleh serentak."Nah itu, dia Arsen." Seru perempuan paruh baya dengan dandanan yang sangat jelas menunjukkan jika beliau adalah Maminya Mas Elzio."Mi ..." "El
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-27
Baca selengkapnya

Bab 57

"Lho? Kenapa naik ojek, Nduk? Mobil kamu mana?" Ibu membuka pintu dengan wajah terheran-heran."Ketinggalan di toko, Bu?" Aku menyimpan tas di atas meja lalu menjatuhkan bobot tubuh di sofa. Merebahkan badan hingga punggung bersandar dengan nyamannya. Aku bahkan tadi tak kepikiran untuk kembali ke toko mengambil mobil. Saking dongkolnya hati ini."Ada apa, Nduk? Cerita ke Ibu."Ibu yang sudah duduk disampingku menatap cemas. Apa tampangku begitu kusut? Ah, perasaan aku biasa saja. Meski agak sakit hati."Ga ada apa-apa, Bu." "Jangan bohong, Tari. Ibu tahu karakter kamu. Gimana makan siangnya dengan keluarga Elzio? Lancar? Kenapa bukan dia yang mengantarkan kamu pulang?" Sederet pertanyaan yang harus aku jawab membuat aku kembali menegakkan badan.Kuhirup udara dengan rakus agar apa yang aku ceritakan bisa melegakan perasaan."Mas El, sudah dijodohkan, Bu. Seorang dokter juga. Undangan dari maminya sepertinya untuk mengenalkan perempuan itu pada Tari.""Ha? Kenapa bisa begitu? Bukanny
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-27
Baca selengkapnya

Bab 58

Nasi udah menjadi bubur. Lelaki itu sama saja dengan Ayah. Pasti tak mau mendengar keluh kesah istri, hingga kabur tanpa jejak."Abrar kurang sehat. Kamu lihat sana gih. Biar Ibu sama Bik Inah yang masak. Kamu juga pasti mau menulis kan?""Heh, iya Bu. Tari pamit ke atas, ya. Ibu beneran gapapa tari tinggal?"Ibu malah terkekeh."Halah, biasanya tiap hari juga ditinggal sama kamu." Aku pun terkekeh. Memanglah sebagai seorang penulis yang punya dunianya sendiri aku lebih sering berduaan dengan komputer dan ponsel. Mau gimana lagi, dapat uangnya dari sana.***"Tak habis pikir Mas sama ibunya Elzio itu. Apa dia tidak tahu siapa kamu, Dek?" Mas Fatan yang baru datang menggerutu dengan wajah kesal. Tangan terulur memberikan kunci mobilku. "Gapapa, Mas. Aku ga butuh nama besar kok. Jadi, ga peduli orang mau kenal atau tidak. Yang penting aku bisa membesarkan anak-anak tanpa bantuan laki-laki yang selalu melihatku salah.""Iya, sih. Setidaknya kasih kesempatan untuk kamu menjelaskan siapa
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-27
Baca selengkapnya

Bab 59

Aku memijit kepala yang terasa berdenyut."Maafkan Alif ya, Sayang." Aku mengusap wajah Wildan lembut. Dia menatapku lalu tersenyum."Gapapa, Tante. Aku juga salah sudah membalas Alif.""Tak apa, Bu Tari. Saya mohon maaf anak saya juga telah melukai anak Ibu." Aku tersenyum tipis. Tak menyangka Alif yang terlihat baik baik saja ternyata menyimpan duka atas perpisahanku dengan Mas Arsen."Saya akan mengganti biaya pengobatan Wildan, Pak. Boleh minta nomor rekeningnya.""Oh, ga usah, Bu. Wildan ga kenapa-kenapa, kok. Cuma lebam sedikit saja. Nanti biar saya kompres dengan air es."Aku memanggil Bik Inah. Minta tolong merawat luka di wajah Wildan. Meski sedikit memaksa, karena ayahnya, Mas Nadhif tadinya tak mau merepotkan dan hendak segera pulang. Tapi, tetap sebagai rasa tanggung jawabku pada anaknya aku memohon untuk tinggal sebentar.Setelah selesai, laki-laki itu pamit. Sungguh aku tak enak hati dibuatnya. Wajah Wildan lebam lebih parah dibanding Alif."Nduk, tolong hati hati bicar
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-27
Baca selengkapnya

Bab 60

"Alif, mau jalan jalan?" Alif yang termenung hanya diam saja mendengar tawaran Mas El. Seminggu ini aku meminta ijin pada pihak sekolah agar mengijinkan Alif untuk belajar di rumah saja."Ammar mau, Pa.." teriak Ammar lalu berlari ke arah Mas Elzio. Duh, kenapa Ammar bisa memanggil 'papa' gitu sih. Seharusnya anak-anak tak usah dekat dengan Mas El setelah ini. Apalagi sampai memanggilnya papa."Mas, mulai sekarang ga usah repot-repot untuk datang kesini."Wajah Mas El langsung berubah."Kenapa? Aku datang untuk Alif." "Ada baiknya kita tak lagi berhubungan, Mas. Aku tak ingin ada masalah lagi.""Masalah apa? Kamu tiba-tiba menjauh seperti ini? Salahku apa, Ri?" Matanya menatapku lekat. "Kamu baca ini, Mas." Aku menyodorkan ponselku padanya. Mas El membaca semua pesan yang dikirim orang tak dikenal itu dengan wajah serius. "Siapa yang berani mengancammu seperti ini, Ri?"Aku mengangkat bahu. Mana kutahu. Yang jelas orang itu ada sangkut pautnya dengan dokter muda itu, bukan?"Ri,
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-27
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status