Home / Rumah Tangga / Istri Pesanan CEO / Chapter 161 - Chapter 170

All Chapters of Istri Pesanan CEO: Chapter 161 - Chapter 170

190 Chapters

Escape From Reality

"Ladies and gentlemen, welcome onboard Flight BS03 with service from Jakarta to New York. We are currently third in line for take off and are expected to be in the air in approximately seven minutes time. We ask that you please fasten your seatbelts at this time and secure all baggage underneath your seat or in the overhead compartments. We also ask that your seats and table trays are in the upright position for take-off. Please turn off all personal electronic devices, including laptops and cell phones. Smoking is prohibited for the duration of the flight. Thank you for choosing Blue Sky Airlines. Enjoy your flight."Davva mengambil nafas panjang setelah mendengar pengumuman dari flight attendant yang memberitahu bahwa sebentar lagi pesawat yang ditumpanginya akan menerbangkannya begitu jauh.Sebut saja dirinya pengecut, pecundang, atau apapun namanya. Ia tidak akan marah karena nyatanya dirinya memang senista itu. Ia tidak ada bedanya dari para bajingan di luar sana yang menciptakan
last updateLast Updated : 2025-02-01
Read more

Sunyi Tanpamu

Kanya mendudukkan diri di sofa ruang tengah. Rasa lelahnya semakin menggurita. Perasaannya tidak terlukiskan dengan kata-kata. Tadi Monica akhirnya tertidur setelah drama panjang yang membuat Kanya nyaris frustasi.Setelah tahu badan Monica panas Kanya memberi obat peredanya. Tapi Monica menolak untuk meminum obat tersebut. Anak itu memuntahkannya yang membuat Kanya hampir tersulut emosi. Monica memberontak dan tidak mempan dibujuk dengan apapun. Ini adalah di luar kebiasaannya.“Monic, kenapa obatnya dilepeh, Sayang?” ujar Kanya geregetan.“Monic nggak mau minum obat kalau nggak sama Papa," jawab Monica dengan mulut mengerucut.“Tapi Papa kan lagi kerja, gimana mungkin bisa nyuapin Monic?” kata Kanya memberi pengertian. “Ayo kita minum lagi yuk, biar Mama yang suapin obatnya.” Kanya menuang obat berbentuk sirup ke dalam sloki.Begitu akan menyuapinya ke mulut Monica, anak itu memalingkan muka dengan kuat dan tidak sengaja menyenggol tangan Kanya yang memegang sloki sehingga tumpah me
last updateLast Updated : 2025-02-02
Read more

Terbawa Suasana

Mantan pasangan suami istri tersebut saling mengunci dalam tatapan. Ada banyak hal yang ingin mereka sampaikan, tapi hanya mampu terucap di hati masing-masing.Raven berdeham lalu melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya sebelum kemudian berkata pada Kanya.“Udah malam, Nya, nggak apa-apa kan kalau aku pulang sekarang?”Kanya menganggukkan kepalanya perlahan. Ia tidak mungkin menahan Raven untuk tetap bersamanya meskipun saat ini ia membutuhkan seseorang untuk berbagi dan menghadapi Monica. Kanya khawatir entah bagaimana caranya untuk mengatasi Monica jika nanti anak itu tantrum lagi.“Nanti kalau ada apa-apa dengan Monic dan kamu nggak bisa mengatasinya sendiri, telfon aja aku, hpku stand by dua puluh empat jam,” ucap Raven seakan mengerti apa yang saat ini mengisi pikiran Kanya.Kanya terpaku. Perkataan Raven barusan mengingatkannya pada seseorang yang berlalu dengan tiba-tiba dari hidupnya. Dulu Davva juga sering mengatakan hal yang sama padanya. Kalau ada apa-apa tel
last updateLast Updated : 2025-02-02
Read more

Dan Terjadi Lagi

Kanya merasa kepalanya tertimbun bebatuan besar yang beratnya hingga berton-ton. Begitu pun dengan matanya yang terkatup rapat begitu erat bagai diberi perekat. Namun sinar matahari yang menerpa wajahnya membuat Kanya merasa tidak nyaman. Agaknya kemarin ia lupa merapatkan gorden.Begitu berhasil membuka matanya Kanya sontak terperanjat. Ini bukanlah kamarnya atau pun kamar putrinya.Kanya lantas menyipit mereka ulang kejadian sejak hari kemarin. Seketika kesadaran menghantamnya saat menolehkan kepala ke samping. Tampak seorang lelaki sedang berbaring di sebelahnya.“Astaga! Apa yang sudah aku lakukan?”Kanya terkesiap. Irama nafasnya memburu kencang kala menyadari dirinya dan laki-laki itu berada dalam keadaan yang sama. Sama-sama tak berbusana!Kanya meringis mengetahui lelaki itu adalah Raven. Kebodohan apa yang telah mereka lakukan?Perlahan serpihan kejadian semalam berputar pelan tepat di depan mata Kanya. Kemarin saat sedang berdansa dirinya dan Raven berciuman, lalu mereka t
last updateLast Updated : 2025-02-02
Read more

She Loves Me Not

“Ibu Kanya sehat, Pak. Monica juga. Sekarang Ibu Kanya sering jalan dengan cowok. Ciri-cirinya tinggi, kulitnya sawo matang, dan pastinya gagah. Dia juga yang sering antar jemput Monica ke sekolah."Pesan itu sudah masuk ke ponsel Davva sejak tadi, tapi Davva baru sempat membacanya sekarang. Pesan tersebut berasal dari Kiki, sekretarisnya yang menetap di Indonesia.Meski sudah pergi jauh meninggalkan Kanya, tapi Davva belum benar-benar meninggalkannya. Ia masih mencaritahu mengenai keberadaan Kanya melalui Kiki. Davva menyuruh Kiki mengabarinya hal apapun mengenai Kanya.Dari ciri-ciri yang dikatakan Kiki, Davva jadi tahu bahwa lelaki yang sedang dekat dengan Kanya dimaksud serta mengantar jemput Monica adalah Raven.Hal itu semakin menguatkan fakta bahwa Kanya masih mencintai Raven.Davva mengembuskan nafas panjang sembari menutup perpesanan.Kenapa melupakan Kanya sesulit itu?Apa lagi yang ia harapkan dari Kanya? Bukankah tujuannya pergi adalah untuk melupakan Kanya dari hidupnya?
last updateLast Updated : 2025-02-03
Read more

Ditampar

Kanya mengambil ponsel yang berada dalam tas Dior hitamnya. Dengan tangan gemetar jari-jemarinya menggulir daftar kontak mencari nama Raven. Begitu mendapatkannya Kanya langsung men-dial nomor tersebut.Kanya menempelkan ponsel ke telinganya. Detak jantungnya menghentak dengan begitu kencang menunggu Raven menjawab panggilan darinya.‘Cepat jawab, Rav, angkat hp kamu!’ jerit Kanya di dalam hati karena setelah beberapa kali nada panggil Raven masih belum menjawab panggilan darinya.Sambil menelepon Kanya mondar-mandir sendiri di kamarnya, menandakan betapa gelisah dirinya saat ini.Sampai telinganya panas panggilan masih tak terjawab.“Kamu ke mana sih, Rav? Biasanya kamu paling cepat jawab telfon dari aku. Sekarang saat aku butuh kamu malah ngilang,” dumel Kanya kesal.Kanya meletakkan ponsel setelah usahanya untuk menghubungi Raven berakhir sia-sia. Ia segera mengganti baju. Dalam keadaan panik begini Kanya tidak bisa tinggal diam. Ia harus bertemu dengan Raven secepatnya.Setelah me
last updateLast Updated : 2025-02-03
Read more

fdggtdfhj

Tadi setelah menjemput anak-anak ke sekolah Raven mengantarkan Monica pulang ke rumah. Setelahnya barulah membawa Ray pulang ke rumahnya sendiri. Sebenarnya Raven bisa saja menyuruh supir. Akan tetapi Ray yang manja dan keras tidak mau diantar oleh siapa pun selain dengan Raven.Raven berniat akan kembali ke kantor. Di saat yang sama ia melihat ada Kanya dan Marissa. Kanya sedang mencekal tangan Marissa yang terangkat di udara. Hal itu membuat Raven bertanya-tanya, apa yang terjadi? Kenapa Kanya berada di sini?Raven menggegas langkah menghampiri keduanya.“Kanya, kenapa di sini?”Kanya dan Marissa serentak memandang ke arah yang sama. Dengen refleks Kanya melepaskan Marissa dari cekalan tangannya.“Rav, Mama nggak tahu apa salah Mama, tiba-tiba dia datang dan menampar Mama.”Kanya terbelalak mendengar pernyataan Marissa. Bisa-bisanya perempuan itu memutarbalikkan fakta untuk memfitnahnya.“Rav, itu nggak benar. Aku nggak menampar Tante, justru Tante yang menampar aku. Tadi aku mencar
last updateLast Updated : 2025-02-03
Read more

Satu Permintaan Raven

Kanya tidak marah ataupun tersinggung oleh ucapan Raven yang mengingatkannya pada asal-usulnya dulu. Lugu, mentah, dan tidak punya apa-apa. Untuk apa marah? Toh, faktanya memang begitu.Dan Kanya masih tidak mengerti pada dirinya sendiri. Dulu sudah tidak terhitung lagi entah sudah berapa kali Raven menyakitinya. Tapi perasaannya pada laki-laki itu bertahan dan mungkin akan abadi.Betul yang dikatakan pepatah. Cinta itu buta sehingga membuat banyak orang kehilangan logika. Percuma saja menasehati orang yang sedang jatuh cinta karena mata mereka buta dan telinga mereka juga tuli.Raven melanjutkan perjalanan mereka setelah keduanya selesai membahas mengenai kehamilan Kanya. “Nggak apa-apa kan, Nya, mengantar aku ke kantor?” tanya Raven begitu mobil yang dikendarainya mulai bergerak di jalan raya.“Nggak apa-apa, tapi mampir bentar di minimarket ya, aku mau beliin susu buat Monic.” Kebetulan susu Monica sudah habis, dan kebiasaan anak itu sebelum tidur, entah tidur siang atau malam ada
last updateLast Updated : 2025-02-04
Read more

Someone Like You

Greubel Forsey di pergelangan tangannya menunjukkan pukul sembilan malam waktu setempat ketika Davva mendengar suara ponselnya.Kala itu Davva baru saja pulang dan masuk ke apartemennya. Ia pikir yang menelepon adalah salah satu temannya. Namun ternyata bukan. Ia mendapati nomor Indonesia tertera di layar gawainya.Mengerutkan dahi, Davva berpikir siapa yang menelepon. Setelah beberapa bulan berada di NY, hanya Kiki yang bolak-balik menghubunginya. Itu pun atas suruhan Davva.Tahu rasa penasarannya tidak akan terjawab jika tidak melakukkan apa-apa, Davva memutuskan untuk menerima panggilan tersebut.“Halo,” sapanya pelan setelah menempelkan ponsel ke daun telinga.“Dav, ini Tante Lilis.”Davva terdiam sesaat guna meyakinkan pendengarannya. Rasanya ia hampir tidak yakin pada apa yang didengarnya. Setelah sekian lama tidak satu pun dari keluarganya yang menghubungi.“Tante Lilis?” Davva mengulangi.“Jangan bilang kalau kamu lupa sama Tante,” kata suara di seberang saat menangkap rasa ke
last updateLast Updated : 2025-02-04
Read more

Receh Lu, Rav!

Pagi ini Davva bangun lebih awal dari pagi-pagi pada hari sebelumnya. Pasalnya ia tidak sendiri di apartemennya. Davva merasa perlu menghargai tamunya. Sebagai orang yang dititipi sesuatu tentu ia harus menjaga titipannya dengan baik. Oleh sebab itu ia menyiapkan sarapan untuk Rintik. Lagi pula Rintik hanya berada satu malam saja di sana. Itu menurut asumsinya.“Lagi bikin apa?” Suara lembut itu memaksa Davva untuk menoleh ke belakang.Memutar tubuhnya, Davva mendapati Rintik berdiri di hadapannya dengan wajah bareface khas bangun tidur. Gadis itu mengenakan piyama dan slipper. Berdiri tidak lebih dari satu setengah meter dengan Davva. Wajahnya memang tidak mirip dengan Kanya. Tapi postur dan gesturnya nyaris serupa.“Hei, udah bangun?” Davva balas menyapa. “As you can see.” Gadis itu menjawab.“Gimana tidurnya semalam?”“Nyenyak, walau agak pusing, mungkin sisa-sisa jetlag-nya masih ada."Davva tersenyum sekilas kemudian mengambil cangkir berisi chamomile tea yang baru saja dibuatny
last updateLast Updated : 2025-02-04
Read more
PREV
1
...
141516171819
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status