Semua Bab Jeratan Tuan Reiner: Bab 71 - Bab 80

91 Bab

Bab 76

Polisi mulai sibuk bergerak, menyebar ke seluruh area bangunan tua yang telah lama terbengkalai di tengah hutan. Mereka menggedor setiap sudut, membuka pintu-pintu berkarat dan menyisir ruang-ruang yang diselimuti debu tebal. Meskipun bangunan ini sudah lama ditinggalkan, tidak ada yang tahu bahwa di dalamnya masih tersimpan sesuatu yang sangat penting, sesuatu yang bisa mengubah banyak hal."Dua langkah ke kiri!" perintah seorang polisi dengan suara tegas saat ia menyisir ruang yang dipenuhi komputer-komputer tua dan alat-alat aneh. Dalam salah satu sudut ruangan, sebuah brangkas besar berdiri tegak, menunggu untuk dibuka oleh Tobey. Tapi kini, brangkas itu hanya menjadi objek misteri bagi para penyelidik."Jangan bergerak! Kalian sudah terkepung!" teriak polisi lain yang sudah mengarahkan senjata mereka ke empat orang yang berada di dalam ruangan tersebut. Para pengikut Tobey terkejut, namun mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Tangan mereka terangkat ke udara sebagai tanda menyerah.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-22
Baca selengkapnya

Bab 71

Tubuh Elise gemetar, kedua tangannya terikat erat di belakang punggung, sementara kakinya dililit tali yang sama kuatnya. Lakban menutup rapat mulutnya, membuatnya hanya bisa mengeluarkan suara samar dari tenggorokannya. Dia duduk bersimpuh di lantai, punggungnya bersandar pada sebuah lemari kayu yang besar. Perlahan, Elise membuka matanya. Pandangannya buram pada awalnya, tapi sedikit demi sedikit, ruangan itu mulai terlihat jelas. Cahaya remang dari sebuah lampu gantung tua memantulkan bayangan menyeramkan di dinding. Jantungnya berdegup kencang saat ia menyadari bahwa dirinya berada di tempat asing, dalam kondisi tidak berdaya. Suara langkah kaki terdengar mendekat. Karl muncul dari kegelapan, mengenakan jaket kulit yang terlihat usang. Wajahnya dihiasi seringaian dingin yang mengirimkan hawa menakutkan ke seluruh ruangan. "Bangun juga kau, Elise," ucap Karl dengan nada mengejek, matanya menyipit tajam saat dia mendekati tubuh Elise yang terikat. Elise berusaha menggerakkan tub
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-22
Baca selengkapnya

Bab 72

Pukul delapan malam, suasana di luar rumah Eddie masih tampak tenang. Reiner memarkir mobilnya di depan pagar yang sudah mulai berkarat. Langkahnya terdengar berat dan cepat di atas jalan setapak menuju pintu utama. Ketika pintu terbuka, Eddie—dengan rambutnya yang mulai memutih dan postur tubuh sedikit membungkuk—terlihat terkejut mendapati Reiner berdiri di ambang pintu dengan ekspresi tegang. “Silakan masuk, Tuan... sepertinya ada yang genting,” kata Eddie sambil mempersilakan Reiner masuk ke ruang tamu. Tanpa menunggu basa-basi, Reiner langsung membuka pembicaraan. “Apa kau masih sering menemui Karl?” Kening Eddie berkerut. Nama itu seperti pisau tua yang kembali mengiris luka lama. “Ada apa dengan Karl?” tanyanya penuh kebingungan. Reiner mendesah berat, mencoba menahan ledakan emosinya. “Elise hilang.” Mata Eddie membelalak. “E-Elise hilang? Bagaimana bisa, Tuan?” Reiner meraup wajahnya dengan kasar, frustrasi. “Kau tahu kira-kira Karl tinggal di mana? Kau itu kakak kandun
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-22
Baca selengkapnya

Bab 73

Pagi itu, tubuh Elise tersentak hebat, seakan terbangun dari mimpi buruk yang terlalu nyata. Matanya langsung terbuka lebar, menatap langit-langit gelap di atasnya. Napasnya memburu, dadanya naik-turun seiring ketakutan yang belum sepenuhnya hilang dari pikirannya. Dia bergumam pelan, hampir tidak terdengar, "Sudah pagi ternyata..." Namun, pagi itu tidak membawa ketenangan. Elise masih terikat di kursi kayu keras, dengan tali yang menggerus pergelangan tangannya. Dia mencoba lagi untuk membebaskan diri, menarik-narik tali bergantian dengan penuh harap, tetapi usahanya hanya membuat kulitnya semakin memerah dan perih. Rasa sakit itu seperti memperingatkan bahwa kebebasan masih jauh dari jangkauan. Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar mendekat. Elise segera berhenti bergerak, memejamkan mata, dan menyandarkan kepalanya ke dinding. Dia berpura-pura tidur, mencoba mendengarkan percakapan yang terjadi di luar ruangannya. "Tuan akan langsung membawa dia pergi?" suara berat Karl terde
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-22
Baca selengkapnya

Bab 74

Di dalam ruangan yang cukup terang, suasana semakin tegang. Semua mata tertuju pada brankas besar yang terletak di tengah ruangan. Ahli IT yang duduk di depan komputer mulai mengoperasikan alatnya, dan layar di hadapannya menunjukkan data yang bergerak cepat. Semua orang menunggu dengan cemas, menyadari bahwa brankas itu hanya bisa dibuka dengan sidik jari yang cocok. Tentu saja, itu hanya masalah waktu. Tak lama lagi, brankas itu akan terbuka, dan rahasia yang tersembunyi di dalamnya akan terungkap. Semua mata kini beralih ke Elise yang terikat di sudut ruangan. Wajahnya tampak pucat dan penuh kecemasan. Tiba-tiba, salah satu suruhan lainnya yang tampaknya bertugas menjaga keamanan ruangan, berjalan mendekat dengan ekspresi cemas. Wajahnya menunjukkan ketegangan. "Tuan, kami mendeteksi gerakan di sekitar gedung. Sepertinya ada orang lain yang mendekat." Tobey mengerutkan keningnya, lalu mengalihkan pandangannya ke Elise yang duduk di sudut ruangan, tampak semakin ketakutan. Tata
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-22
Baca selengkapnya

Ban 75

Tobey duduk di kursi, wajahnya tegang dan penuh kemarahan. Tangan kanannya mencengkeram sandaran kursi dengan erat, sementara tangan kirinya meremas ponsel, matanya terpaku pada foto yang ada di layar—sebuah gambar pria yang tak lain adalah ayah Elise. Ketika matanya menyapu ruang itu, ia mendapati bawahannya masih sibuk mengutak-atik komputer, mencoba mencari solusi dari teka-teki yang membuatnya semakin jengkel. "Damn!" Tobey mengumpat kasar, suaranya serak penuh kekesalan. "Kau memang serakah, Harrys! Bahkan setelah mati, kau masih menyusahkan hidupku!" Ia melemparkan ponselnya ke meja dengan kasar, kemudian berdiri dan berjalan mondar-mandir, berpikir keras. Ruangan itu terasa semakin sempit, seolah-olah setiap sudutnya menekan perasaan Tobey yang semakin membara. Di ambang pintu, Karl muncul, memandangnya dengan wajah ragu-ragu. “Apakah mungkin kode sandinya ulang tahun Roseta?” Tobey menoleh, matanya menyipit dengan keraguan. "Itu terlalu mudah, Karl." Suaranya terdengar taj
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-22
Baca selengkapnya

Bagian 76

Polisi mulai sibuk bergerak, menyebar ke seluruh area bangunan tua yang telah lama terbengkalai di tengah hutan. Mereka menggedor setiap sudut, membuka pintu-pintu berkarat dan menyisir ruang-ruang yang diselimuti debu tebal. Meskipun bangunan ini sudah lama ditinggalkan, tidak ada yang tahu bahwa di dalamnya masih tersimpan sesuatu yang sangat penting, sesuatu yang bisa mengubah banyak hal. "Dua langkah ke kiri!" perintah seorang polisi dengan suara tegas saat ia menyisir ruang yang dipenuhi komputer-komputer tua dan alat-alat aneh. Dalam salah satu sudut ruangan, sebuah brangkas besar berdiri tegak, menunggu untuk dibuka oleh Tobey. Tapi kini, brangkas itu hanya menjadi objek misteri bagi para penyelidik. "Jangan bergerak! Kalian sudah terkepung!" teriak polisi lain yang sudah mengarahkan senjata mereka ke empat orang yang berada di dalam ruangan tersebut. Para pengikut Tobey terkejut, namun mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Tangan mereka terangkat ke udara sebagai tanda menyera
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-24
Baca selengkapnya

Bagian 77

Satuhari sebelum Elise ditemukan, Reiner tiba di kantor Alex dengan amarah yang tak lagi bisa dibendung. Langkahnya cepat, hampir menyeret lantai, membuat beberapa karyawan dan staf bergegas mencoba menghalangi jalannya. "Pak, Anda tidak bisa masuk begitu saja—" salah seorang staf mencoba mencegah. "Tolong minggir!" bentak Reiner tajam, membuat semua orang tersentak. Alex, yang mendengar kegaduhan itu dari dalam ruangannya, berdiri dari kursinya. Ia melangkah ke pintu, membuka sedikit untuk mengintip, lalu menyadari siapa yang datang. Ia menatap tajam ke arah stafnya dan memberi isyarat agar mereka membiarkan Reiner masuk. "Biarkan dia. Aku tahu apa yang dia mau," ujar Alex dingin, namun suaranya cukup untuk menenangkan para staf yang kebingungan. Begitu masuk, Reiner tidak menunggu lama. "Jelaskan apa yang sebenarnya kau rencanakan dengan Padma!" bentaknya tanpa basa-basi. "Kau tidak perlu datang sambil berteriak begitu, Rei," sahut Alex santai sambil menutup pintu. Ia mel
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-24
Baca selengkapnya

Bagian 78

Reiner tidak membawa Elise pulang ke rumah mewahnya, melainkan ke sebuah penginapan elit milik keluarganya. Sebuah kabin yang berada di dekat danau--sebelah barat dari tempat Elise ditemukan. "Kau yakin akan berhenti di sini, Rei?" tanya Gale pada Reiner sebelum turun dari mobil. Reiner mengangguk. Dengan sigap Reiner membantu Elise turun. "Terlalu jauh kalau sampai rumah. Elise sudah kedinginan." Reiner menggendong Elise dengan sigap memasuki kabin elit itu, membiarkan pintu tertutup di belakangnya. Udara hangat dari dalam ruangan menyentuh kulit mereka yang basah, namun Elise masih gemetar hebat di dalam pelukannya. Dia terlalu lemah bahkan untuk memprotes atau bertanya di mana mereka sekarang. “Kita tidak bisa langsung pulang,” gumam Reiner, setengah pada dirinya sendiri. “Kau butuh istirahat, Elise.” Di dalam kamar mandi, Reiner dengan cepat memutar keran air hangat, membiarkan suara gemuruh air memenuhi ruang yang sempit. Dia melirik Elise yang berdiri di ambang pintu, tubuhn
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-24
Baca selengkapnya

Bagian 79

Satu bulan telah berlalu sejak Tobey Johnson menerima ganjarannya. Kejahatannya yang terungkap membawa hukuman berat, membebaskan Elise dari bayang-bayang kelam yang selama ini menghantuinya. Namun, baru seminggu yang lalu, Reiner mendapatkan kesempatan untuk duduk bersama Elise dan menceritakan semuanya—setiap rahasia, pengkhianatan, dan hubungan rumit antara keluarganya dan Tobey.Hari ini, Elise tampak lebih lega. Saat membantu menyiapkan sarapan di dapur, wajahnya terlihat lebih cerah, seolah beban berat yang selama ini ia pikul mulai terangkat. Tangannya lincah mengatur piring dan gelas di atas nampan, sementara senyum tipis terlukis di wajahnya.Will, yang duduk di meja makan dengan laptop terbuka di depannya, memperhatikan Elise dengan penuh perhatian. Dengan nada menggoda, dia berkata, "Akhir-akhir ini kulihat kau tampak bahagia, Elise."Elise menghentikan tangannya sejenak, lalu menoleh sambil tersipu malu. "Sekarang aku bisa bekerja dengan n
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-26
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status