Home / Romansa / Istri Figuran Presdir Arogan / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Istri Figuran Presdir Arogan: Chapter 21 - Chapter 30

95 Chapters

Bab 21 - Pertimbangan Perceraian

Bagai burung yang terperangkap dalam sangkar emas. Istilah itu cocok untuk kondisi Karissa sekarang. Berada di mansion megah, tapi dia tak bisa kemana-mana. Martha memang menyiapkan makanan yang lezat. Obat dan vitamin ibu hamil. Serta membantu Karissa mengganti perban di kaki akibat goresan pecahan piring semalam.Namun, dirinya benar-benar tidak diperbolehkan keluar dari kamar walau hanya satu langkah. Ponsel juga disita. Argh! Karissa sudah ingin sekali marah. Apalagi teringat tugasnya di rumah sakit.“Tiga tahun pernikahan, aku baru dikaruniai anak.” Karissa yang tengah berdiri di balkon kamarnya pun menunduk sembari mengusap perut. “Mungkin karena sekarang Tuhan telah yakin, kalau aku dan bayiku ini sudah cukup kuat menghadapi orang macam Damian.”Matanya yang sayu itu beralih ke arah gerbang megah di kejauhan, di mana ada satu patung kepala serigala hitam di ujung atas gerbang.Sejenak Karissa larut dengan pemandangan yang memang sejak dulu seperti itu. Di halaman bahkan sampai
last updateLast Updated : 2025-01-15
Read more

Bab 22 - Peringatan Keras

Seorang pria tua ber-jas merald lengkap dengan tongkat kayu di tangannya, berdiri di tengah ruangan. Di mana sebuah lukisan besar tergantung di dinding utama.“20 tahun lalu, kamu sudah jadi orang yang aku pilih.”Lukisan itu menggambarkan Hector muda dengan jas hitam rapi, berdiri gagah di samping cucu kecilnya yang mengenakan setelan serupa. Ekspresi mereka sama-sama dingin, tegas, dan tanpa senyum. Lukisan itu membawa Hector ke masa lalu, kenangan akan dedikasinya membentuk pria kecil itu untuk menjadi penerus yang ia banggakan, meskipun dengan harga yang mahal.“Opa.”Suara lembut itu memecah keheningan. Hector berbalik perlahan, sampai dia menemukan wanita cantik berjalan mendekat.“Kamu selalu cantik dan mahal, Karissa,” puji Hector memperhatikan Karissa yang mengenakan gaun sederhana berwarna krem dengan rambut yang disanggul rapi. Karissa tersenyum tipis, tapi senyumnya itu tidak menyembunyikan rasa perih yang mengendap di hatinya.“Bagaimana kabar opa?” tanya Karissa setelah
last updateLast Updated : 2025-01-16
Read more

Bab 23 - Memandikan Sang Istri

“Nyonya, sebaiknya Anda jangan dulu membahas soal perceraian,” ucap Martha dengan nada hormat dan hati-hati.Karissa hanya menghela napas panjang sambil mengaduk bubur yang sedang dia masak di dalam panci. Rasanya dia lelah memikirkan soal rumah tangganya yang tak jelas ini.Setelah kekacauan akibat permintaan perceraian dia di depan Hector dan Damian, sang kakek pun memilih bermalam di mansion. Katanya tidak enak badan dan ingin dirawat oleh cucunya, Karissa. Jadilah kini wanita hamil itu menyiapkan bubur untuk hidangan makan malam sebelum meminum obat.“Saya mendengar kalau Tuan Hector ada gejala stroke karena hipertensi. Saya harap Nyonya bisa bersabar lagi.”“Semua menghawatirkan mereka. Tapi tidak ada satupun yang menghawatirkanku,” lirih Karissa masih dengan ekspresi datar dan lelahnya.Martha pun jadi merasa serba salah. “Nyonya ... bukan begitu.” Sungguh dia menyayangi Karissa seperti anaknya sendiri.“Martha, apa kamu bisa antar ini ke kamar opa? Perutku sedikit mual.”Sebena
last updateLast Updated : 2025-01-17
Read more

Bab 24 - Melihat Rekaman CCTV

Nyaman.Satu kata itu sudah cukup menggambarkan perasaan Karissa saat ini. Matanya masih terpejam, tapi kesadarannya mulai kembali. Rasanya ia belum ingin membuka mata karena pelukan ini begitu nyaman dan hangat. Satu lagi, harum, Karissa suka. "Damian? Aku tidak sedang bermimpi, kan?" tebaknya dalam hati. Meski belum membuka mata, ia sudah mengenali aroma parfum maskulin suaminya. Perlahan, Karissa membuka matanya. Benar, Damian masih terlelap, mendengkur halus sambil memeluknya erat. Kenapa? Tumben. Yang ia ingat, semalam ia mual-mual dan pusing juga perutnya kencang. Setelah itu, ia tertidur usai Damian membersihkan tubuhnya.Tiga tahun lamanya mereka menikah, meskipun baru saja bercinta semalaman, Karissa tidak pernah bangun dalam pelukan Damian seperti ini. Jadi, apakah perlakuan Damian sekarang adalah anugrah atau karena ada Opa Hector di mansion?Tidur Damian terusik saat Karissa mencoba bergerak ringan untuk meregangkan otot.“Kau di sini?” Karissa melepas pelukan Damian kemu
last updateLast Updated : 2025-01-18
Read more

Bab 25 - Memberi Peringatan

“Makan yang banyak ya, Sayang,” ucap Emma lembut menyuapi anaknya dengan bubur.Wajah kecil itu nampak pucat. Emma tak tau kenapa makin ke sini kesehatan Aiden makin menurun. Kadang anak ini nampak ceria dan bersemangat, tapi bisa saja tiba-tiba drop.“Mom, Aunty yang waktu itu suntik Aiden mana?” tanya pria kecil yang masih sedikit cadel dalam bicara.Emma jadi ingat Karissa, wanita itu pernah mengatakan kalau Aiden harus segera di bawa ke rumah sakit. Apa memang separang itu penyakit Aiden? Rasanya ragu, itu sebabnya Emma tidak langsung merespon perkataan Karissa.“Mooommm ....” panggil Aiden karena ibunya justru melamun.“Eh iya?”“Itu, Aiden pengin disuntik lagi. Soalnya suntikan Aunty cantik bikin badan Aiden jadi enak.”Emma tersenyum kaku. “Iya, nanti mommy telefon Aunty Karissa ya?”Dirasa bubur sudah habis, Karissa pun beranjak. Dia menyerahkan Aiden pada pengasuh untuk dibersihkan sedangkan dia harus bersiap berangkat ke kantor.Tak lama, kamar utama apartemen itu sudah terci
last updateLast Updated : 2025-01-21
Read more

Bab 26 - Penyakit Genetik

Karissa menggigit kuku-kuku jemari tangan kirinya sedangkan tangan kanannya sedang menggenggam ponsel yang dia tempelkan di daun telinga. Dia mondar mandir begitu resah di balkon kamar sambil menunggu panggilannya yang tak kunjung dijawab oleh Jacob Luther. Seseorang yang memberikan pinjaman dua milyar.“Astagaaa, kenapa dia tidak menjawab panggilanku?” Wanita itu sampai menghentakkan kakinya ke lantai saking kesalnya.Pesan yang dia kirim juga hanya dibaca tanpa dibalas. Padahal dia hanya ingin melakukan penukaran uang dengan cincin pernikahannya yang digadaikan.Sekali lagi dia akan mencoba, tapi ada panggilan yang lebih dulu masuk.“Tuan Jacob, saya –““Tuan Jacob?” Suara cempreng dari seberang telefon membuat Karissa jadi melihat ke layar ponselnya.Rupanya nama Shiena yang tertera di sana.“Tuan Jacob? Apa dia suamimu?” tanya Shiena yang mudah sekali penasaran dengan apapun tentang Karissa.Wanita itu menggaruk pelipisnya kemudian berjalan menuju kursi ukir untuk duduk di sana. “B
last updateLast Updated : 2025-01-23
Read more

Bab 27 - Orang yang Berbeda?

Lutut Emma rasanya lemas ketika mendengarkan penjelasan tentang diagnosa penyakit Aiden. Thalassemia Major, terdengar sangat asing di telinganya. Namun, sepertinya tidak dengan Damian. Pria itu diam, duduk di sofa sambil menatap anak yang terbaring tak sadarkan diri di atas ranjang pasien. Dia tentu sudah bersahabat dari lama dengan istilah penyakit kelainan darah genetik tersebut. Damian hanya tak menyangka kalau Aiden juga menurunkan penyakit itu.“Jadi apa yang harus saya lakukan, Dok?” tanya Emma pada dokter yang ada di depannya."Pengobatan utama untuk Thalassemia Major adalah transfusi darah rutin untuk menjaga kadar hemoglobin tetap stabil. Namun, ada risiko komplikasi jangka panjang, seperti penumpukan zat besi dalam tubuh akibat transfusi yang berulang. Oleh karena itu, terapi kelasi besi juga diperlukan untuk mengeluarkan zat besi berlebih," jelas sang dokter dengan hati-hati.Emma terisak menatap Aiden, membayangkan penderitaan yang harus dialami anaknya."Sebenarnya ada sat
last updateLast Updated : 2025-01-26
Read more

Bab 28 - Penyerangan

“Aku adalah nerakamu,” jawab Damian dengan ekspresi datarnya. Bahkan pria itu begitu santai memakan sarapannya tanpa menatap Karissa sedikitpun.Sang istri tentu hanya bisa menarik napasnya dalam-dalam. Ini sudah biasa. Rupanya jawaban Damian tetap sama, tak berubah sedikitpun. Sejenak ruang makan terasa hening karena keduanya sama-sama menyantap makanan tanpa membuka topik yang bisa membuat selera makan jadi hilang.“Berangkat ke rumah sakit bersamaku,” ucap Damian sesaat setelah dia menghabiskan teh herbak favoritnya.Karissa mengangkat satu alis. “Membiarkan orang-orang curiga?”“Jangan banyak bertanya. Aku tunggu di bawah.” Damian beranjak dari kursinya lalu pergi.Karissa memilih tak peduli. Dia tau suaminya pasti hendak menjenguk Aiden di rumah sakit.Hening menyelimuti kabin Rolls-Royce yang tengah berjalan keluar meninggalkan mansion mewah di pusat kota. Seperti biasa, selalu ada satu mobil di belakang sebagai pengawal.Sepanjang perjalanan mereka berdua diam. Damian sibuk deng
last updateLast Updated : 2025-01-27
Read more

Bab 29 - Memeluk

“Tugas kita adalah membawa wanita di dalam!” desis pria yang berada di kubu musuh ketika mereka kesulitan mendekati mobil.Sedangkan Karissa di dalam, dasi Damian yang menutup mata dan suara musik yang sengaja dikeraskan sama sekali tidak membuatnya tenang. Peluru yang menembak kaca di depan matanya beberapa waktu lalu membuat dia tak bisa baik-baik saja diam di sana.“Damian? Apa kamu sudah kembali?” panggilnya ketika ragu membuka matanya.Tak ada jawaban. Dia justru merasakan mobilnya sedikit berguncang dan suara hantaman di sisi kanannya.“Damian?” panggilnya lagi.Dengan napas menderu, Karissa terpaksa membuka dasi yang menutupi matanya. Hingga dia bisa melihat di depan sana Damian sedang melawan banyak musuh dengan tangan kosong. Rupanya mereka diserang puluhan orang tak dikenal.Belum sempat otaknya berpikir siapa mereka, tepat di sisinya seseorang memukul-mukul kaca dengan tongkat baseball.“Akh!” pekiknya langsung berpindah ke sisi kanan.Jantung wanita itu berdegup makin menj
last updateLast Updated : 2025-01-31
Read more

Bab 30 - Aiden Anak Damian?

“Kotak obatnya, Nyonya. Lutut Anda terluka.”Tony memberikan kotak obat setelah Damian melemparkan kode pada supirnya itu. Karissa menerima sambil melirik pada suaminya yang mulai kembali menyalakan iPad-nya.“Biasanya suami yang mengobati,” lirih Karissa sambil meletakkan kotak obat di tengah mereka.Tony di depan kemudi hanya melirik ke kaca spion lalu mulai membawa mobil pergi dari sana. Sedangkan Damian nampak tak peduli.Baiklah, Karissa memang sudah ditakdirkan untuk mandiri begini. Dia membuka kotak obat dan mengobati lututnya sendiri. Di awal mungkin biasa saja, dia bisa menunduk, mengoles obat ke luka. Namun, saat Karissa akan mengobati lecet di mata kaki sebelah kiri, dia kesulitan karena tertahan oleh perutnya yang sudah sedikit buncit.“Damian, susah,” keluhnya.Sia-sia. Pria itu hanya melirik dan kembali pada kerjaannya. Karena sulit, wanita itu pun mengangkat kakinya sebisanya sampai dressnya sedikit terangkat ke paha.“Ck!” Damian berdecak keras melihat ke depan. Bisa sa
last updateLast Updated : 2025-02-01
Read more
PREV
123456
...
10
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status