Semua Bab Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya: Bab 261 - Bab 270

290 Bab

Bab 257 Perangkap Siapa?

Val menghindar di detik terakhir.Dia sendiri tidak tahu bagaimana tubuhnya yang kaku karena terkejut bisa bergerak untuk melakukan itu, tetapi kalau tidak, pria itu pasti sudah menatap matanya langsung melalui celah di antara kedua pintu lemari sekarang.Keberanian yang sempat membara karena amarahnya kini menghilang. Yang tersisa hanyalah jantungnya yang berdegup kencang, begitu keras hingga dia merasa pria di luar pintu pun bisa mendengarnya. Val tidak percaya bahwa tadi hampir saja dia menerobos keluar untuk bertarung dengan seorang pemerkosa, padahal dia tidak memegang senjata apa pun.Namun, rencana mereka berjalan ke arah yang paling buruk.Empat pria melawan Marcel dan nyawanya sendiri masih dalam bahaya besar. Tidak ada jalan keluar, tidak ada cara untuk mengalahkan preman bertato dengan tongkat bisbol di tangan.Sekarang apa? Tidak ada yang bisa menyelamatkan Val kali ini.Pria itu menyelipkan tongkat bisbolnya ke sela-sela pintu, mendorongnya sedikit terbuka. Val menahan nap
Baca selengkapnya

Bab 258 Tertangkap

Halaman itu kosong dan sunyi.Dari yang terlihat, seluruh area ini tidak hanya ditinggalkan, tetapi juga terputus dari jaringan listrik. Senja mewarnai tepi langit dengan warna oranye dan seketika bangunan-bangunan di sana menjadi gelap tanpa satu pun cahaya.Seperti monster yang berbaring dengan perut menempel di tanah, mulutnya terbuka menunggu mangsa.Val mencoba mencari telepon darurat yang mungkin masih berfungsi, tetapi jika Marcel sudah mencoba menghubungi polisi, maka itu tidak akan membantu siapa pun. Val bisa mencoba menyelinap keluar dari area ini dan mencari bantuan begitu dia berhasil. Namun saat ini ....Val tidak punya siapa pun kecuali Nico untuk diandalkan dan dia bahkan tidak yakin apakah itu bukan berarti menyerahkan dirinya kembali ke dalam mulut monster. Atau, dia bisa mencoba mengeluarkan Marcel dan Arthur sendirian.Yang paling sulit dan paling tidak mungkin berhasil. Tidak ada mobil di halaman ini, tetapi mereka pasti tidak datang ke sini dengan berjalan kaki. M
Baca selengkapnya

Bab 259 Penantian yang Lama

"Aku benar-benar minta maaf! Aku hanya ... aku hanya ingin coba ambil mobil ...." Val terisak, mengeluarkan kata-kata yang tidak jelas."Aku tahu, Sayang, aku tahu." Marcel tidak berhenti, malah mulai mendorong Val ke arah lemari. "Dan kamu sudah melakukan yang terbaik! Kamu akan aman, jangan khawatir!"Val tahu Marcel hanya mencoba menghiburnya. Jelas dia malah memperburuk keadaan. Jika Marcel sempat melakukan sesuatu sebelumnya, Val pasti sudah mengacaukannya sekarang."Aku minta maaf ...." Val tidak bisa menemukan kata lain untuk diucapkan. Hanya kata itu yang keluar dari mulutnya."Hei, hei, kamu baik-baik saja. Aku nggak marah padamu. Kalau polisi nggak datang tepat waktu, mobil adalah peluang terbaik kita!" Marcel menangkup wajah Val, membungkuk untuk menatap matanya.Marcel menatap mata Val, memastikan dia melihat ke dalam matanya dan di sana, hanya ada kehangatan dan ketulusan. "Kamu sudah melakukan yang terbaik dan hampir berhasil. Aku hanya bersyukur kamu nggak terluka. Masuk
Baca selengkapnya

Bab 260 Cahaya atau Kegelapan

Sebuah tulang rusuk patah.Val tidak tahu sudah berapa lama para preman itu menghajar Marcel. Yang dia ingat hanyalah ayunan tongkat, tendangan, dan erangan kesakitan yang tertahan di balik pintu tipis yang Marcel coba redam.Marcel nyaris tidak bisa berdiri ketika polisi menerobos masuk, tetapi dia tidak melepaskan tongkat bisbol yang mengunci pintu Val sampai tim medis benar-benar harus memaksa melepaskannya, sebelum membaringkannya di atas tandu.Lebam dan darah ada di sekujur tubuh Marcel. Dia hampir tidak sadarkan diri dalam perjalanan ke rumah sakit.Mereka menghitung puluhan memar, sebagian besar di lengan dan kakinya. Sebuah luka dalam di lengan kirinya, yang kemudian diketahui berasal dari paku di meja gudang saat dia bertarung melawan para preman. Namun selain itu, tidak ada luka parah, tidak ada pendarahan dalam, dan tidak ada organ yang rusak.Sebuah tulang rusuk patah. Itulah cedera paling parah yang Marcel dapatkan dari skema gila ini demi melindungi nyawa Val."Aku nggak
Baca selengkapnya

Bab 261 Tiga Orang

"Gimana perasaanmu?" Adrian memecah keheningan yang canggung, mengejek Marcel dengan seringainya. "Nyesal nggak karena berhenti latihan anggar sekarang?"Marcel memutar matanya, lalu kembali berbaring dengan erangan pelan.Adrian menyeringai, melirik Val sebelum melanjutkan, "Sejak kapan kamu tertarik pada tipe pahlawan, hmm? Pak Tanzil yang perkasa, masuk ke sarang iblis dengan tangan kosong demi si cantik."Val mengalihkan pandangannya."Kamu juga melakukan hal yang sama." Marcel memelototi Adrian.Saat psikopat itu menculik Val, Adrian diam-diam menyelinap dan menyelamatkannya tepat saat kursinya hampir jatuh dari gedung terbengkalai. Marcel tidak akan pernah melupakan air mata penuh luka di mata Val, serta tatapan penuh kekaguman ketika dia melingkarkan lengannya di leher Adrian."Ya, memang." Adrian menyeringai penuh ejekan. "Dan aku berhasil, dengan pistol. Anggap saja kamu beruntung karena para bajingan itu nggak membawa senjata. Kalau mereka punya, kamu mungkin nggak akan ada d
Baca selengkapnya

Bab 262 Ujung Kebenaran

"Tunggu, Adrian!" Val hendak berlari mengejar Adrian, tetapi Marcel menghentikannya."Nggak apa-apa, dia nggak akan tahu." Marcel duduk dengan susah payah, satu tangannya menekan tulang rusuknya yang patah untuk membatasi gerakan. "Menangkap tiga orang sudah awal yang baik. Aku yakin polisi sedang bekerja menangani sisanya."Val menatapnya dengan tidak percaya."Mereka hampir membunuh kita! Mereka hampir membunuh kamu! Gimana bisa kamu tetap tenang soal ini? Kamu dengar Aurel tadi. Dia bilang 'tiga orang itu', bukan 'hanya tiga orang'. Dia berpikir jumlah mereka hanya tiga! Dua lainnya kabur dan mereka mungkin akan kembali untuk kita!""Kesimpulan yang cerdas." Marcel mengejeknya sambil mengatur posisi tubuhnya agar lebih nyaman, perlahan menyesuaikan diri. "Dan kamu yakin mereka hanya berlima karena ...?"Val terdiam. Dia tidak bisa tahu pasti. Bisa jadi ada satu geng penuh yang bekerja untuk Joshua dan sikap polisi sebenarnya sudah jelas yaitu mereka tidak terlalu peduli. Mereka data
Baca selengkapnya

Bab 263 Kesempatan untuk Memohon

Setelah Val meninggalkan ruangan, kedua pria itu saling menatap lama. Pada akhirnya, Nico tertawa kecil untuk memecah keheningan."Kamu benar-benar punya nyali, anak muda." katanya sambil menarik kursi, meletakkan tongkatnya di tepi tempat tidur, ujung sepatunya yang berkilau menahannya agar tetap di tempat."Kamu nggak terlalu menakutkan." Marcel membalas.Nico tertawa, tetapi matanya sedingin es. "Karena aku nggak membiarkan mereka memukulimu sampai mati? Aku akui, pikiran itu sempat terlintas di benakku. Tapi, sepertinya usia tua memang melunakkan seseorang, nggak peduli sekeras apa pun jiwanya."Kali ini Marcel bahkan mengangkat alis karena terkejut. Apa pria ini baru saja mengakui kejahatannya? Di kamar rumah sakit ini? Kepadanya, korbannya langsung? Bukannya marah, dia justru merasa tertantang. Apakah pria ini benar-benar berpikir dia tidak mampu menjatuhkannya? Apa yang memberinya kepercayaan diri sebesar itu?Tatapan Marcel jatuh pada tongkat yang hampir mengarah ke arahnya. Ke
Baca selengkapnya

Bab 264 Dilema

Marcel tidak ingin melakukannya."Aku tahu tentang kondisi Val," katanya, mengeluarkan kata-kata itu dari sela giginya yang terkatup rapat. Dia telah menghubungi tim medis Val ketika dia masih di fasilitas perawatan, tetapi yang dia ketahui hanyalah bahwa Val untuk saat ini tidak bisa menghadapi gelombang emosi yang terlalu kuat."Aku tahu kamu tahu." Nico tertawa tanpa peduli. "Akulah yang menyuruh mereka membiarkanmu masuk. Gimana lagi kamu bisa mendapatkan akses ke orang-orangku?"Marcel mengerutkan kening, berusaha untuk tidak terlihat terlalu terkejut. Namun kenyataannya, dia terkejut. Berapa pun yang dia tawarkan, dia tidak bisa mendapatkan lebih banyak informasi dan sebelum hari ini, dia mengira tim medis itu hanya setia pada sumpah mereka sebagai dokter.Baru sekarang dia menyadari ... pria ini telah mengendalikan segalanya sejak awal. Dengan enggan, Marcel harus mengakui kekalahannya. "Tolong, katakan padaku apa yang Val butuhkan."Nico mendengus dingin, jelas menunjukkan keti
Baca selengkapnya

Bab 265 Perintah Nico

"Dan menjebloskannya ke penjara selama dua atau tiga tahun dengan setengah masa hukumannya dibayar dari uangmu?" Nico mendengus dingin. "Apa kamu bisa sampai di posisimu sekarang hanya berkat kekayaan nenekmu dan kepalamu yang kosong itu?"Telinga Marcel memerah."Satu-satunya alasan aku nggak menuntut adalah kalau mereka bisa memberikan informasi tentang Joshua dan Joshua tahu itu." Nico menjelaskan dengan nada tidak sabar, seolah sedang menghadapi murid yang bodoh. "Bahkan kalau mereka menyangkalnya, dia nggak akan percaya. Dia tipe orang seperti itu.""Kamu mengenalnya secara pribadi?" Marcel menangkap petunjuk itu dengan cepat.Nico menyeringai dingin, tetapi kali ini dengan sorot kepuasan di matanya."Joshua punya hubungan dengan mafia," lanjut Nico, mengabaikan pertanyaan Marcel. "Dan kali ini, aku ingin mencabut sampai ke akarnya. Ngerti, bocah pintar?""Aku akan ikut bermain kalau kamu mengizinkanku ikut dalam rencana perawatan Val." Marcel menawar."Sekarang kamu peduli padany
Baca selengkapnya

Bab 266 Aturan Permainan

Itulah satu-satunya kemungkinan yang masuk akal.Marcel tidak tahu siapa sebenarnya Nico dan dia hanya menebak secara sembarangan karena satu alasan, yaitu dia tidak merasakan permusuhan dari Nico terhadap Val. Nico memang melakukan sesuatu yang kotor, tetapi bukan untuk menyakitinya. Satu-satunya target dalam pertunjukan ini adalah Marcel.Nico memang mengirim orang untuk menculik Val, tetapi kecelakaan itu hanya menabrak sudut kiri depan mobil Val, sementara dia duduk di kursi belakang kanan, di posisi yang paling aman.Preman itu memang mengurungnya, tetapi tidak pernah menghunus pisau padanya, setidaknya tidak sampai Marcel datang. Preman itu mengejar mereka dengan tongkat dan senjata lainnya, tetapi Val keluar tanpa luka sedikit pun.Mereka bisa saja dengan mudah menghancurkan kepalanya saat dia mencoba melindungi pintu dengan tubuhnya.Meskipun ini semua hanya sebuah sandiwara, semuanya dilakukan dengan sangat hati-hati. Motif Nico bukanlah kebencian terhadap Joshua, melainkan ke
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
242526272829
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status