All Chapters of Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya: Chapter 251 - Chapter 260

290 Chapters

Bab 247 Anak Emas

"Kamu ingin bertemu lebih awal?" Val melirik ponselnya untuk memastikan bahwa penelepon itu memang Diego. "Tentu saja, tapi seberapa awal makan malam bisa dimajukan?"Dia agak terkejut bahwa Diego ingin memajukan rencana makan malam mereka, tetapi mengingat betapa dia telah berusaha membangun hubungan, Val meyakinkan dirinya sendiri untuk menerimanya."Arthur, bisakah kamu ...?""Bisa, Nona Val." Arthur menjawab cepat. "Setelah Anda mengantarkan kartu itu, saya akan langsung mengantar Anda ke sana."Kali ini dia benar-benar tidak mencoba menghindar! Bukankah tadi Arthur mendengar bahwa Diego yang .... Ah, sudahlah.Berdiri di depan gedung baru milik Marcel, Val masih menggerutu, menyebut nama Nico dan sopir setianya yang jahat, Arthur. Gedung baru Marcel jauh berbeda dari sebelumnya, tidak lagi dengan desain modern bergaya Rumah Z yang khas. Kali ini, bangunannya biasa saja, sangat sederhana, mengingat betapa pemiliknya selalu menyukai kemewahan.Gelombang perasaan getir menyapu hati V
Read more

Bab 248 Kesepakatan

Sudah siap dengan pertanyaan ini, Val menjawab dengan sangat cepat, seolah tak perlu berpikir. "Aku nggak bisa mengambil risiko ada orang yang membantu Alisa mendapatkan kalung ibuku. Itu saja."Jawabannya membuat cahaya berbinar di mata Marcel meredup."Aku tahu ...." Marcel mengangguk perlahan, menyembunyikan kekecewaan di matanya. "Tapi kamu datang membantu bukan hanya karena itu, 'kan?"Val mendengus dingin. "Aku melakukan ini untuk Nenek, bukan untuk kamu.""Nenek mengusirku dari perusahaan karena kejadian lima tahun lalu." Marcel tertawa kecil. "Aku cukup yakin Nenek adalah orang terakhir yang menginginkanmu untuk membantuku sekarang."Val mengangkat alisnya. Dia tidak menyangka Nenek bisa begitu kejam terhadap Marcel, tetapi di sisi lain, tidak banyak orang yang bisa dengan mudah mencabut gelar Marcel."Apa yang kamu katakan padanya?" Val mengernyit.Val menyalahkan Marcel hanya karena pria itu mempercayai orang yang salah. Secara hukum atau dalam aspek apa pun, Marcel bukanlah
Read more

Bab 249 Kebenaran Adalah yang Paling Menyakitkan

"Aku sudah bilang, aku nggak mengincar uang atau perusahaanmu." Val berkata dengan tenang sambil meletakkan kartu itu di atas meja."Lalu apa yang kamu inginkan? Kenapa kamu ada di sini membawa kartu ini untuk menyelamatkanku dari kebangkrutan?" Marcel membiarkan kartu itu memantul di meja, lalu meraih pergelangan tangan Val sebelum dia bisa menarik diri.Dia mendekat begitu dekat hingga Val bisa mencium aroma parfumnya. Kepalanya menunduk, menatap tajam ke matanya, sementara bisikannya membuat tubuh Val menegang. "Kenapa kamu masih peduli dengan semua ini ... Nyonya Tanzil?""Aku nggak ...!" Val mencoba menepis tangannya, tetapi dia berhenti di tengah ucapannya, menatapnya tajam seperti ikan buntal yang mengembung.Marcel menyeringai."Kamu bukan Nyonya Tanzil? Aku tahu."Val tidak menjawab."Kamu membenciku, 'kan?" tanya Marcel, menyembunyikan rasa sakit di suaranya dengan baik. "Kamu begitu membenciku sampai nggak mau ada urusan denganku, bahkan saat aku menyerahkan segalanya padamu
Read more

Bab 250 Sarung Tangan Sudah Dilepas

Malam naas lima tahun lalu, Marcel hampir kehilangan dua orang yang paling dia sayangi. Istrinya dan bayinya yang bahkan tidak dia tahu keberadaannya.Setelah memastikan bayinya dan Val selamat, dia menghabiskan seluruh waktunya untuk melacak orang yang menerobos masuk itu dan dia tahu semua informasinya dari pihak kepolisian. Itulah sebabnya polisi tidak menangkap Alisa ....Karena itu bukan Alisa.Alisa memang tidak menyayat pergelangan tangannya saat dibawa ke rumah sakit. Dia memang menyelinap keluar dari kamarnya dan kembali masuk melalui jendelanya. Semua itu benar.Val menuduh Alisa masuk ke rumahnya dan memberikan bukti detail tentang suara-suara yang dia dengar serta kejadian yang terjadi setelahnya. Polisi pun menelusuri kemungkinan itu. Bahkan, tidak sulit untuk menemukan bagaimana seseorang bisa masuk ke rumah tanpa memicu sistem keamanan.Sidik jari Alisa digunakan sebagai tamu terakhir, tepat pada saat kejadian perampokan.Namun, justru kesaksian Val yang membuktikan bahw
Read more

Bab 251 Tabrakan

Setelah Val keluar dari perusahaan Marcel dengan penuh amarah, tangannya masih gemetar. Butuh tiga kali panggilan dari Arthur agar dia tersadar dan mendengar pertanyaannya."Kita mau ke mana sekarang, Nona?" Arthur tetap sabar seperti saat pertama kali menanyakannya."Maaf!" Val menarik napas dalam, menyisir rambutnya dengan jari-jari untuk menenangkan diri. "Aku ... beri aku satu menit."Val dua jam lebih awal dari jadwal makan malamnya dengan Diego. Antara kembali ke Nico atau duduk sendirian selama dua jam bukanlah pilihan yang dia inginkan.Dia tak bisa menahan diri untuk tidak memikirkan kata-kata Marcel.Dulu, Val tak akan pernah meragukan ucapannya, bahkan ketika pria itu memperlakukannya sebagai musuh. Pria itu tidak pernah berbohong. Namun, sekarang? Dia tidak yakin. Marcel membiarkan Alisa mempengaruhinya bukan hanya sekali, tetapi dua kali. Kejujuran bukan satu-satunya hal yang penting dalam permainan ini.Val bahkan tidak yakin apakah pandangan Marcel terhadap kebohongan te
Read more

Bab 252 Penculik yang Tenang

Itu mobil yang mengikuti Val keluar dari rumah lelang.Seharusnya dia menyadarinya. Namun, karena terlalu teralihkan, dia tidak menyadari bahwa mereka membuntutinya sejak tadi. Ini bukan kesalahpahaman. Mereka memang mengikutinya dan mereka menginginkan sesuatu.Dokumen-dokumen itu!"Keluar dari mobil!" Sopir mereka turun dan kini berada di luar pintu Val. Laras pistolnya mengarah tepat ke kepalanya."Arthur? Arthur, kamu baik-baik saja?" Val membuka pintunya perlahan, memanfaatkan kesempatan itu untuk menanyakan keadaan sopir setianya.Arthur pingsan di kursinya."Keluar, sekarang juga!" Pria itu menuntut lagi, mengetuk jendelanya dengan tergesa-gesa."Joshua Salim yang mengirim kalian, 'kan?" Val keluar dari mobil, memasang wajah tenang. "Berapa pun yang dia bayar untuk kalian, aku bisa menggandakannya.""Aku nggak tahu apa yang kamu bicarakan." Pria itu menjawab dengan tidak sabar. "Yang aku tahu, kamu harus ikut denganku.""Aku ...." Val ingin mencoba sekali lagi, tetapi laras pist
Read more

Bab 253 Pertunjukan Palsu

"Apa yang kamu lakukan di sini?" Val berseru.Val mengira Nico yang akan datang menyelamatkannya. Mungkin juga Diego. Hanya mereka berdua yang tahu keberadaannya. Tidak pernah sekalipun dia menyangka mantan suaminya yang dingin, yang hatinya sepenuhnya untuk Alisa, akan datang menolongnya. Padahal dia baru saja menampar pria itu dan mengumumkan vonis mati bagi gadis yang cukup dia cintai hingga menantang hukum.Mungkinkah Marcel mengatakan yang sebenarnya?"Siapa kamu?" Sopir itu bertanya dengan panik pada Marcel, terlihat jauh lebih gelisah dari sebelumnya.Sepertinya dia masih baru dalam hal ini."Hei, tenang." Val harus mengingatkannya ketika tangan si sopir mulai gemetaran. "Kamu nggak ingin menanggung nyawa seseorang di tanganmu, 'kan?""Ohh, maaf!" Si sopir spontan menyahut.Val terdiam.Benarkah dia seorang penjahat yang disewa Joshua untuk merampoknya? Apakah dia baru saja meminta maaf karena menempelkan pisau di lehernya?Si sopir tidak menjawab. Val sedikit menoleh ke samping
Read more

Bab 254 Yang Paling Tidak Terduga

Apa?Semuanya terjadi terlalu cepat dan Val bahkan belum bisa memahami situasinya. Tubuhnya bergerak sebelum pikirannya bekerja. Kakinya nyaris tak bisa mengikuti langkahnya yang begitu cepat. Satu-satunya yang dia tahu adalah Marcel menggenggam tangannya erat, telapak tangannya hangat dan kokoh."Hati-hati!" Marcel menendang pintu belakang gudang hingga terbuka, menahannya agar tidak memantul kembali saat dia berteriak kepada Val, "Lewat sini!"Begitu keluar, mereka langsung berbelok ke kiri, meskipun pintu terbuka mengarah ke lapangan luas.Kenapa? Apakah mereka punya senjata? Val merasa lucu karena otaknya dipenuhi hal-hal tak berguna, tetapi justru tidak bisa memproses apa yang sedang terjadi atau apa yang harus dia lakukan selanjutnya."Kamu bisa panjat tembok kalau aku menggendongmu ke atas bahuku? Val!"Hanya ketika teriakan Marcel menarik pikirannya kembali, dia menyadari bahwa mereka sudah sampai di dekat tembok halaman. Tidak bisa. Tembok itu lebih dari empat meter. Bahkan se
Read more

Bab 255 Perpisahan yang Penuh Ketakutan

Dua pria menerobos masuk dan mulai mengobrak-abrik ruangan berdebu itu. Masing-masing membawa tongkat bisbol di tangan.Tidak ada senjata api. Itu kabar baik.Sepertinya jumlah mereka tidak banyak. Itulah sebabnya butuh waktu bagi mereka untuk menyisir ruangan ini. Namun tetap saja, mereka semua adalah pria bersenjata, sementara Val dan Marcel sama sekali tidak memiliki apa pun untuk membela diri. Hanya soal waktu sebelum mereka terkepung di lemari kecil ini. Jika itu terjadi, mereka benar-benar akan menjadi domba yang siap disembelih."Kita harus apa sekarang?" Val berbisik tajam. Suaranya begitu pelan hingga nyaris tak terdengar oleh Marcel, tetapi dia merasa suaranya bergemuruh seperti guntur. "Kita lari saja?""Nggak aman." Marcel bergumam, tetap mengawasi celah di antara pintu yang miring. "Mereka bukan orang-orang dari mobil yang mengikutimu. Itu berarti mereka punya setidaknya lima orang, tiga lainnya menunggu di luar."Val mencengkeram gaunnya untuk menenangkan diri, tetapi tub
Read more

Bab 256 Pembunuhan Romeo

Marcel menyelinap keluar dengan gesit sebelum Val sempat sadar dari ciuman yang menggetarkan hati itu. Tak berani menarik perhatian kepada Marcel, Val hanya bisa menyaksikannya menyusup di sepanjang dinding hingga lenyap dari pandangannya.Dalam satu atau dua detik, dia tidak lagi bisa melihat di mana keberadaan Marcel. Yang dia tahu hanyalah, kedua pria di dalam ruangan itu belum menyadari apa pun di sisi pabrik terbengkalai ini.Namun, mereka sedang menuju ke arah Val.Lemari itu memiliki kabinet yang tertanam di dinding, dengan separuh pintunya yang hilang. Dari tampilannya, itu tampaknya digunakan untuk menyimpan jaket kerja dan peralatan pembersih. Di dalamnya tergantung sebuah jaket biru besar, tetapi tidak ada celana atau pakaian lain. Di sudut kiri, terdapat sebuah keranjang kotor yang kosong.Tidak berani mengambil risiko membuat suara sekecil apa pun, Val melepas jaket itu, menutup kepalanya, lalu meringkuk di sudut dekat pintu lemari kecil itu.Baik bersembunyi di lantai mau
Read more
PREV
1
...
242526272829
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status