Beranda / Romansa / SEBELUM BERPISAH / Bab 11 - Bab 20

Semua Bab SEBELUM BERPISAH: Bab 11 - Bab 20

122 Bab

11. Jungkir Balik 2

"Nggak juga, Ma." Elvira mengangkat wajah sejenak. Kemudian kembali menyuap bubur. Dua bulan ini sebenarnya dia sudah biasa ditinggal mendadak malam hari. Bahkan Hendy jarang pamit. Namun tidak akan memberitahu mertuanya daripada omelan pagi ini tidak ada habisnya. "Kalau gitu, mama nggak jadi pulang hari ini. Biar mama nungguin sampai Elvira sembuh, Pa," ujar Bu Putri yang membuat anak dan menantunya bungkam. Pak Bakti juga tidak membantah. Dia sudah pensiun. Masih memiliki bisnis, tapi ada orang kepercayaan yang menanganinya.***L***"El, kamu tidak istirahat dulu. Sakitmu itu butuh banyak istirahat," tegur Hendy dari atas pembaringan. Memandang Elvira yang masih serius menggambar. Hampir seharian mereka mendekam di kamar. Elvira sibuk dengan desain-desainnya, sedangkan Hendy tidur karena mengantuk."Aku nggak bisa tidur," jawab Elvira tanpa menoleh."Kalau nggak bisa tidur, kamu rebahan saja. Itu sudah istirahat.""Bentar lagi. Acara tinggal empat hari lagi, aku harus menyelesaik
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-06
Baca selengkapnya

12. Malam yang Tak Direncanakan 1

SEBELUM BERPISAH - Malam yang Tak Direncanakan Elvira memilih bersikap santai meski dadanya juga bergemuruh karena malu. Tidak ada pilihan selain memakainya. Tak mungkin akan mengenakan lagi bajunya yang sudah kotor untuk salat. Jilbab dikenakan guna menutupi bahu dan dadanya yang terbuka. Terlihat aneh memang. Dia pun tahu kalau Hendy menahan senyum. Bagaimana bisa Hendy spontan membuka pintu. Apa dia tidak ingat kalau Elvira sedang mandi. Oh, mungkin dia kaget juga mendengar jeritannya. Apalagi dirinya baru sembuh dari sakit. "Maaf, aku tadi asal ngambil saja." "Nggak apa-apa. Nanti aku bisa ganti baju yang lain." Elvira mengenakan mukena lantas salat. Setelah itu keluar untuk mengambil baju di kamarnya. Kala itu sang mertua masih duduk di teras. Elvira sudah kembali ke kamar suaminya memakai gamis warna navy dan jilbab warna senada. Tidak tampak lagi kaki jenjang Elvira yang putih bersih dan mencabar kelelakiannya. Namun ia sudah terlanjur melihatnya tadi. Elvira juga
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-07
Baca selengkapnya

13. Malam yang Tak Direncanakan 2

"Diminum dulu. Tinggal dua kali minum. Malam ini dan besok pagi." Hendy mengambil obat di atas meja. Sekalian dengan air minumnya. Ia mematahkan pil yang ukurannya besar menjadi tiga bagian, baru memberikannya pada sang istri.Minum obat sambil diawasi sungguh menyiksa. Elvira sampai keluar air mata. Kapan penderitaan ini selesai. Nafas, keringat, serasa bau obat semua.Usai minum obat, Elvira diam di tempat. Sampai benar-benar yakin, obat telah masuk ke perut, baru bergerak untuk berbaring di tempat tidur. Serumit itu memang. Hendy mematikan lampu utama dan mengganti dengan lampu tidur yang lebih redup. Mereka berdua terjebak dalam keheningan. Setengah jam berlalu tanpa percakapan. Suara jam dinding menjadi satu-satunya irama yang menemani mereka. Namun di luar sana, angin malam berembus sepoi menerpa dedaunan. Musim kemarau yang kering.Akhirnya, Hendy memutuskan untuk memecah kebekuan. "Kamu yakin akan pergi lusa, dengan keadaan baru sembuh begini?" Hendy bertanya."Ya. Aku sudah
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-07
Baca selengkapnya

14. Malam yang Tak Direncanakan 3

Sarapan pagi sudah terhidang di meja. Hendy yang sudah rapi, menghampiri istrinya dan memberinya sesuatu. "Diminum dulu obat sebelum makan.""Eh, iya."Seperti biasa. Drama kecil selalu mengiringi saat Elvira minum obat. Mereka akhirnya sarapan pagi bersama. Elvira menikmati bubur buatan mama mertuanya. "Pagi ini papa dan mama pulang, ya. El sudah sembuh. Untuk sementara makan bubur dulu. Supaya lambungmu benar-benar pulih." Bu Putri memandang Hendy dan Elvira bergantian."Kalau ke Jakarta, hati-hati. Perhatikan pola makanmu. Mama sebenarnya nggak tega, El. Tapi sayang juga kalau kesempatan ini kami lewatkan." Elvira mengangguk. Tadi malam ia memang sempat pamit kalau akan berangkat ke Jakarta untuk empat hari."Aku berangkat ke rumah sakit dulu!" Hendy menghampiri Elvira yang mengemas meja makan setelah mereka selesai sarapan."Ya." Elvira menoleh dan keduanya sama-sama tersenyum.Hendy pamitan pada papa dan mamanya.Jam sembilan, orang tua Hendy juga pulang. Tidak lama kemudian,
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-07
Baca selengkapnya

15. Terlambat Pulang 1

SEBELUM BERPISAH - Terlambat Pulang Jam setengah sepuluh Hendy baru sampai di rumah. Sepi. Ia masuk ke kamarnya. Elvira tidak tidur lagi di sana. Seprai juga sudah di ganti, menghapus jejak semalam. Tanda bahwa dialah orang pertama yang 'mendapatkannya'.Hendy keluar kamar dan menoleh ke ruang makan. Tudung saji masih di atas meja. Saat dilihat, menu makan malam masih lengkap. Harusnya dia mengabari Elvira kalau pulang telat, supaya istrinya tidak susah payah memasak. Jadi merasa bersalah sekarang. Diketuknya pintu kamar Elvira pelan. Namun tidak ada sahutan. Apa istrinya belum pulang? Tidak mungkin. Motornya ada di rumah. Helm dan sepatunya ada. Siang tadi sang istri memang mengirim pesan kalau hendak ke kantor.Diputarnya handle pintu kamar, ternyata dikunci. Berarti Elvira sudah tidur sekarang. Sang istri memilih kembali ke kamarnya. Dengan single bad yang hanya muat ditidurinya sendiri.Hendy duduk setengah merebahkan diri di sofa. Capek sekali hari ini. Hendak pulang cepat, ad
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-08
Baca selengkapnya

16. Terlambat Pulang 2

Saat itu menjadi malam pertama mereka sebagai suami istri dalam arti yang sebenarnya. Dia tunduk juga akhirnya. Setelah dua bulan berlalu seperti dua orang asing yang tinggal di bawah satu atap. Ada yang mengganjal, tentang hubungan suaminya dengan Herlina. Seperti apakah sebenarnya hubungan mereka. "Hei, melamun!" tegur Ranty menyentuh tangan Elvira."Kamu memikirkan tentang dokter perempuan itu? Aku paham perasaanmu. Mungkin kamu mulai ada rasa terhadap Mas Dokter." Gadis itu berkata sambil tersenyum. "Dia suamiku, Ran. Kami terikat pernikahan. Hal begini, tentu saja mengusik hubungan kami.""Aku ngerti."Elvira memandang Ranty sejenak. Ada sesuatu yang ingin ia ungkapkan, tapi tidak bisa. Selama ini sahabatnya tahu kalau dirinya pisah kamar dengan Hendy. Ranty tentunya tidak menduga kalau ia telah menyerahkan segalanya pada sang suami.Wanita berjilbab warna pastel itu menggigit bibir bawahnya, menahan tangis yang hampir pecah. Pikirannya terus berputar, mencoba memahami perasaa
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-08
Baca selengkapnya

17. Terlambat Pulang 3

Herlina mengangguk lantas melangkah pergi. Hendy masuk dan duduk di kursi putarnya. Mengeluarkan ponsel yang ternyata sudah ada pesan masuk.[Maaf, baru sempat balas, Mas. Aku sudah sampai Jakarta. Sekarang lagi di tempat seminar.] Elvira menyertakan sebuah foto di dalam sebuah gedung dan menampakkan beberapa pembicara di depan podium.[Aku mau nelepon. Bisa?] Balas Hendy.[Nanti saja. Aku lagi diskusi dan di sini rame banget.][Oke.]Hendy meletakkan ponsel dan membuka berkas berisi keterangan medis pasien yang akan operasi siang nanti.***L***"Hai, El, Ranty." Seorang laki-laki yang keluar dari mobil memanggil Elvira dan Ranty yang baru keluar dari gedung tempat seminar. Saat itu senja telah mengambang."Zal, kamu bisa ada di sini?" Elvira kaget. Begitu juga dengan Ranty. Mereka bersalaman."Kantorku nggak jauh dari sini.""Oh ya?"Rizal mengangguk. "Makanya waktu aku baca story-nya Ranty, aku langsung ngerti kalian ada pertemuan di mana. Sampai Sabtu kan kalian di sini?""Iya. Ka
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-08
Baca selengkapnya

18. Aku yang Salah 1

SEBELUM BERPISAH - Aku yang Salah"Hallo." Suara perempuan. Sepertinya suara dokter Herlina. Walaupun jarang bertemu, tapi Elvira kenal suaranya."Siapa Anda? Kenapa Anda yang menjawab telepon suami saya?" Elvira bicara dengan ketus."Dokter Hendy masih ke kamar mandi. Nanti saja telepon lagi." Telepon langsung dimatikan. Elvira geram menatap layar bening yang menampilkan fotonya sendiri. Kenapa bisa ponsel suaminya sampai dipegang orang lain. Ia yakin kalau itu suara dokter Herlina. Di mana mereka sebenarnya. Masih di rumah sakit apa sudah di rumah?Tidak mungkin kalau dia asisten suaminya. Kalaupun iya, pasti bicaranya akan lebih sopan dan tidak asal memutuskan sambungan. Walaupun mungkin tidak tahu siapa yang menelepon. Sebab Elvira tidak tahu, dikasih nama siapa dirinya di kontak ponsel sang suami.Dipandanginya jam dinding. Pukul 18.30. Jam segini biasanya Hendy sudah pulang, tapi terkadang juga belum.Elvira menarik napas panjang. Setelah mulai tenang, ia keluar kamar dan turu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-09
Baca selengkapnya

19. Aku yang Salah 2

"Sudah. Yang jawab perempuan. Seperti suara dokter Herlina." Elvira menceritakan bagaimana wanita diseberang tidak sopan bicara dengannya.Sambil cerita, Elvira memeriksa ponselnya. Ada dua panggilan masuk dari sang suami. Dalam hitungan detik, ponsel kembali berdering."Aku terima telepon dulu, Ran." Elvira turun dari pembaringan dan menepi ke dekat jendela kamar. Berdiri di balik gorden kamar sambil menyaksikan malamnya kota Jakarta dari ketinggian."Assalamu'alaikum." "Wa'alaikumsalam. Kenapa nggak ngangkat telepon, El. Sejak tadi kutunggui telepon darimu.""Jam setengah tujuh tadi Mas masih di rumah sakit apa sudah pulang?""Masih di rumah sakit. Aku sampai rumah jam delapan.""Aku menelepon Mas jam setengah tujuh tadi. Yang ngangkat perempuan. Seperti suara dokter Herlina. Dia bilang, Mas lagi ke kamar mandi. Lalu telepon ditutup begitu saja. Apa selama ini dia biasa pegang ponselmu, Mas?""Dokter Herlina? Dia sudah pulang menjelang maghrib tadi. Lagian dia tidak mungkin mengang
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-09
Baca selengkapnya

20. Aku yang Salah 3

"Aku kecewa, tadi malam Mas Hendy seolah bilang aku mengada-ada. Dan ngeyel membela Herlina. Nggak mungkin Herlina melakukan apa yang aku tuduhkan. Padahal aku beneran telepon dia, kamu pun tahu."Hmm, sudahlah, Ran. Yuk, kita turun. Lupakan hal semalam."Ranty melangkah duluan untuk membuka pintu kamar. Mereka turun dan sarapan di restoran hotel. ***L***Walaupun lelah, dua hari ini sangat bermakna bagi Elvira dan Ranty. Bertemu dengan orang-orang yang sudah senior dalam dunia mereka. Mendapatkan banyak ilmu dan pengalaman. Mendapatkan banyak teman juga. Sabtu siang itu mereka diajak jalan-jalan oleh Rizal. Membeli oleh-oleh, juga ditraktir makan siang. "Kapan-kapan kukirimkan gamis buat ibu. Hasil desainku sendiri dan akan kujahit sendiri." Elvira bicara sambil makan."Makasih.""Kadang aku kangen sama ibu.""Datanglah ke rumah disaat aku nggak ada. Atau kamu sama ibu bisa ketemuan di luar, tanpa aku." Rizal memandang Elvira yang mengangguk. Wanita ini, sangat disayangi oleh ibun
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-09
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
13
DMCA.com Protection Status