All Chapters of SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER: Chapter 51 - Chapter 60

93 Chapters

Bab 51

Kilauan matahari pagi menembus kaca jendela markas kecil mereka, menghangatkan udara yang dingin setelah malam penuh hujan. Adrian duduk di kursi kayu dekat meja kerja. Jemarinya mengetuk permukaan meja, tanda pikirannya masih sibuk mencerna data yang baru saja mereka selamatkan. Di depannya, Keira sibuk dengan laptop, jemarinya bergerak lincah di atas keyboard. Wajahnya serius, penuh konsentrasi, meskipun ada bayangan kelelahan di bawah matanya. Sementara itu, Jonas berdiri di dekat pintu, menyilangkan tangan di dada, seolah mengawasi setiap suara kecil yang mungkin mengancam. “Kau yakin data ini cukup untuk menjatuhkan Marcus?” tanya Jonas, memecah keheningan. Adrian mengangkat pandangannya, menatap Jonas dengan mata yang tajam namun lelah. “Data ini bukan hanya cukup. Ini adalah bukti utama. Marcus telah menyembunyikan rencana gelapnya selama bertahun-tahun, dan sekarang kita punya kunci untuk membuka semuanya.” Keira menghentikan gerakannya sejenak, menoleh ke arah
last updateLast Updated : 2025-01-20
Read more

Bab 52

Malam itu, mereka berlindung di sebuah rumah persembunyian kecil di pinggiran kota. Suara jangkrik di luar terdengar nyaring, mengisi keheningan yang mencekam di dalam ruangan. Adrian duduk di kursi tua di sudut ruangan, menatap peta digital di tablet kecilnya. Wajahnya serius, setiap guratannya mencerminkan ketegangan yang ia coba sembunyikan. Keira duduk di lantai, punggungnya bersandar pada dinding kayu yang dingin. Tangannya gemetar saat ia memeriksa alat pemindai yang rusak akibat pelarian tadi. Jonas berdiri di dekat jendela, mengawasi jalanan gelap dengan pistol di tangan. “Data itu... kita tidak boleh kehilangannya, Adrian,” kata Keira pelan, suaranya penuh emosi. “Semua kerja keras kita, semua yang kita lalui... itu adalah kunci untuk menghancurkan Marcus.” Adrian mengangkat pandangannya, menatap Keira yang terlihat rapuh namun penuh tekad. “Aku tahu, Keira. Tapi kita harus sabar. Kita tidak bisa gegabah. Kalau kita kembali ke sana tanpa rencana matang, kit
last updateLast Updated : 2025-01-21
Read more

Bab 53

Kegelapan malam menyelimuti kota saat Adrian dan timnya memulai misi baru. Udara terasa dingin, menusuk hingga ke tulang. Keira duduk di dalam van kecil yang diparkir beberapa blok dari lokasi target. Di depannya, layar-layar monitor memancarkan cahaya redup. Jemarinya dengan cekatan mengetik di keyboard, mencoba meretas sistem keamanan gudang yang menjadi tujuan mereka. Sementara itu, Adrian dan Jonas menyelinap di antara bayang-bayang gedung. Gudang yang dimaksud berada di area padat dengan penjagaan ketat. Lampu sorot bergantian menyapu halaman, membuat setiap langkah mereka terasa seperti perjudian besar. "Adrian, aku sudah menemukan jalur masuknya," suara Keira terdengar melalui earpiece mereka. "Tapi kalian harus cepat. Sistem ini punya firewall otomatis. Aku cuma bisa menjaganya tetap terbuka selama sepuluh menit." "Dimengerti," jawab Adrian singkat. Ia memberi isyarat pada Jonas, dan mereka segera bergerak ke arah pintu samping gudang. Saat mereka mendekati pi
last updateLast Updated : 2025-01-21
Read more

Bab 54

Udara malam menyelimuti kota dengan sunyi yang mencekam. Adrian berdiri di balkon apartemen sementara mereka, menatap lampu-lampu kota yang berkedip-kedip seperti harapan yang tak pernah padam. Di dalam ruangan, suasana jauh dari tenang. Keira, Jonas, dan anggota tim lainnya sedang merencanakan langkah terakhir yang akan menentukan segalanya. Adrian menarik napas panjang, membiarkan udara dingin masuk ke dalam paru-parunya. Pikirannya berputar pada satu pertanyaan yang terus menghantui: apakah dia benar-benar siap untuk menghadapi konsekuensi dari semua ini? “Adrian,” suara lembut Keira memanggilnya. Wanita itu berdiri di pintu balkon, membawa secangkir kopi. “Kau baik-baik saja?” Adrian menoleh, memaksakan senyum kecil. “Aku mencoba. Tapi ini tidak mudah.” Keira melangkah mendekat, menyerahkan cangkir kopi ke tangannya. “Kita semua merasakannya. Tapi kau harus tahu, kami percaya padamu. Apa pun yang terjadi, kita akan melakukannya bersama.” Adrian menatap mata Kei
last updateLast Updated : 2025-01-22
Read more

Bab 55

Suara hujan deras menghantam atap gudang tua itu, menciptakan ritme yang seakan mengikuti ketegangan yang memuncak di dalam ruangan. Bau besi bercampur debu memenuhi udara, membuat nafas terasa berat. Adrian berdiri tegak di tengah ruangan, meskipun luka di bahunya terus mengalirkan darah, membuat jaketnya basah. Napasnya tersengal, tetapi sorot matanya tak goyah. Keira berdiri di sisinya, tangan mungilnya menggenggam senjata kecil dengan gemetar. Wajahnya pucat pasi, tetapi tekad yang kuat terpantul di matanya. Jonas, meski terengah-engah, terus memeriksa peta kecil di tangannya yang menjadi panduan mereka. “Kita harus bergerak sekarang,” bisik Jonas, nadanya tercekik oleh kelelahan dan tekanan. “Marcus mungkin sudah tahu rencana kita. Jika terlambat, semua akan sia-sia.” Adrian menoleh ke Keira, memerhatikannya dengan cermat. “Kau siap, Keira?” tanyanya, suaranya rendah tetapi penuh kelembutan, mencoba memberikan kekuatan kepada wanita itu. Keira menelan ludah
last updateLast Updated : 2025-01-22
Read more

Bab 56

Hujan masih turun dengan deras ketika Adrian menatap pintu logam yang tertutup rapat di depan mereka. Udara dingin yang merayap melalui celah-celah ruangan membawa aroma basah dan besi tua. Sorot matanya tajam, penuh perhitungan, meski detak jantungnya berderap cepat. Keira berdiri di sisinya, jemarinya gemetar saat memegang senjata. Dia mencoba menyembunyikan rasa takutnya, tetapi air matanya yang tak terbendung berbicara banyak. Jonas, di sisi lain, berjongkok di dekat panel kontrol dengan wajah serius, jari-jarinya sibuk membobol sistem yang mengunci mereka di ruangan itu. “Berapa lama lagi?” tanya Adrian, suaranya rendah namun penuh urgensi. Jonas mengusap peluh di dahinya. “Aku hampir selesai. Tapi Marcus memproteksi sistem ini dengan lapisan keamanan ganda. Jika aku salah langkah, kita mungkin tidak akan pernah keluar dari sini.” Keira menelan ludah. “Adrian, kita tidak bisa hanya berdiri di sini. Keluargaku... mereka tidak punya banyak waktu.” Adrian menarik nap
last updateLast Updated : 2025-01-23
Read more

Bab 57

Langit malam menggantung pekat, seakan bersekongkol dengan ketegangan yang merayap di antara mereka. Adrian berdiri di tengah ruangan gelap, hanya diterangi oleh cahaya remang dari lampu neon yang bergetar. Di tangannya, sebuah perangkat elektronik kecil dengan layar berpendar merah. Waktu terus berdetak—15 menit tersisa. Keira berdiri tidak jauh darinya, mengatur napas yang terasa berat. Tangannya gemetar saat ia mencoba memeriksa diagram kabel di hadapannya. Pandangannya bolak-balik antara perangkat itu dan Adrian. "Kita tidak punya banyak waktu," katanya, suaranya pecah. "Keira, fokus," Adrian menatapnya tajam, suaranya tegas namun lembut. "Kamu sudah berhasil sejauh ini. Percaya pada dirimu sendiri." Jonas duduk di pojok ruangan dengan laptop di pangkuannya. Jemarinya bergerak cepat di atas keyboard, keningnya mengernyit dalam konsentrasi. “Aku butuh waktu lima menit lagi untuk memecahkan kodenya,” gumamnya dengan nada putus asa. "Kalau lima menit itu tidak ada?"
last updateLast Updated : 2025-01-23
Read more

Bab 58

Langkah Adrian terasa mantap, meski di belakangnya, suara sirine dan lampu berkedip merah membuat segalanya terasa mencekam. Keira menggenggam tangan Adrian erat, seolah takut jika sedikit saja ia melepasnya, semuanya akan berantakan. Jonas, yang berada di belakang mereka, berulang kali menoleh ke arah lorong tempat mereka masuk tadi. "Kita tidak akan punya waktu banyak kalau Marcus benar-benar tahu kita sudah di sini," katanya, napasnya tersengal. Adrian berhenti sejenak, menatap peta kecil yang ada di tangannya. “Lorong ini harusnya membawa kita ke pintu utama, tapi…,” ia menggantungkan kalimatnya, matanya menyipit memperhatikan sesuatu yang tidak sesuai di peta. “Tapi apa?” tanya Keira dengan nada cemas. “Dia mungkin sudah mengubah rutenya. Tidak ada jaminan kita tidak akan menemui jebakan di sepanjang jalan.” Keira menggigit bibirnya, pikirannya dipenuhi berbagai kemungkinan buruk. Ia tahu Adrian selalu punya rencana, tapi kali ini, bahkan dirinya pun terlihat rag
last updateLast Updated : 2025-01-24
Read more

Bab 59

Ruang tamu di kediaman besar itu dipenuhi keheningan yang berat, seolah semua orang menahan napas menunggu. Mata Keira terpaku pada berkas di tangannya, surat penawaran dari perusahaan rival yang selama ini menjadi momok terbesar bisnis keluarganya. Wajahnya tak bisa menyembunyikan konflik batin. Adrian duduk di seberangnya, tenang seperti biasa, meski matanya mengamati setiap gerakan keira dengan saksama. “Apa yang kau pikirkan, Keira?” Suara Adrian memecah keheningan, dalam nada rendah namun penuh perhatian. Keira mengangkat wajah, memperlihatkan ekspresi yang sulit ditebak. “Aku tidak tahu, Adrian. Ini… ini seperti perangkap. Tapi di sisi lain, tawaran ini terlalu besar untuk diabaikan.” Adrian bersandar di kursinya, melipat tangan di depan dada. “Mereka tahu apa yang mereka lakukan. Mereka tahu kelemahan keluargamu. Dan mereka menggunakan itu untuk menekanmu.” Keira mengangguk kecil, seolah menegaskan ucapan Adrian. Surat itu bukan hanya sekadar tawaran, tetapi ancam
last updateLast Updated : 2025-01-24
Read more

Bab 60

Langit sore mulai berubah menjadi jingga. Keira berdiri di tepi balkon vila yang disewa Adrian untuk perjalanan bisnisnya, memandangi siluet pegunungan yang mulai diselimuti kabut tipis. Angin lembut menggerai rambutnya, membuat aroma pepohonan pinus menyatu dengan udara. Namun, wajahnya tak menunjukkan ketenangan. Tatapannya kosong, tenggelam dalam pikirannya yang penuh konflik. “Keira?” suara Adrian terdengar dari pintu. Keira menoleh, dan matanya bertemu dengan tatapan tajam Adrian. Sejak tiba di vila ini dua hari lalu, Adrian hampir selalu menghindari pembicaraan serius, seolah menyimpan sesuatu yang tak ingin ia bagi. Namun malam ini, ada sesuatu di matanya yang berbeda—seolah ia siap membuka dirinya. “Kamu masih di sini,” Adrian melangkah mendekat, membawa secangkir kopi yang mengepul di tangannya. Ia menyerahkannya kepada Keira. “Anginnya cukup dingin. Aku pikir ini akan membuatmu merasa lebih baik.” Keira mengambil cangkir itu, namun tatapannya tetap terp
last updateLast Updated : 2025-01-25
Read more
PREV
1
...
45678
...
10
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status