Suara hujan deras menghantam atap gudang tua itu, menciptakan ritme yang seakan mengikuti ketegangan yang memuncak di dalam ruangan. Bau besi bercampur debu memenuhi udara, membuat nafas terasa berat. Adrian berdiri tegak di tengah ruangan, meskipun luka di bahunya terus mengalirkan darah, membuat jaketnya basah. Napasnya tersengal, tetapi sorot matanya tak goyah. Keira berdiri di sisinya, tangan mungilnya menggenggam senjata kecil dengan gemetar. Wajahnya pucat pasi, tetapi tekad yang kuat terpantul di matanya. Jonas, meski terengah-engah, terus memeriksa peta kecil di tangannya yang menjadi panduan mereka. “Kita harus bergerak sekarang,” bisik Jonas, nadanya tercekik oleh kelelahan dan tekanan. “Marcus mungkin sudah tahu rencana kita. Jika terlambat, semua akan sia-sia.” Adrian menoleh ke Keira, memerhatikannya dengan cermat. “Kau siap, Keira?” tanyanya, suaranya rendah tetapi penuh kelembutan, mencoba memberikan kekuatan kepada wanita itu. Keira menelan ludah
Last Updated : 2025-01-22 Read more