All Chapters of SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER: Chapter 111 - Chapter 120

174 Chapters

Bab 111

Adrian duduk di depan meja kayu tua di dalam rumah persembunyian mereka. Laptopnya terbuka, menampilkan barisan kode yang terus bergerak di layar. Wajahnya tegang, matanya tidak lepas dari monitor. Keira duduk di seberangnya, menyesap kopi hitam yang sudah mulai dingin.“Berapa persen lagi?” tanya Keira, suaranya pelan, tapi penuh harap.Adrian mengusap wajahnya, merasa sedikit letih. “Hampir selesai. Aku sedang menyempurnakan enkripsi supaya data ini tidak bisa dihapus dari sistem.”Di sudut ruangan, Raka duduk dengan tangan terlipat di dadanya, sementara Pak Hendro berdiri di dekat jendela, sesekali melirik ke luar. Keadaan di luar tampak tenang, tetapi mereka semua tahu, ketenangan seperti ini bisa pecah kapan saja.“Kita harus bergerak cepat,” kata Pak Hendro akhirnya. “Kita tidak tahu berapa lama waktu yang kita miliki sebelum mereka menemukan kita.”Raka bangkit, berjalan ke arah Adrian. “Apa kamu yakin data ini cukup kuat untuk menjatuhkan mereka?”Adrian menoleh sekilas. “
last updateLast Updated : 2025-02-19
Read more

Bab 112

Adrian menggenggam hard drive di tangannya dengan erat. Ia tahu bahwa satu-satunya cara untuk membalikkan keadaan adalah dengan memanfaatkan seseorang yang lebih berbahaya dari musuh mereka saat ini.Keira masih menatapnya dengan tatapan curiga. “Siapa orang ini?”Adrian menghela napas panjang. “Namanya Victor.”Pak Hendro mengernyit. “Victor? Maksudmu—Victor yang dulu hampir menghancurkan seluruh jaringan bawah tanah di kota ini?”Adrian mengangguk. “Ya, dia.”Keira mendengus. “Jadi kau mau menyerahkan data ini pada orang seperti dia?”“Tidak ada pilihan lain,” jawab Adrian tegas. “Victor mungkin berbahaya, tapi dia memiliki alasan sendiri untuk menjatuhkan organisasi ini. Jika kita bisa membuatnya bekerja sama, peluang kita jauh lebih besar.”Raka menatap Adrian dengan serius. “Dan kalau dia menolak? Atau lebih buruk lagi—mengkhianati kita?”Adrian menatap mereka satu per satu. “Kalau itu terjadi, kita semua dalam masalah besar.”Suasana menjadi sunyi sejenak.Keira akhirnya mengh
last updateLast Updated : 2025-02-19
Read more

Bab 113

Malam itu, langit kota tertutup awan gelap, seolah alam pun ikut merasakan ketegangan yang menyelimuti Adrian dan timnya. Mereka telah sampai pada titik tanpa jalan kembali—malam ini akan menjadi penentu apakah mereka berhasil mengungkap kebenaran atau jatuh dalam perangkap yang telah disiapkan musuh.Adrian menatap layar laptopnya dengan rahang mengatup. Deretan kode dan file dokumen yang berisi bukti-bukti kejahatan Omega Prime telah dikumpulkan. Satu langkah lagi, dan semuanya akan terbuka ke publik.Raka berdiri di belakangnya, menggigit bibir. "Kita benar-benar akan melakukan ini sekarang?" tanyanya, suaranya penuh kecemasan."Ya," Adrian menutup laptopnya dan menatap timnya. "Tidak ada pilihan lain. Semakin lama kita menunda, semakin besar kemungkinan mereka menemukan kita lebih dulu."Keira, yang berdiri di dekat jendela dengan tubuh siaga, menoleh dengan sorot mata tajam. "Aku sudah menyiapkan rute pelarian kalau sesuatu terjadi. Tapi kita harus memastikan rencana ini berj
last updateLast Updated : 2025-02-20
Read more

Bab 114

Udara malam terasa lebih dingin dari biasanya. Di luar safe house yang tersembunyi, bayang-bayang pohon bergoyang pelan diterpa angin. Adrian duduk di tepi jendela, menatap gelapnya langit yang kini terasa lebih lapang.Mereka menang. Omega Prime telah runtuh, dan kebenaran akhirnya terungkap ke publik. Tapi mengapa dadanya masih terasa sesak?Keira mendekat, duduk di sampingnya dengan secangkir kopi di tangan. "Kau kelihatan masih gelisah," katanya tanpa basa-basi.Adrian menghela napas, lalu menggeleng. "Aku hanya berpikir… setelah semua ini, apa yang akan terjadi selanjutnya?"Keira menyesap kopinya sebelum menjawab, "Kita beristirahat. Setidaknya untuk sekarang."Tapi Adrian tahu, istirahat bukanlah sesuatu yang mudah bagi mereka. Dunia tidak akan tiba-tiba menjadi tempat yang lebih baik hanya karena satu organisasi jahat telah tumbang. Masih banyak kekacauan di luar sana, dan dia tahu, cepat atau lambat, mereka akan kembali terlibat dalam sesuatu yang lebih besar.Tiba-tiba, s
last updateLast Updated : 2025-02-20
Read more

Bab 115

Suasana di dalam ruangan terasa begitu sunyi. Hanya suara napas Adrian yang terdengar, berpadu dengan detak jarum jam yang berjalan lambat seolah menambah ketegangan yang menggantung di udara.Di hadapannya, layar komputer menampilkan laporan terakhir yang telah ia susun. Semua bukti, semua data, semuanya telah siap untuk langkah terakhir.Keira melangkah mendekat, menatap layar dengan ekspresi serius. "Jadi, ini akhirnya?"Adrian mengangguk pelan. "Setelah sekian lama, kita sampai di titik ini."Raka, yang sejak tadi bersandar di dinding, menyilangkan tangan di dada. "Tidak ada jalan kembali setelah ini. Begitu kita menekan tombol kirim, dunia akan tahu segalanya."Pak Hendro menarik napas panjang. "Dan mereka tidak akan tinggal diam."Keira menoleh ke arah pria tua itu. "Apa ada yang perlu kita takutkan? Bukankah ini yang kita inginkan?"Pak Hendro menatapnya dengan tatapan tajam. "Keinginan dan konsekuensi adalah dua hal yang berbeda, Keira. Setelah ini, kita bukan hanya pencar
last updateLast Updated : 2025-02-21
Read more

Bab 116

Malam itu, kota masih terjaga dalam gemerlap lampu jalanan, sementara Adrian dan Keira duduk di dalam mobil yang terparkir di sudut jalanan sepi. Mereka menunggu kabar dari Gilang, yang tengah mencoba menembus jaringan rahasia untuk mendapatkan informasi penting.Keira menggigit bibirnya, matanya terus mengamati layar ponselnya yang belum menunjukkan tanda-tanda pesan baru. "Apa menurutmu dia akan berhasil?" tanyanya, suaranya sedikit bergetar.Adrian meliriknya sekilas sebelum kembali memperhatikan jalanan. "Gilang itu jenius. Jika ada yang bisa masuk ke sistem mereka tanpa terdeteksi, itu dia."Hening sejenak. Keira menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan debaran jantungnya. Mereka sudah terlalu jauh masuk ke dalam misteri ini. Satu langkah salah, dan semuanya bisa berakhir begitu saja.Tak lama, ponsel Adrian bergetar. Sebuah pesan masuk dari Gilang. "Dapat. Kirim lokasi. Kita ketemu sekarang."Adrian langsung menyalakan mesin mobil. "Kita berangkat."Mereka tiba di sebu
last updateLast Updated : 2025-02-21
Read more

Bab 117

Adrian menatap layar laptopnya dengan tatapan serius. Peta digital yang terbuka di depannya menunjukkan beberapa titik merah yang menandakan pergerakan musuh. Di sampingnya, Keira duduk dengan tangan terlipat, ekspresinya tidak kalah serius."Mereka bergerak lebih cepat dari yang kita perkirakan," ujar Keira. "Sepertinya mereka sudah mencium keberadaan kita."Adrian mengangguk, tangannya mengetik dengan cepat di keyboard, mengakses sistem keamanan yang sebelumnya telah mereka retas. "Tapi kita masih punya sedikit keunggulan. Aku berhasil masuk ke dalam jaringan mereka. Kita bisa melihat setiap pergerakan mereka, meskipun tidak bertahan lama."Raka, yang sejak tadi duduk di kursi di sudut ruangan, akhirnya bersuara. "Kalau begitu, kita harus segera mengambil langkah sebelum mereka menutup celah ini. Apa rencananya?"Pak Hendro, yang berdiri di dekat jendela sambil mengawasi keadaan luar, akhirnya berbalik menghadap mereka. "Kita harus bergerak malam ini. Jika menunggu lebih lama,
last updateLast Updated : 2025-02-22
Read more

Bab 118

Malam itu, langit kota dipenuhi gemerlap bintang yang seolah menyaksikan segala yang terjadi di dunia manusia. Keira berdiri di balkon apartemennya, menatap panorama kota dengan tatapan kosong. Angin malam berembus lembut, mengibarkan helai rambutnya yang panjang.Pikirannya masih dipenuhi kejadian siang tadi. Percakapan dengan Adrian seolah mengendap di benaknya, mengulang setiap kata, setiap ekspresi yang muncul di wajah pria itu. Ada sesuatu yang berbeda dari Adrian belakangan ini. Sesuatu yang tak bisa ia definisikan dengan mudah.Adrian, di sisi lain, duduk di ruang kerja rumahnya. Jemarinya mengetuk-ngetuk permukaan meja kayu, pikirannya berlarian tanpa arah. Ada banyak hal yang harus ia selesaikan, tetapi pikirannya justru terjebak pada satu hal: Keira.Rasa ingin melindungi gadis itu semakin kuat, terlebih setelah peristiwa terakhir yang hampir membuat Keira dalam bahaya. Ia merasa ada sesuatu yang belum terungkap sepenuhnya, sesuatu yang membuatnya harus lebih berhati-h
last updateLast Updated : 2025-02-22
Read more

Bab 119

Hujan sudah reda, menyisakan udara yang lebih sejuk dan aroma tanah basah yang khas. Adrian dan Keira masih duduk di kedai kopi, membiarkan kehangatan secangkir kopi menjadi saksi bisu atas perasaan yang mengalir di antara mereka. Tidak ada lagi kata-kata yang perlu diucapkan untuk sesaat. Hanya tatapan mata yang berbicara, lebih jujur dari segala ucapan.Keira akhirnya menghela napas, menyadari bahwa percakapan ini tidak bisa dibiarkan menggantung. "Adrian," ucapnya lirih, jemarinya menggenggam cangkir kopi yang mulai mendingin. "Apa yang akan kita lakukan setelah ini?"Adrian menatapnya lama, seolah mencari jawaban di dalam mata Keira. "Aku ingin kita menghadapi semuanya bersama," jawabnya akhirnya. "Aku tahu ini sulit, aku tahu ada banyak rintangan, tapi aku tidak ingin menyerah begitu saja. Aku ingin kita mencoba."Keira tersenyum tipis, ada harapan dalam sinar matanya. "Aku juga ingin mencoba, Adrian. Tapi aku takut...""Aku juga takut," sahut Adrian cepat, membuat Keira se
last updateLast Updated : 2025-02-22
Read more

Bab 120

Hujan telah reda sepenuhnya, menyisakan aroma tanah yang basah di udara malam. Lampu jalan menerangi trotoar dengan sinarnya yang temaram, menciptakan bayangan panjang dari langkah-langkah mereka yang beriringan. Keira dan Adrian berjalan perlahan di sepanjang trotoar setelah meninggalkan kedai kopi. Meski udara terasa dingin, kehangatan mengalir di antara mereka, berasal dari sesuatu yang lebih dalam daripada sekadar suhu tubuh—kepercayaan, harapan, dan rasa saling memiliki.“Ke mana kita akan pergi setelah ini?” tanya Keira, suaranya lembut, hampir seperti bisikan yang terbawa angin malam.Adrian menatap lurus ke depan, lalu melirik Keira dengan senyum tipis. “Ke mana pun yang kau mau. Aku hanya ingin kita bisa bicara lebih lama tanpa batasan.”Keira tersenyum kecil, lalu melipat lengannya, mencoba menghalau udara dingin yang menggigit. “Ayo ke taman kota. Aku butuh udara segar.”Mereka berjalan menuju taman yang tidak terlalu jauh dari sana. Meski malam telah larut, tempat i
last updateLast Updated : 2025-02-24
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
18
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status