Share

Bab 115

Penulis: Zayba Almira
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-21 15:01:34

Suasana di dalam ruangan terasa begitu sunyi.

Hanya suara napas Adrian yang terdengar, berpadu dengan detak jarum jam yang berjalan lambat seolah menambah ketegangan yang menggantung di udara.

Di hadapannya, layar komputer menampilkan laporan terakhir yang telah ia susun.

Semua bukti, semua data, semuanya telah siap untuk langkah terakhir.

Keira melangkah mendekat, menatap layar dengan ekspresi serius. "Jadi, ini akhirnya?"

Adrian mengangguk pelan. "Setelah sekian lama, kita sampai di titik ini."

Raka, yang sejak tadi bersandar di dinding, menyilangkan tangan di dada.

"Tidak ada jalan kembali setelah ini. Begitu kita menekan tombol kirim, dunia akan tahu segalanya."

Pak Hendro menarik napas panjang. "Dan mereka tidak akan tinggal diam."

Keira menoleh ke arah pria tua itu. "Apa ada yang perlu kita takutkan? Bukankah ini yang kita inginkan?"

Pak Hendro menatapnya dengan tatapan tajam. "Keinginan dan konsekuensi adalah dua hal yang berbeda, Keira.

Setelah ini, kita bukan hanya pencar
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 116

    Malam itu, kota masih terjaga dalam gemerlap lampu jalanan, sementara Adrian dan Keira duduk di dalam mobil yang terparkir di sudut jalanan sepi. Mereka menunggu kabar dari Gilang, yang tengah mencoba menembus jaringan rahasia untuk mendapatkan informasi penting.Keira menggigit bibirnya, matanya terus mengamati layar ponselnya yang belum menunjukkan tanda-tanda pesan baru. "Apa menurutmu dia akan berhasil?" tanyanya, suaranya sedikit bergetar.Adrian meliriknya sekilas sebelum kembali memperhatikan jalanan. "Gilang itu jenius. Jika ada yang bisa masuk ke sistem mereka tanpa terdeteksi, itu dia."Hening sejenak. Keira menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan debaran jantungnya. Mereka sudah terlalu jauh masuk ke dalam misteri ini. Satu langkah salah, dan semuanya bisa berakhir begitu saja.Tak lama, ponsel Adrian bergetar. Sebuah pesan masuk dari Gilang. "Dapat. Kirim lokasi. Kita ketemu sekarang."Adrian langsung menyalakan mesin mobil. "Kita berangkat."Mereka tiba di sebu

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-21
  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 117

    Adrian menatap layar laptopnya dengan tatapan serius. Peta digital yang terbuka di depannya menunjukkan beberapa titik merah yang menandakan pergerakan musuh. Di sampingnya, Keira duduk dengan tangan terlipat, ekspresinya tidak kalah serius."Mereka bergerak lebih cepat dari yang kita perkirakan," ujar Keira. "Sepertinya mereka sudah mencium keberadaan kita."Adrian mengangguk, tangannya mengetik dengan cepat di keyboard, mengakses sistem keamanan yang sebelumnya telah mereka retas. "Tapi kita masih punya sedikit keunggulan. Aku berhasil masuk ke dalam jaringan mereka. Kita bisa melihat setiap pergerakan mereka, meskipun tidak bertahan lama."Raka, yang sejak tadi duduk di kursi di sudut ruangan, akhirnya bersuara. "Kalau begitu, kita harus segera mengambil langkah sebelum mereka menutup celah ini. Apa rencananya?"Pak Hendro, yang berdiri di dekat jendela sambil mengawasi keadaan luar, akhirnya berbalik menghadap mereka. "Kita harus bergerak malam ini. Jika menunggu lebih lama,

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-22
  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 118

    Malam itu, langit kota dipenuhi gemerlap bintang yang seolah menyaksikan segala yang terjadi di dunia manusia. Keira berdiri di balkon apartemennya, menatap panorama kota dengan tatapan kosong. Angin malam berembus lembut, mengibarkan helai rambutnya yang panjang.Pikirannya masih dipenuhi kejadian siang tadi. Percakapan dengan Adrian seolah mengendap di benaknya, mengulang setiap kata, setiap ekspresi yang muncul di wajah pria itu. Ada sesuatu yang berbeda dari Adrian belakangan ini. Sesuatu yang tak bisa ia definisikan dengan mudah.Adrian, di sisi lain, duduk di ruang kerja rumahnya. Jemarinya mengetuk-ngetuk permukaan meja kayu, pikirannya berlarian tanpa arah. Ada banyak hal yang harus ia selesaikan, tetapi pikirannya justru terjebak pada satu hal: Keira.Rasa ingin melindungi gadis itu semakin kuat, terlebih setelah peristiwa terakhir yang hampir membuat Keira dalam bahaya. Ia merasa ada sesuatu yang belum terungkap sepenuhnya, sesuatu yang membuatnya harus lebih berhati-h

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-22
  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 119

    Hujan sudah reda, menyisakan udara yang lebih sejuk dan aroma tanah basah yang khas. Adrian dan Keira masih duduk di kedai kopi, membiarkan kehangatan secangkir kopi menjadi saksi bisu atas perasaan yang mengalir di antara mereka. Tidak ada lagi kata-kata yang perlu diucapkan untuk sesaat. Hanya tatapan mata yang berbicara, lebih jujur dari segala ucapan.Keira akhirnya menghela napas, menyadari bahwa percakapan ini tidak bisa dibiarkan menggantung. "Adrian," ucapnya lirih, jemarinya menggenggam cangkir kopi yang mulai mendingin. "Apa yang akan kita lakukan setelah ini?"Adrian menatapnya lama, seolah mencari jawaban di dalam mata Keira. "Aku ingin kita menghadapi semuanya bersama," jawabnya akhirnya. "Aku tahu ini sulit, aku tahu ada banyak rintangan, tapi aku tidak ingin menyerah begitu saja. Aku ingin kita mencoba."Keira tersenyum tipis, ada harapan dalam sinar matanya. "Aku juga ingin mencoba, Adrian. Tapi aku takut...""Aku juga takut," sahut Adrian cepat, membuat Keira se

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-22
  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 120

    Hujan telah reda sepenuhnya, menyisakan aroma tanah yang basah di udara malam. Lampu jalan menerangi trotoar dengan sinarnya yang temaram, menciptakan bayangan panjang dari langkah-langkah mereka yang beriringan. Keira dan Adrian berjalan perlahan di sepanjang trotoar setelah meninggalkan kedai kopi. Meski udara terasa dingin, kehangatan mengalir di antara mereka, berasal dari sesuatu yang lebih dalam daripada sekadar suhu tubuh—kepercayaan, harapan, dan rasa saling memiliki.“Ke mana kita akan pergi setelah ini?” tanya Keira, suaranya lembut, hampir seperti bisikan yang terbawa angin malam.Adrian menatap lurus ke depan, lalu melirik Keira dengan senyum tipis. “Ke mana pun yang kau mau. Aku hanya ingin kita bisa bicara lebih lama tanpa batasan.”Keira tersenyum kecil, lalu melipat lengannya, mencoba menghalau udara dingin yang menggigit. “Ayo ke taman kota. Aku butuh udara segar.”Mereka berjalan menuju taman yang tidak terlalu jauh dari sana. Meski malam telah larut, tempat i

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-24
  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 121

    Malam itu berakhir dengan keteguhan hati yang lebih kuat daripada sebelumnya. Keira dan Adrian meninggalkan kedai kopi dengan langkah yang mantap, seolah keduanya telah sepakat untuk menghadapi apa pun yang akan terjadi. Namun, Keira tahu bahwa kata-kata saja tidak cukup. Mereka harus segera bertindak.Setelah mengantar Keira pulang, Adrian kembali ke apartemennya. Langit yang semula cerah mulai diselimuti awan mendung kembali. Seperti pertanda bahwa perjalanan mereka masih penuh dengan badai yang menanti. Adrian merebahkan tubuhnya di sofa, menatap langit-langit dengan berbagai pikiran yang berseliweran di kepalanya.Keputusan mereka bukan sesuatu yang bisa diterima semua orang dengan mudah. Akan ada orang-orang yang terluka, akan ada pertanyaan-pertanyaan sulit yang harus dijawab. Namun, ia yakin, selama Keira bersamanya, mereka bisa melewati semuanya.Keesokan paginya, Keira bangun dengan perasaan yang campur aduk. Cahaya matahari menerobos tirai jendela, menghangatkan ruanga

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-24
  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 122

    Keira masih menggenggam tangan Adrian di atas meja, merasakan hangatnya jari-jari pria itu membalut tangannya yang dingin. Namun, di balik kehangatan itu, hatinya masih diliputi kecamuk perasaan."Apa yang Nathan katakan waktu kau berbicara dengannya?" Keira akhirnya bertanya, meski ia takut mendengar jawabannya.Adrian menghela napas pelan. "Dia tidak marah, tapi aku bisa merasakan luka dalam suaranya."Keira menundukkan kepala. Ia merasa bersalah. Nathan adalah orang yang baik, dan ia tahu bahwa pria itu benar-benar tulus menyayanginya."Aku sudah berusaha menjelaskan semuanya padanya," lanjut Adrian, menatap Keira dengan lembut. "Bahwa ini bukan tentang menyakiti siapa pun, tapi tentang kita yang akhirnya memilih untuk tidak lagi membohongi diri sendiri."Keira mengangguk pelan. "Dan dia menerimanya begitu saja?"Adrian tersenyum tipis. "Tidak sepenuhnya. Tapi dia bilang dia sudah menduganya sejak lama. Mungkin, jauh di dalam hatinya, dia sudah bersiap untuk kehilanganmu."Dada

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-25
  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 123

    Keira melangkah keluar dari apartemen Nathan dengan perasaan campur aduk. Udara malam yang dingin menyentuh wajahnya, membuatnya menarik napas dalam-dalam. Hatinya masih terasa berat, tetapi ada juga kelegaan yang perlahan menyelinap ke dalam dirinya. Ia telah melakukan hal yang benar. Ia telah memilih kejujuran, meskipun itu menyakitkan.Saat ia berjalan menuju mobilnya, pikirannya melayang ke Adrian. Ia ingin segera memberitahunya bahwa semuanya telah selesai. Namun, ada sesuatu yang menahannya. Bukan karena ia ragu pada Adrian, tetapi karena ia ingin memberikan waktu bagi dirinya sendiri untuk benar-benar memahami apa yang baru saja terjadi.Keira masuk ke dalam mobilnya, menyalakan mesin, tetapi tidak langsung beranjak. Ia menatap refleksinya di kaca spion, melihat matanya yang sedikit merah karena air mata yang tadi hampir jatuh."Ini langkah pertama," gumamnya pelan.Keira mengemudi dengan perlahan, membiarkan lampu-lampu jalan menerangi perjalanannya. Tanpa sadar, ia memb

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-25

Bab terbaru

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 232

    Matahari pagi membuka hari dengan sinar lembut yang mengusir embun dan membangkitkan semangat baru. Di Taman Pulih yang kini telah menjadi saksi pergerakan hidup bersama, setiap sudutnya bercerita—tentang perjuangan, tentang mimpi yang diberdayakan oleh tangan-tangan penuh cinta, dan tentang keberanian yang menorehkan satu jejak abadi.Di ujung taman, Keira dan Adrian bersama-sama mengadakan acara kecil yang mengundang warga dari berbagai penjuru kota. Di tengah-tengah panggung sederhana yang dihiasi lampu-lampu tenaga surya dan rangkaian bunga-bunga segar, mereka berbagi kisah perjalanan hidup yang terukir dalam setumpuk kenangan."Setiap langkah, setiap tawa, setiap air mata—semua itu adalah bagian dari cerita kita," ujar Adrian di hadapan kerumunan yang terpaku dalam keheningan penuh harap. "Hari ini, kita rayakan bukan hanya apa yang telah terjadi, tapi juga apa yang akan terus kita bangun bersama."Sorak-sorai dan tepuk tangan hangat mengalun, seolah alam pun turut merayakan

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 231

    Di pagi yang cerah, seolah alam sendiri ingin menyambut babak baru dalam hidup mereka, kota kecil itu terasa lebih hidup dari sebelumnya. Taman Pulih, yang sudah menjadi simbol perjuangan dan harapan, kini beriak dengan kegiatan yang penuh warna. Di sinilah titik temu cerita—bukan lagi persimpangan antara masa lalu dan masa depan, melainkan sebagai saksi perjalanan setiap insan yang telah melewati badai dan menemukan cahaya.Di Taman Pulih, Keira dan Adrian duduk di bangku kayu yang sama sejak lama. Di sekeliling mereka, para penduduk berkumpul; ada yang membawa makanan, ada pula yang menyuguhkan alunan musik akustik sederhana. Anak-anak berlarian sambil tertawa, menyisipkan cerita baru di antara gemerisik dedaunan.“Lihat, Kang,” ujar Keira sambil menunjuk ke arah sekelompok remaja yang sedang bermain alat musik hasil kreativitas mereka dari barang bekas. “Dunia ini terus mengajarkan kita untuk memulai dari nol, tapi selalu ada keindahan di setiap langkahnya.”Adrian mengangguk,

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 230

    Setahun setelah malam penuh bintang dan janji yang tersulam dalam keheningan, dunia yang telah tersingkap dari luka masa lalu kini menunjukkan tanda-tanda perubahan yang lebih segar lagi. Di jantung kota kecil, Taman Pulih yang dulu hanya sebatas gagasan di atas kertas, kini telah menjadi oasis kehidupan—ruang yang mengundang tawa, perbincangan, dan harapan baru.Di pojok taman, Keira berdiri di bawah naungan pohon kenari yang dulu ia tanam bersama Adrian. Setiap helai daunnya menyatu bercerita tentang kerja keras, keberanian, dan keyakinan yang tak pernah padam. Di depan matanya, sekumpulan anak-anak tengah bermain, membuat kreasi dari daun kering dan ranting kecil. Tawa mereka seakan mengukir jejak kecil di tanah yang telah lama dirawat.Adrian, yang kini aktif membantu pembangunan komunitas, terlihat sibuk mendampingi para relawan yang sedang memasang instalasi lampu tenaga surya di sudut taman. “Setiap kilau lampu itu adalah cermin jiwa yang kembali bersinar,” gumamnya sambil

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 229

    Langit pagi membawa aroma embun dan tanah yang baru digarap. Di kejauhan, suara anak-anak dari sekolah dasar terdengar samar, bercampur dengan deru sepeda yang melintasi jalan kecil berkerikil. Dunia sudah tak lagi penuh gema peringatan bahaya—tapi gema tawa dan kehidupan.Di dapur rumah kecil itu, Keira sedang melipat surat-surat yang masuk minggu ini—bukan dari pejabat atau lembaga internasional, tapi dari orang-orang biasa: seorang guru di pelosok yang terinspirasi untuk mengajar coding dasar; seorang ibu yang kini bekerja di perpustakaan komunitas; seorang anak remaja yang baru saja memenangkan lomba inovasi pertanian.Semua surat itu ditaruh Keira di dalam sebuah kotak kayu berukir sederhana. Di bagian depan kotak itu, tertulis satu kata dengan tangan: “Ingatan.”Adrian masuk dengan membawa sekeranjang hasil panen pertama mereka—tomat, selada, dan dua buah paprika yang tumbuh lucu mirip huruf “A” dan “K”.“Lihat ini, kayaknya sayuran kita bisa ikut lomba fashion,” ujarnya samb

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 228

    Pagi itu, aroma kayu basah dan tanah yang baru disiram memenuhi udara. Kabut tipis masih menggantung di kebun belakang, tempat Keira menanam pohon kecil kemarin sore—pohon kenari yang diberikan oleh salah satu murid Samantha sebagai hadiah syukur.Keira berdiri diam di depannya, memandangi batang muda itu yang tampak rapuh namun penuh harapan."Aku belum pernah menanam pohon sebelumnya," katanya pelan ketika Adrian mendekat dari belakang, memeluk pinggangnya sambil menyandarkan dagu di pundaknya.“Tapi kamu tahu cara menumbuhkan sesuatu,” bisik Adrian, “karena kamu tahu cara menjaga.”Keira menyandarkan kepalanya ke bahu suaminya. “Pohon ini akan tumbuh tinggi nanti. Mungkin anak kita akan panjat dia, atau duduk di bawahnya baca buku. Tapi yang paling penting… dia akan tumbuh dari rumah ini.”Adrian mengangguk, membayangkan masa depan yang terasa jauh lebih dekat daripada sebelumnya.Samantha berdiri di bawah pohon besar di halaman belakang pusat pelatihannya. Beberapa siswa sedang

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 227

    Rumah kecil di pinggiran kota itu jauh dari kata mewah. Dindingnya sederhana, dikelilingi pagar kayu yang mulai dipanjati tanaman rambat. Tapi di dalamnya, setiap sudut memancarkan ketenangan. Di teras depan, Keira sedang menyiram bunga-bunga yang kini tumbuh subur. Tangannya lembut mengusap daun yang basah, sementara angin sore membelai rambutnya yang digelung santai.“Kalau kamu terus menyiram mereka segitu telatnya, nanti bisa tumbuh akar hati di situ,” goda Adrian dari pintu depan, membawa dua cangkir teh hangat.Keira tertawa pelan. “Kalau bisa, kenapa nggak? Setidaknya rumah ini jadi hidup.”Mereka duduk berdua di bangku panjang yang terbuat dari kayu daur ulang. Tak ada suara selain cicit burung dan desir angin. Dunia tak lagi berisik seperti dulu. Tanpa ancaman, tanpa kejaran. Hanya hidup... dan harapan.Di dalam rumah, tembok-temboknya dipenuhi foto—bukan foto kemenangan atau upacara penghargaan, tapi foto-foto kecil: senyum mereka di dapur, jejak kaki di taman saat hujan,

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Ba 226

    Pagi yang lembut menyambut markas perjuangan dengan sinar matahari keemasan yang mengintip malu-malu di antara dedaunan. Aroma embun masih menggantung di udara, dan suasana yang sebelumnya penuh riuh sorak kemenangan kini berubah menjadi ketenangan yang syahdu. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, tidak ada rapat darurat, tidak ada rencana pengamanan, dan tidak ada ketegangan yang menanti di ujung malam.Keira membuka jendela besar ruang tengah. Angin pagi menyapa wajahnya dengan lembut, membawa harum bunga liar yang bermekaran di taman depan. Ia menghela napas pelan, seolah ingin menyerap seluruh keheningan damai itu ke dalam dada. Di belakangnya, Adrian berjalan mendekat, memeluknya dari belakang tanpa kata.“Seperti mimpi, ya?” bisik Keira.Adrian mengangguk, dagunya bertumpu di bahu Keira. “Tapi ini nyata. Kita di sini, setelah semua luka dan perjuangan.”Mereka berdiri dalam diam beberapa saat, menikmati pagi yang berbeda. Bukan pagi yang diburu oleh ketakutan, tapi pag

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 225

    Malam itu, langit di atas kota tampak seperti kanvas hitam yang dihiasi oleh ribuan bintang, seolah-olah alam pun turut serta dalam perayaan perubahan yang telah diraih oleh generasi baru. Di markas reformasi yang telah lama menjadi saksi perjuangan, seluruh anggota tim—Adrian, Keira, Samantha, Dylan, dan para relawan—berkumpul untuk merayakan bab terakhir dari perjalanan panjang mereka. bukan hanya penutup dari kisah perlawanan melawan ketidakadilan, melainkan juga sebuah janji abadi bahwa kebenaran, keadilan, dan cinta akan terus hidup di hati setiap orang.Di ruang utama markas, dinding-dinding yang dulu suram kini dipenuhi dengan foto-foto momen krusial, potret-potret perlawanan, dan kutipan-kutipan inspiratif yang mengisahkan perjalanan dari kegelapan menuju cahaya. Layar digital besar menampilkan peta nasional yang kini menandai keberadaan program-program pemberdayaan, pusat-pusat pendidikan, dan jaringan relawan yang tersebar dari kota besar hingga pelosok desa. Semuanya ad

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 224

    Malam itu, langit dipenuhi ratusan bintang berkelip, seolah-olah alam pun merayakan puncak perjalanan yang telah ditempuh. Di markas reformasi yang kini telah menjadi simbol keabadian perjuangan, seluruh tim—Adrian, Keira, Samantha, Dylan, dan semua relawan—duduk bersama dalam keheningan penuh makna. Malam itu bukan lagi tentang pertempuran, melainkan tentang refleksi, rasa syukur, dan pengharapan yang tak terpadamkan.Di ruang utama, di tengah dinding yang dihiasi foto-foto perjuangan dan kutipan inspiratif dari perjalanan panjang mereka, Adrian berdiri di depan seluruh hadirin. Suaranya tenang namun tegas, “Kita telah menyalakan obor kebenaran yang menerangi jalan bagi seluruh negeri. Perjuangan kita telah membuka mata dunia, dan hari ini, kita berdiri di ambang masa depan yang lebih adil. "Tapi lebih dari itu, kita telah menuliskan warisan—warisan tentang keberanian, tentang cinta, dan tentang keadilan yang akan hidup selamanya.”Sorakan memenuhi ruangan, namun di balik itu, k

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status