Semua Bab (Bukan) Gadis Matre sang Juragan: Bab 81 - Bab 90

102 Bab

81. Malam Membara.

Bayu nyaris kehilangan keseimbangan saat Nia tiba-tiba melompat ke pelukannya. Tubuh Nia panas, napasnya tersengal, dan matanya terlihat bingung."Nia, kamu ini kenapa sih?" Bayu berusaha menjauhkan Nia darinya, tetapi tangan dan kaki Nia mencengkeram erat tubuhnya."Turun, Nia. Kalau kamu terus bergelantungan begini, kita berdua bisa jatuh!" Bayu berusaha mengurai pelukan Nia di lehernya. Namun, Nia tidak bersedia melepaskannya. Ia malah membenamkan wajah di lekuk lehernya."Yu... tolong peluk," bisik Nia dengan mata berkabut. Sebenarnya, ia ingin berbicara lebih panjang, namun suara yang keluar hanya gumaman tertahan. Tubuhnya gemetar, bukan karena takut, tetapi karena sesuatu yang asing telah menguasai dirinya. Nia kembali merintih. Ia tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya, tetapi yang jelas, tubuhnya menyukai posisi seperti ini.Kata-kata peluk yang keluar dari Nia seketika membuat Bayu waspada. Sepertinya, Nia tengah bersandiwara. Nia pasti tengah merencanakan sesuatu."Kamu s
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-23
Baca selengkapnya

82. Mertua VS Menantu.

“Yu, sebenarnya apa yang terjadi semalam? Apa yang membuat kita sepakat melakukan itu?" tanya Nia galau.Mendengar kata-kata Nia, air muka Bayu berubah. Nia mulai berulah!"Jangan mulai drama lagi ya, Nia? Semalam kamu menggoda saya habis-habisan. Kita berkali-kali bercinta karena kamu tidak bersedia melepaskan saya sedetik pun. Kalau kamu tidak percaya, lihat ini." Bayu memperlihatkan bekas-bekas cumbuan Nia di leher dan dadanya."See? Jadi kamu jangan berani-berani menuduh saya mencurangimu,” suara Bayu menajam."Sa—saya yang melakukan semua itu?" bisik Nia ngeri. Ia kemudian buru-buru menarik selimutnya saat merasakannya mulai melorot. Tingkah sok malu-malu Nia membuat Bayu menggeleng-gelengkan kepala."Iya. Kamu merayu dan membelit saya seperti seekor ular," tandas Bayu. Selebar wajah Nia yang sudah merah, kian membara. Ia tidak sanggup membayangkan dirinya seperti yang diceritakan oleh Bayu."Nia... Nia... kamu mengaku kalau kamu tidak pandai berakting seperti ibumu. Padahal yang
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-23
Baca selengkapnya

83. Tak Ada Yang Mengalah.

"Bik Sari, jadi nanti siang ke rumah sakit?" tanya Bu Sekar saat Bik Sari meletakkan secangkir teh di hadapannya. "Kalau jadi, ikut saya dan Pak Mistam saja. Kebetulan siang ini saya akan singgah ke panti asuhan." "Jadi, Bu. Kalau begitu, nanti siang saya bersiap-siap." Bik Sari tersenyum lega karena ada kendaraan yang bisa ia tumpangi. Pak Mistam adalah supir pribadi Bu Sekar. "Lho, Bik Sari sakit?" Bayu bertanya kaget."Bukan Bibik, Yu, tapi keponakan Bibik, si Dedeh," jawab Bik Sari pelan."Memangnya si Dedeh sakit apa, Bik?" Kini Wahyu yang bertanya."Bukan sakit biasa, Wahyu. Tapi sakit karena dianiaya Karim, suaminya," imbuh Bik Sari dengan nada muram."Dianiaya? Memangnya Dedeh salah apa?" Wahyu makin penasaran. Sementara itu, Nia dan Bayu tetap diam, menyimak percakapan.Alih-alih Bik Sari yang menjawab, Bu Sekar lebih dulu angkat bicara. "Menurut Bu Mumun, ibunya Karim, semua ini bermula karena Dedeh akhir-akhir ini kecanduan bermain ponsel. Sampai-sampai suaminya pulang ke
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-27
Baca selengkapnya

84. Mulai Tumbuh Rasa.

Keheningan menyelimuti meja makan.Pak Jafar akhirnya berdeham pelan. "Sarapan kita jadi terasa berat, ya?"Bayu menangkap maksud ayahnya. Ini saatnya mengubah topik pembicaraan."Betul. Kita bicarakan yang lebih ringan saja," sahutnya. "Seperti kapan kalian ke Jakarta untuk mengurus resepsi? Sabtu depan kalian akan menggelarnya di sana bukan?" tanya Pak Jafar."Rencananya sih lusa kami ke Jakarta, Yah. Sekalian aku dan Nia akan mencari destinasi untuk bulan madu kami," ujar Bayu sambil meletakkan sendoknya. Ia telah selesai sarapan."Baiklah. Bersenang-senanglah kalian di sana. Nikmati masa-masa bulan madu kalian. Masalah pekerjaan, biar Ayah dan Wahyu yang mengatur," kata Pak Jafar sambil mengangguk kecil. Ia menyetujui rencana putra sulungnya. "Ayah saja yang mengurus. Aku sudah punya janji dengan grup alumni SMA dulu. Kami akan naik gunung minggu depan," tukas Wahyu sambil meletakkan peralatan makannya. Ia juga sudah selesai sarapan. "Jangan naik gunung, Wahyu. Nanti kamu kelela
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-28
Baca selengkapnya

85. Cemburu Menguras Hati.

Seperti dejavu, Nia berdiri di tengah gemerlapnya pesta pernikahannya. Rasanya baru kemarin ia mengadakan resepsi di Cisarua, di tengah udara sejuk pegunungan dengan dekorasi yang tak kalah megahnya. Kini, seminggu telah berlalu, dan ia kembali mengenakan gaun pengantin, kembali berdiri di pelaminan-tapi kali ini di dalam ballroom hotel mewah di Jakarta.Nia menengadah. Memandang langit-langit ruangan yang dihiasi lampu kristal yang indah. Lantas memandang ke depan. Bayu tampak berbincang-bincang dengan teman dan kolega-koleganya. Berbeda dengan lawan-lawan bicaranya yang terkesan santai, air muka Bayu tetap terlihat serius. Senyum Nia terkembang saat melihat rombongan yang baru saja datang. Oma Wardah, Yuyun dan rekan-rekan kerjanya sesama guru telah tiba! Ya, atas nasihat Oma Wardah ia memang memutuskan mengundang rekan-rekan kerjanya. Saat dirinya dikejar-kejar rentenir, mereka semua membantunya tanpa pamrih. Sebagian barang-barangnya bahkan masih dititipkan pada mereka. Nia sege
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-04
Baca selengkapnya

86. Retak!

"Halo, Oma. Apa kabar?" Bayu menjabat tangan Oma Wardah dengan kedua tangannya. "Terima kasih ya, Oma, sudah meluangkan waktu menghadiri hari bahagia kami." Bayu mengguncang lembut tangan Oma dengan penuh hormat."Kabar Oma baik, Nak Bayu," balas Oma Wardah, haru melihat sosok gagah di samping Nia. Melihat aksi Bayu yang memisahkan Nia dan Indra tadi, ia tahu bahwa Bayu cemburu. Intuisinya mengatakan bahwa Bayu sangat mencintai Nia. Syukurlah, Nia telah menemukan laki-laki yang tepat."Syukurlah. Semoga Oma sehat selalu hingga bisa melihat anak-anak kami tumbuh besar nanti," ujar Bayu, sengaja membicarakan soal anak-anak saat melihat Nia tampak salah tingkah."Aamiin, Nak Bayu, aamiin." Oma Wardah mengamini. "Nak, tolong cintai dan sayangi Nia, ya? Nia ini anak baik, murah hati pula. Selama ini hidupnya—""Oma, jangan membuat Nia sedih di hari ini ya. Doakan saja agar Nia bahagia," potong Nia seraya memeluk Oma Wardah. Ia tidak ingin Bayu mengetahui masa lalu ibunya."Doakan juga se
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-04
Baca selengkapnya

87. Belajar Kompromi.

Setelah mengenakan pakaian tidur, Nia membungkus rambutnya yang masih setengah basah dengan handuk lebar. Beginilah rutinitasnya setelah menikah. Ia selalu memakai pakaiannya di kamar mandi apabila Bayu juga ada di kamar.Saat membuka pintu kamar mandi pandangannya tertuju pada Bayu yang duduk di sofa kamar. Bayu masih mengenakan kemeja putih dengan lengan yang sudah digulung sembarangan. Bayu menatapnya lurus-lurus dengan sorot mata gusar. Setelah tuduhan tidak berdasarnya pada Pak Indra, Bayu memang menunjukkan sikap antipati padanya. Bayu bahkan tidak mau duduk lagi di pelaminan. Ia lebih memilih membahas pekerjaan dengan rekan-rekannya di sudut ruangan."Jadi," suara Bayu terdengar rendah dan berat. "Apa alasanmu saat memutuskan si Indra-Indra itu?" tukas Bayu sinis.Nia tidak langsung menjawab. Ia berjalan ke meja rias dan duduk di kursinya. Mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil."Tidak ada alasan apa-apa," sahut sambil terus menekan-nekan handuk ke rambutnya. Ia tidak mau t
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-05
Baca selengkapnya

88. Jatuh Cinta.

Setelah sambungan terputus, keheningan menyelimuti ruangan. Bayu menatap ponsel di tangannya, lalu menatap Nia. Matanya tidak lagi setajam tadi-ada keraguan dan sedikit rasa bersalah di sana."Sudah jelas?" tanya Mia datar. "Saya akan mengkonfirmasi ceritamu ini dengan cerita Andri." Bayu menekan kontak Andri dan mengaktifkan pengeras suara. Ia ingin tahu, mana cerita yang benar. Hallo. Ndri." "Ada hal urgent apa sampai lo nelpon gue tengah malam begini? Eh di Jakarta sekarang tengah malam kan?" Suara Andri terdengar tegang di sana. "Oh ya, selamat menempuh hidup baru ya, Yu. Maaf, gue nggak bisa dateng karena masih di Jerman." "Nggak apa-apa. Gue cuma mau tanya soal foto di grup teman SMA lo yang namanya Indra." "Heh, ngapain lo nanya si Indra tengah malam begini?" Suara Andri terdengar bingung. "Gue mau tanya. Apa benar foto perempuan yang bersamanya itu foto pacarnya si Indra?" Bayu mengabaikan pertanyaan Andri dan langsung berbicara pada intinya. "Oh, bukan, Yu. Ternyata
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-05
Baca selengkapnya

89. Dari Hati Ke Hati.

Hari-hari berlalu, dan tanpa terasa sudah dua bulan Nia menjalaninya sebagai seorang istri. Tidak banyak perubahan dalam hidupnya. Ia tetap bekerja di pabrik dan sesekali mengunjungi ayahnya. Hubungannya dengan Bayu cukup baik. Bayu sudah tidak terlalu keras . Meski begitu mereka tetap menjalani pernikahan sesuai dengan perjanjian. Setiap malam ada bantal guling yang membatasi ruang gerak kedua di kasur.Awalnya, Nia mengira kehidupannya akan berpusat di Jakarta, tinggal serumah dengan Bayu—seperti pasangan suami istri pada umumnya. Namun, kenyataannya berbeda. Bayu tetap meminta untuk tinggal di rumah orang tuanya di Cisarua, sementara dirinya lebih sering bolak-balik Jakarta-Cisarua karena urusan pekerjaan. Pengaturan seperti ini justru menguntungkan Nia. Ia jadi bisa tetap mengurus pabrik susu ayah juga tetap dekat dengan sang ayah yang kini sakit-sakitan.Sejauh ini pernikahan di atas kertas mereka berjalan cukup baik. Hanya ada satu hal yang terus mengusik pikiran. Orang tua Bayu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-09
Baca selengkapnya

90. Perang!

Wahyu terdiam. Apa yang dikatakan Bayu memang benar."Jadi, Akang juga membenciku selama ini?" tanyanya lirih."Untuk penyakitmu, tidak," jawab Bayu tegas."Kamu tidak bisa memilih keadaan ini. Begitu juga aku, begitu juga orang tua kita. Yang aku benci adalah sikapmu yang selalu menyalahkan aku serta ayah dan ibu, seolah-olah hanya kamu yang jadi korban. Padahal kita semua tidak punya pilihan. Ini adalah takdir," tandas Bayu tajam. "Aku...""Sebentar. Ibu menelepon." Bayu menjauh dari ruangan sambil mengangkat telepon. "Ya, Bu?""Istrimu itu benar-benar tidak bisa diatur!" suara ibunya melengking, langsung menusuk telinga. Bayu mengernyit. "Ada apa lagi, Bu?""Ia keluyuran lagi! Asal kamu tahu, selama kamu di Jakarta, Nia sibuk shooting menjadi model iklan. Seperti kamu tidak kamu menafkahinya saja!"Mata Bayu langsung menyipit. Rahangnya mengeras. "Shooting model iklan?" "Iya. Shooting dengan rombongan tim yang mayoritas laki-laki. Pakaiannya terbuka lagi. Ibu rasa, lama-lama N
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-09
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status