Home / Romansa / (Bukan) Gadis Matre sang Juragan / 84. Mulai Tumbuh Rasa.

Share

84. Mulai Tumbuh Rasa.

Author: Suzy Wiryanty
last update Last Updated: 2025-02-28 00:01:19

Keheningan menyelimuti meja makan.

Pak Jafar akhirnya berdeham pelan. "Sarapan kita jadi terasa berat, ya?"

Bayu menangkap maksud ayahnya. Ini saatnya mengubah topik pembicaraan.

"Betul. Kita bicarakan yang lebih ringan saja," sahutnya. "Seperti kapan kalian ke Jakarta untuk mengurus resepsi? Sabtu depan kalian akan menggelarnya di sana bukan?" tanya Pak Jafar.

"Rencananya sih lusa kami ke Jakarta, Yah. Sekalian aku dan Nia akan mencari destinasi untuk bulan madu kami," ujar Bayu sambil meletakkan sendoknya. Ia telah selesai sarapan.

"Baiklah. Bersenang-senanglah kalian di sana. Nikmati masa-masa bulan madu kalian. Masalah pekerjaan, biar Ayah dan Wahyu yang mengatur," kata Pak Jafar sambil mengangguk kecil. Ia menyetujui rencana putra sulungnya.

"Ayah saja yang mengurus. Aku sudah punya janji dengan grup alumni SMA dulu. Kami akan naik gunung minggu depan," tukas Wahyu sambil meletakkan peralatan makannya. Ia juga sudah selesai sarapan.

"Jangan naik gunung, Wahyu. Nanti kamu kelela
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Agustina Suzartiany
terima kasih update nya ka Suzy
goodnovel comment avatar
Agustina Suzartiany
kira kira Wahyu bakal mikir ga ya apa malah makin kesel??
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   85. Cemburu Menguras Hati.

    Seperti dejavu, Nia berdiri di tengah gemerlapnya pesta pernikahannya. Rasanya baru kemarin ia mengadakan resepsi di Cisarua, di tengah udara sejuk pegunungan dengan dekorasi yang tak kalah megahnya. Kini, seminggu telah berlalu, dan ia kembali mengenakan gaun pengantin, kembali berdiri di pelaminan-tapi kali ini di dalam ballroom hotel mewah di Jakarta.Nia menengadah. Memandang langit-langit ruangan yang dihiasi lampu kristal yang indah. Lantas memandang ke depan. Bayu tampak berbincang-bincang dengan teman dan kolega-koleganya. Berbeda dengan lawan-lawan bicaranya yang terkesan santai, air muka Bayu tetap terlihat serius. Senyum Nia terkembang saat melihat rombongan yang baru saja datang. Oma Wardah, Yuyun dan rekan-rekan kerjanya sesama guru telah tiba! Ya, atas nasihat Oma Wardah ia memang memutuskan mengundang rekan-rekan kerjanya. Saat dirinya dikejar-kejar rentenir, mereka semua membantunya tanpa pamrih. Sebagian barang-barangnya bahkan masih dititipkan pada mereka. Nia sege

    Last Updated : 2025-03-04
  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   86. Retak!

    "Halo, Oma. Apa kabar?" Bayu menjabat tangan Oma Wardah dengan kedua tangannya. "Terima kasih ya, Oma, sudah meluangkan waktu menghadiri hari bahagia kami." Bayu mengguncang lembut tangan Oma dengan penuh hormat."Kabar Oma baik, Nak Bayu," balas Oma Wardah, haru melihat sosok gagah di samping Nia. Melihat aksi Bayu yang memisahkan Nia dan Indra tadi, ia tahu bahwa Bayu cemburu. Intuisinya mengatakan bahwa Bayu sangat mencintai Nia. Syukurlah, Nia telah menemukan laki-laki yang tepat."Syukurlah. Semoga Oma sehat selalu hingga bisa melihat anak-anak kami tumbuh besar nanti," ujar Bayu, sengaja membicarakan soal anak-anak saat melihat Nia tampak salah tingkah."Aamiin, Nak Bayu, aamiin." Oma Wardah mengamini. "Nak, tolong cintai dan sayangi Nia, ya? Nia ini anak baik, murah hati pula. Selama ini hidupnya—""Oma, jangan membuat Nia sedih di hari ini ya. Doakan saja agar Nia bahagia," potong Nia seraya memeluk Oma Wardah. Ia tidak ingin Bayu mengetahui masa lalu ibunya."Doakan juga se

    Last Updated : 2025-03-04
  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   87. Belajar Kompromi.

    Setelah mengenakan pakaian tidur, Nia membungkus rambutnya yang masih setengah basah dengan handuk lebar. Beginilah rutinitasnya setelah menikah. Ia selalu memakai pakaiannya di kamar mandi apabila Bayu juga ada di kamar.Saat membuka pintu kamar mandi pandangannya tertuju pada Bayu yang duduk di sofa kamar. Bayu masih mengenakan kemeja putih dengan lengan yang sudah digulung sembarangan. Bayu menatapnya lurus-lurus dengan sorot mata gusar. Setelah tuduhan tidak berdasarnya pada Pak Indra, Bayu memang menunjukkan sikap antipati padanya. Bayu bahkan tidak mau duduk lagi di pelaminan. Ia lebih memilih membahas pekerjaan dengan rekan-rekannya di sudut ruangan."Jadi," suara Bayu terdengar rendah dan berat. "Apa alasanmu saat memutuskan si Indra-Indra itu?" tukas Bayu sinis.Nia tidak langsung menjawab. Ia berjalan ke meja rias dan duduk di kursinya. Mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil."Tidak ada alasan apa-apa," sahut sambil terus menekan-nekan handuk ke rambutnya. Ia tidak mau t

    Last Updated : 2025-03-05
  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   88. Jatuh Cinta.

    Setelah sambungan terputus, keheningan menyelimuti ruangan. Bayu menatap ponsel di tangannya, lalu menatap Nia. Matanya tidak lagi setajam tadi-ada keraguan dan sedikit rasa bersalah di sana."Sudah jelas?" tanya Mia datar. "Saya akan mengkonfirmasi ceritamu ini dengan cerita Andri." Bayu menekan kontak Andri dan mengaktifkan pengeras suara. Ia ingin tahu, mana cerita yang benar. Hallo. Ndri." "Ada hal urgent apa sampai lo nelpon gue tengah malam begini? Eh di Jakarta sekarang tengah malam kan?" Suara Andri terdengar tegang di sana. "Oh ya, selamat menempuh hidup baru ya, Yu. Maaf, gue nggak bisa dateng karena masih di Jerman." "Nggak apa-apa. Gue cuma mau tanya soal foto di grup teman SMA lo yang namanya Indra." "Heh, ngapain lo nanya si Indra tengah malam begini?" Suara Andri terdengar bingung. "Gue mau tanya. Apa benar foto perempuan yang bersamanya itu foto pacarnya si Indra?" Bayu mengabaikan pertanyaan Andri dan langsung berbicara pada intinya. "Oh, bukan, Yu. Ternyata

    Last Updated : 2025-03-05
  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   89. Dari Hati Ke Hati.

    Hari-hari berlalu, dan tanpa terasa sudah dua bulan Nia menjalaninya sebagai seorang istri. Tidak banyak perubahan dalam hidupnya. Ia tetap bekerja di pabrik dan sesekali mengunjungi ayahnya. Hubungannya dengan Bayu cukup baik. Bayu sudah tidak terlalu keras . Meski begitu mereka tetap menjalani pernikahan sesuai dengan perjanjian. Setiap malam ada bantal guling yang membatasi ruang gerak kedua di kasur.Awalnya, Nia mengira kehidupannya akan berpusat di Jakarta, tinggal serumah dengan Bayu—seperti pasangan suami istri pada umumnya. Namun, kenyataannya berbeda. Bayu tetap meminta untuk tinggal di rumah orang tuanya di Cisarua, sementara dirinya lebih sering bolak-balik Jakarta-Cisarua karena urusan pekerjaan. Pengaturan seperti ini justru menguntungkan Nia. Ia jadi bisa tetap mengurus pabrik susu ayah juga tetap dekat dengan sang ayah yang kini sakit-sakitan.Sejauh ini pernikahan di atas kertas mereka berjalan cukup baik. Hanya ada satu hal yang terus mengusik pikiran. Orang tua Bayu

    Last Updated : 2025-03-09
  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   90. Perang!

    Wahyu terdiam. Apa yang dikatakan Bayu memang benar."Jadi, Akang juga membenciku selama ini?" tanyanya lirih."Untuk penyakitmu, tidak," jawab Bayu tegas."Kamu tidak bisa memilih keadaan ini. Begitu juga aku, begitu juga orang tua kita. Yang aku benci adalah sikapmu yang selalu menyalahkan aku serta ayah dan ibu, seolah-olah hanya kamu yang jadi korban. Padahal kita semua tidak punya pilihan. Ini adalah takdir," tandas Bayu tajam. "Aku...""Sebentar. Ibu menelepon." Bayu menjauh dari ruangan sambil mengangkat telepon. "Ya, Bu?""Istrimu itu benar-benar tidak bisa diatur!" suara ibunya melengking, langsung menusuk telinga. Bayu mengernyit. "Ada apa lagi, Bu?""Ia keluyuran lagi! Asal kamu tahu, selama kamu di Jakarta, Nia sibuk shooting menjadi model iklan. Seperti kamu tidak kamu menafkahinya saja!"Mata Bayu langsung menyipit. Rahangnya mengeras. "Shooting model iklan?" "Iya. Shooting dengan rombongan tim yang mayoritas laki-laki. Pakaiannya terbuka lagi. Ibu rasa, lama-lama N

    Last Updated : 2025-03-09
  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   91. Hamil?

    Bayu menginjak pedal gas dalam-dalam, mobilnya melaju kencang menembus jalanan menuju Cisarua. Rasa marah dan kecewa menguasai pikirannya. Jemarinya mencengkeram setir erat, rahangnya mengeras, dan dadanya bergemuruh oleh emosi yang tak terbendung.Wajah Nia dengan pria itu terus berputar di benaknya—bagaimana Nia bersandar begitu dekat, bagaimana pria itu memapahnya masuk ke kamar hotel."Sial!" Bayu memukul-mukul kemudi geram. Membuat suara klakson berbunyi tidak beraturan.Bayu menyalip beberapa mobil dengan kasar. Hawa dingin pegunungan yang mulai menyelimuti jalanan tak mampu mendinginkan kepalanya yang panas. Tiba-tiba Bayu teringat sesuatu. Pak Suhardi. Lebih baik ia menjemput Pak Suhardi terlebih dahulu sebelum menemui Nia. Dengan begitu ada penengah dan Nia tidak merasa sendirian.Setengah jam kemudian Pak Suhardi sudah duduk di sampingnya. Air mukanya sama tegangnya dengan dirinya. Sedari masuk mobil Pak Suhardi duduk diam. Tidak ada sepatah kata pun yang keluar darinya.Set

    Last Updated : 2025-03-13
  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   92. Lebih Baik Berpisah.

    Beberapa saat kemudian, Nia berdiri di kamar mandi, menggenggam alat uji kehamilan di tangannya. Jantungnya berdegup kencang saat dua garis merah muncul perlahan di layar kecil itu.Tangannya gemetar. Napasnya tercekat. Ia benar-benar hamil.Dunia di sekelilingnya terasa membisu. Hanya suara napasnya yang terdengar. Lalu satu pikiran muncul di kepalanya. Bagaimana reaksi Bayu nantinya? ***Rasanya ia baru saja memejamkan mata, saat telinganya mendengar suara ketukan pintu. "Ya, siapa?" tanya Nia seraya menguap lebar. "Saya, Neng, Bik Sari." "Masuk saja, Bik. Pintunya tidak saya kunci," ucap Nia seraya beringsut dari ranjang. Pukul empat sore. Itu artinya ia tertidur satu jam lebih. "Neng Nia sudah baikan belum?" tanya Bik Sari seraya membuka pintu kamar. Kata-kata Bik Sari membuat Nia teringat akan kondisinya sebelumnya. Tadi ia memang pusing dan mual parah. Namun sekarang tubuhnya sehat-sehat saja. Aneh sekali rasanya."Saya sudah baikan, Bik. Terima kasih Bibik sudah memperhati

    Last Updated : 2025-03-13

Latest chapter

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   92. Lebih Baik Berpisah.

    Beberapa saat kemudian, Nia berdiri di kamar mandi, menggenggam alat uji kehamilan di tangannya. Jantungnya berdegup kencang saat dua garis merah muncul perlahan di layar kecil itu.Tangannya gemetar. Napasnya tercekat. Ia benar-benar hamil.Dunia di sekelilingnya terasa membisu. Hanya suara napasnya yang terdengar. Lalu satu pikiran muncul di kepalanya. Bagaimana reaksi Bayu nantinya? ***Rasanya ia baru saja memejamkan mata, saat telinganya mendengar suara ketukan pintu. "Ya, siapa?" tanya Nia seraya menguap lebar. "Saya, Neng, Bik Sari." "Masuk saja, Bik. Pintunya tidak saya kunci," ucap Nia seraya beringsut dari ranjang. Pukul empat sore. Itu artinya ia tertidur satu jam lebih. "Neng Nia sudah baikan belum?" tanya Bik Sari seraya membuka pintu kamar. Kata-kata Bik Sari membuat Nia teringat akan kondisinya sebelumnya. Tadi ia memang pusing dan mual parah. Namun sekarang tubuhnya sehat-sehat saja. Aneh sekali rasanya."Saya sudah baikan, Bik. Terima kasih Bibik sudah memperhati

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   91. Hamil?

    Bayu menginjak pedal gas dalam-dalam, mobilnya melaju kencang menembus jalanan menuju Cisarua. Rasa marah dan kecewa menguasai pikirannya. Jemarinya mencengkeram setir erat, rahangnya mengeras, dan dadanya bergemuruh oleh emosi yang tak terbendung.Wajah Nia dengan pria itu terus berputar di benaknya—bagaimana Nia bersandar begitu dekat, bagaimana pria itu memapahnya masuk ke kamar hotel."Sial!" Bayu memukul-mukul kemudi geram. Membuat suara klakson berbunyi tidak beraturan.Bayu menyalip beberapa mobil dengan kasar. Hawa dingin pegunungan yang mulai menyelimuti jalanan tak mampu mendinginkan kepalanya yang panas. Tiba-tiba Bayu teringat sesuatu. Pak Suhardi. Lebih baik ia menjemput Pak Suhardi terlebih dahulu sebelum menemui Nia. Dengan begitu ada penengah dan Nia tidak merasa sendirian.Setengah jam kemudian Pak Suhardi sudah duduk di sampingnya. Air mukanya sama tegangnya dengan dirinya. Sedari masuk mobil Pak Suhardi duduk diam. Tidak ada sepatah kata pun yang keluar darinya.Set

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   90. Perang!

    Wahyu terdiam. Apa yang dikatakan Bayu memang benar."Jadi, Akang juga membenciku selama ini?" tanyanya lirih."Untuk penyakitmu, tidak," jawab Bayu tegas."Kamu tidak bisa memilih keadaan ini. Begitu juga aku, begitu juga orang tua kita. Yang aku benci adalah sikapmu yang selalu menyalahkan aku serta ayah dan ibu, seolah-olah hanya kamu yang jadi korban. Padahal kita semua tidak punya pilihan. Ini adalah takdir," tandas Bayu tajam. "Aku...""Sebentar. Ibu menelepon." Bayu menjauh dari ruangan sambil mengangkat telepon. "Ya, Bu?""Istrimu itu benar-benar tidak bisa diatur!" suara ibunya melengking, langsung menusuk telinga. Bayu mengernyit. "Ada apa lagi, Bu?""Ia keluyuran lagi! Asal kamu tahu, selama kamu di Jakarta, Nia sibuk shooting menjadi model iklan. Seperti kamu tidak kamu menafkahinya saja!"Mata Bayu langsung menyipit. Rahangnya mengeras. "Shooting model iklan?" "Iya. Shooting dengan rombongan tim yang mayoritas laki-laki. Pakaiannya terbuka lagi. Ibu rasa, lama-lama N

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   89. Dari Hati Ke Hati.

    Hari-hari berlalu, dan tanpa terasa sudah dua bulan Nia menjalaninya sebagai seorang istri. Tidak banyak perubahan dalam hidupnya. Ia tetap bekerja di pabrik dan sesekali mengunjungi ayahnya. Hubungannya dengan Bayu cukup baik. Bayu sudah tidak terlalu keras . Meski begitu mereka tetap menjalani pernikahan sesuai dengan perjanjian. Setiap malam ada bantal guling yang membatasi ruang gerak kedua di kasur.Awalnya, Nia mengira kehidupannya akan berpusat di Jakarta, tinggal serumah dengan Bayu—seperti pasangan suami istri pada umumnya. Namun, kenyataannya berbeda. Bayu tetap meminta untuk tinggal di rumah orang tuanya di Cisarua, sementara dirinya lebih sering bolak-balik Jakarta-Cisarua karena urusan pekerjaan. Pengaturan seperti ini justru menguntungkan Nia. Ia jadi bisa tetap mengurus pabrik susu ayah juga tetap dekat dengan sang ayah yang kini sakit-sakitan.Sejauh ini pernikahan di atas kertas mereka berjalan cukup baik. Hanya ada satu hal yang terus mengusik pikiran. Orang tua Bayu

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   88. Jatuh Cinta.

    Setelah sambungan terputus, keheningan menyelimuti ruangan. Bayu menatap ponsel di tangannya, lalu menatap Nia. Matanya tidak lagi setajam tadi-ada keraguan dan sedikit rasa bersalah di sana."Sudah jelas?" tanya Mia datar. "Saya akan mengkonfirmasi ceritamu ini dengan cerita Andri." Bayu menekan kontak Andri dan mengaktifkan pengeras suara. Ia ingin tahu, mana cerita yang benar. Hallo. Ndri." "Ada hal urgent apa sampai lo nelpon gue tengah malam begini? Eh di Jakarta sekarang tengah malam kan?" Suara Andri terdengar tegang di sana. "Oh ya, selamat menempuh hidup baru ya, Yu. Maaf, gue nggak bisa dateng karena masih di Jerman." "Nggak apa-apa. Gue cuma mau tanya soal foto di grup teman SMA lo yang namanya Indra." "Heh, ngapain lo nanya si Indra tengah malam begini?" Suara Andri terdengar bingung. "Gue mau tanya. Apa benar foto perempuan yang bersamanya itu foto pacarnya si Indra?" Bayu mengabaikan pertanyaan Andri dan langsung berbicara pada intinya. "Oh, bukan, Yu. Ternyata

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   87. Belajar Kompromi.

    Setelah mengenakan pakaian tidur, Nia membungkus rambutnya yang masih setengah basah dengan handuk lebar. Beginilah rutinitasnya setelah menikah. Ia selalu memakai pakaiannya di kamar mandi apabila Bayu juga ada di kamar.Saat membuka pintu kamar mandi pandangannya tertuju pada Bayu yang duduk di sofa kamar. Bayu masih mengenakan kemeja putih dengan lengan yang sudah digulung sembarangan. Bayu menatapnya lurus-lurus dengan sorot mata gusar. Setelah tuduhan tidak berdasarnya pada Pak Indra, Bayu memang menunjukkan sikap antipati padanya. Bayu bahkan tidak mau duduk lagi di pelaminan. Ia lebih memilih membahas pekerjaan dengan rekan-rekannya di sudut ruangan."Jadi," suara Bayu terdengar rendah dan berat. "Apa alasanmu saat memutuskan si Indra-Indra itu?" tukas Bayu sinis.Nia tidak langsung menjawab. Ia berjalan ke meja rias dan duduk di kursinya. Mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil."Tidak ada alasan apa-apa," sahut sambil terus menekan-nekan handuk ke rambutnya. Ia tidak mau t

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   86. Retak!

    "Halo, Oma. Apa kabar?" Bayu menjabat tangan Oma Wardah dengan kedua tangannya. "Terima kasih ya, Oma, sudah meluangkan waktu menghadiri hari bahagia kami." Bayu mengguncang lembut tangan Oma dengan penuh hormat."Kabar Oma baik, Nak Bayu," balas Oma Wardah, haru melihat sosok gagah di samping Nia. Melihat aksi Bayu yang memisahkan Nia dan Indra tadi, ia tahu bahwa Bayu cemburu. Intuisinya mengatakan bahwa Bayu sangat mencintai Nia. Syukurlah, Nia telah menemukan laki-laki yang tepat."Syukurlah. Semoga Oma sehat selalu hingga bisa melihat anak-anak kami tumbuh besar nanti," ujar Bayu, sengaja membicarakan soal anak-anak saat melihat Nia tampak salah tingkah."Aamiin, Nak Bayu, aamiin." Oma Wardah mengamini. "Nak, tolong cintai dan sayangi Nia, ya? Nia ini anak baik, murah hati pula. Selama ini hidupnya—""Oma, jangan membuat Nia sedih di hari ini ya. Doakan saja agar Nia bahagia," potong Nia seraya memeluk Oma Wardah. Ia tidak ingin Bayu mengetahui masa lalu ibunya."Doakan juga se

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   85. Cemburu Menguras Hati.

    Seperti dejavu, Nia berdiri di tengah gemerlapnya pesta pernikahannya. Rasanya baru kemarin ia mengadakan resepsi di Cisarua, di tengah udara sejuk pegunungan dengan dekorasi yang tak kalah megahnya. Kini, seminggu telah berlalu, dan ia kembali mengenakan gaun pengantin, kembali berdiri di pelaminan-tapi kali ini di dalam ballroom hotel mewah di Jakarta.Nia menengadah. Memandang langit-langit ruangan yang dihiasi lampu kristal yang indah. Lantas memandang ke depan. Bayu tampak berbincang-bincang dengan teman dan kolega-koleganya. Berbeda dengan lawan-lawan bicaranya yang terkesan santai, air muka Bayu tetap terlihat serius. Senyum Nia terkembang saat melihat rombongan yang baru saja datang. Oma Wardah, Yuyun dan rekan-rekan kerjanya sesama guru telah tiba! Ya, atas nasihat Oma Wardah ia memang memutuskan mengundang rekan-rekan kerjanya. Saat dirinya dikejar-kejar rentenir, mereka semua membantunya tanpa pamrih. Sebagian barang-barangnya bahkan masih dititipkan pada mereka. Nia sege

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   84. Mulai Tumbuh Rasa.

    Keheningan menyelimuti meja makan.Pak Jafar akhirnya berdeham pelan. "Sarapan kita jadi terasa berat, ya?"Bayu menangkap maksud ayahnya. Ini saatnya mengubah topik pembicaraan."Betul. Kita bicarakan yang lebih ringan saja," sahutnya. "Seperti kapan kalian ke Jakarta untuk mengurus resepsi? Sabtu depan kalian akan menggelarnya di sana bukan?" tanya Pak Jafar."Rencananya sih lusa kami ke Jakarta, Yah. Sekalian aku dan Nia akan mencari destinasi untuk bulan madu kami," ujar Bayu sambil meletakkan sendoknya. Ia telah selesai sarapan."Baiklah. Bersenang-senanglah kalian di sana. Nikmati masa-masa bulan madu kalian. Masalah pekerjaan, biar Ayah dan Wahyu yang mengatur," kata Pak Jafar sambil mengangguk kecil. Ia menyetujui rencana putra sulungnya. "Ayah saja yang mengurus. Aku sudah punya janji dengan grup alumni SMA dulu. Kami akan naik gunung minggu depan," tukas Wahyu sambil meletakkan peralatan makannya. Ia juga sudah selesai sarapan. "Jangan naik gunung, Wahyu. Nanti kamu kelela

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status