Semua Bab Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver: Bab 121 - Bab 130

163 Bab

Bab 121 : Gerakan Samar

“Ada apa Mama datang ke sini?” Suara Denver sangat dingin dan datar, tetapi kedua tangannya mendekap erat sang mama dengan punggung berguncang.Pertanyaan itu tidak mendapat tanggapan apa pun dari mamanya, tetapi Denver sabar menunggu hingga Dwyne tenang. Dia membawa mamanya ke ruang praktik yang berjarak satu lantai dari ruang ICU.“Mama sakit?” tanya Denver memecah keheningan.Bukannya menjawab, Dwyne menggeleng dan punggungnya makin berguncang, lantas mengeluarkan gawai dari dalam tas. Hal ini membuat Denver mengernyit tidak mengerti. Dia kembali diam.“Denver … hasil tes DNA … positif, dia … anak kamu, cucu Mama,” lirih Dwyne, lantas menunjukkan laporan yang tadi pagi diterimanya melalui surat elektronik.Denver menatap layar gawai yang menunjukkan hasil tes DNA. Matanya memanas, tapi bukan karena kebahagiaan. Rasa bersalah dan amarah kepada mamanya mengalir deras di dadanya.‘Ini bukti yang Mama cari, tapi kenapa harus ada harga setinggi ini untuk kebenaran?’ gumamnya dengan suara
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-26
Baca selengkapnya

Bab 122 : Pasien Tidak Terduga

“Jadi siapa dia?” gumam Denver memandangi potret seorang pria yang dicurigainya itu.Pria dalam foto itu mengenakan jas mahal yang tampak pas untuk tubuhnya. Kerutan di wajahnya menggambarkan kelelahan, tetapi mata tajam, penuh perhatian, seperti sedang mengamati sesuatu dengan intens. Denver merasa tidak nyaman, seolah pria itu menyimpan sesuatu yang tidak terucap. Rambutnya beruban sebagian, menambah kesan misterius.Meskipun anak buahnya telah berhasil mengambil gambar sosok misterius itu, tetap saja mereka menemui kebuntuan.Pandangan Denver beralih kepada Ruslan yang berdiri tidak jauh darinya. Dia menunjukkan hasil foto itu. “Apa ini orang suruhan Mama? Wajahnya benar-benar asing,” tukasnya.Alih-alih memberikan jawaban yang melegakan hati, justru Denver melihat Ruslan geleng-geleng dengan alis tertaut.“Saya pikir bukan, Pak. Selama ini Nyonya Dwyne tidak pernah mempekerjakan orang lanjut usia seperti itu,” papar Ruslan yang menyerahkan kembali selembar foto.“Bisa jadi Mama me
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-26
Baca selengkapnya

Bab 123 : Cara Memisahkan Kami?

“Sial!” umpat Denver yang melihat bagaimana tubuh Dewi bergerak di atas ranjang. Bukan siuman melainkan kejang, apalagi suara nyaring monitor serta pergerakan angka-angka menunjukkan tekanan darah gadis itu mengalami peningkatan.Melihat tubuh Dewi yang kejang, jantung Denver seolah ikut terhenti.Tangan pria itu yang biasanya stabil saat memegang alat pemeriksaan kini sedikit gemetar. Napasnya tertahan dan pikirannya berlomba dengan waktu.“Tidak sekarang, Dewi. Tolong bertahan,” bisik Denver dengan suara bergetar, penuh harapan sekaligus ketakutan.Denver pun langsung memerintah perawat membawa obat-obatan. Namun, ketika seorang tenaga medis hendak menyuntik obat, dia mengangkat tangan.“Berhenti! Dewi memiliki alergi obat,” lirih Denver, netra karamelnya terpaku pada tubuh Dewi yang menggigil.Untuk sesaat dia bergeming mencoba berpikir obat yang paling aman diberikan.Setelah itu, Denver meraih salah satu spuit dari atas meja dan menyuntikkannya dengan tatapan getir tertuju kepada
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-27
Baca selengkapnya

Bab 124 : Melenyapkan Dewi

Wanita itu mencengkeram ujung bajunya dan kuku-kuku yang panjang hampir merobek kain. Matanya menyipit, penuh kebencian saat menatap pintu ICU.“Ucapkan selamat tinggal pada anakmu, Dewi,” bisiknya, suaranya rendah seperti racun.Saat wanita itu hampir mendekat dengan pintu yang kini hanya dijaga seorang pengawal, tiba-tiba hentak sepatu heels menggema di lorong sepi ini. Wanita itu bergegas sembunyi di balik pilar dan mengumpat, “Berengsek, siapa lagi itu?”“Selamat datang, Nyonya Dwyne,” sapa pengawal dengan pandangan menunduk.“Selama Denver bertugas di luar rumah sakit, aku yang bertanggung jawab. Minggirlah, aku mau melihat Dewi!” titah wanita itu membuat pengawal terdiam. “Cepat! Sebaiknya kalian awasi sekitar, aku dengar Carissa dirawat di sini.”“Baik, Nyonya,” sahut pengawal.Saat pengawal mulai menyisir area ICU, Dwyne melangkah mantap masuk ke dalam. Dia mengenakan peralatan pengaman, lantas menunjuk seorang perawat menemaninya.“Bagaimana kondisi perempuan ini?” tunjuk Dwyn
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-27
Baca selengkapnya

Bab 125 : Jangan Sentuh Dewi-ku!

Pagi ini Dwyne kembali menjenguk cucunya di rumah sakit, tetapi tidak sendirian. Dia bersama Oma Nayla dan Valerie. Tentunya wanita itu senang karena lebih leluasa bergerak setelah Denver pergi.Akan tetapi, sesampainya di depan ruang NICU, mata cokelat wanita itu memicing. Dia memperhatikan seorang pria muda tampan dengan potongan rambut khas militer, sisi kepala plontos dengan bagian atas pendek.“Kenapa Aunty?” tanya Valerie yang kemudian mengikuti arah pandangan wanita itu. “Dia siapa? Kenapa melihat ke ruang bayi? Dokter anak baru?”Helaan napas panjang terdengar dari Dwyne. Tanpa menjawab pertanyaan Valerie, dia melangkah mendekati sosok itu.“Aku perhatikan belakangan ini kamu lebih sering berkunjung ke Rumah Sakit JB. Apa ada hal menarik di sini?” sarkas Dwyne dan pandangannya tertuju pada dinding kaca besar dengan beberapa bayi dalam inkubator.“Apa kabar Tante?” Darius mengulurkan tangan, tetapi Dwyne bersikap tak acuh. “Ya, aku ke sini karena bayi di dalam sana.” Pria itu m
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-27
Baca selengkapnya

Bab 126 : Mencari Kamu

Tengah malam ini suara telepon bergema di kediaman Bradley. Suara nyaringnya membuat para pelayan berjaga dan bergegas menerima sambungan telepon itu. Bahkan salah satu dari mereka berlari cepat menuju kamar sang Nyonya di lantai dua.Ketukan pintu terdengar bising ke penjuru lantai dua ini."Nyonya … Nyonya.""Apa kamu tidak tahu ini jam berapa?" ketus Dwyne dengan mata sedikit tertutup."Den … Tuan Denver kena longsor, Nyonya," pekik pelayan, suaranya bergetar dan matanya agak mengembun.Begitu mendengar kabar itu, mata Dwyne membelalak, napasnya tercekat, dan tubuhnya kehilangan kekuatan terhempas ke karpet."Denver ...," lirihnya. Dia memeluk tubuhnya erat-erat, air mata mulai mengalir tanpa bisa dihentikan.Memasuki dini hari, Ruslan dan Dwyne langsung mengunjungi lokasi bencana menggunakan helikopter. Wanita itu pun bersikeras turut serta, padahal Oma Nayla dan Valerie sudah melarang."Dokter Denver belum ditemukan," ujar Tim SAR membuat Dwyne sesenggukan.Dwyne menggenggam kain
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-28
Baca selengkapnya

Bab 127: Tidak Mungkin!

Beberapa jam lalu di lokasi longsor, Ruslan yang turut serta dalam pencarian berdiri di bawah rintik gerimis. Pandangannya yang kabur oleh air hujan terpaku pada sesuatu yang menyembul dari balik tumpukan tanah. Dengan tangan bergetar, dia memungut benda kecil itu.“Ini …,” gumam Ruslan, napasnya tercekat. “Cincin Nona Dewi.”Jantung pria itu berdebar dan harapan muncul seiring benda itu dalam genggamannya.“Sebelah sini! Tolong aku!” Ruslan berteriak lantang, suaranya melawan gemuruh hujan.Tim SAR segera merapat, membawa cangkul dan peralatan lainnya. Prosesnya tidak mudah; material tanah yang padat dan akar pohon yang melilit memperlambat mereka. Namun, kegigihan mereka membuahkan hasil.Sebuah tas dengan logo Rumah Sakit JB tertahan pada akar pohon. Tak lama kemudian, embusan napas lemah terdengar dari bawah.“Pak Denver!” teriak Ruslan, emosinya meluap.Tubuh Denver ditemukan dalam kondisi lemah, cedera parah di kepala dan kaki membuatnya tak sadarkan diri. Masker oksigen yang dip
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-28
Baca selengkapnya

Bab 128 : Lupa Segalanya

Dewi meremas tiang infusnya, netra sipitnya terpaku pada Dwyne dan Ruslan yang berdiri di depan pintu ruang rawat Denver. Ada jarak yang tak kasat mata memisahkan dirinya dari pria itu, membuat hatinya terasa kosong dan hampa.“Dewi!” panggil Astuti.Tubuh ringkih wanita itu berlari kecil mendekati Dewi yang tengah bersembunyi di balik dinding. “Kenapa kamu keluar kamar? Ayo, Nak, kamu harus istirahat!” tegasnya, merangkul bahu Dewi yang terkulai lemas.Astuti dengan penuh kasih membantu Dewi kembali ke ranjang, menyelimutinya secara hati-hati. Namun, gadis itu hanya diam, menatap langit-langit kamar dengan tatapan kosong.“Kamu kenapa? Perutnya sakit? Ibu panggil dokter, ya,” ucap Astuti, suaranya penuh kekhawatiran.Dewi menahan tangan Astuti, menatap wajah keriput itu dengan lekat, lalu menggeleng pelan. “Dokter Denver … lupa segalanya, Bu.”Suara Dewi terdengar lirih, seperti kepingan hati yang jatuh berhamburan. Matanya berkabut, mengingat bagaimana Denver menatap kosong ke arah C
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-29
Baca selengkapnya

Bab 129 : Calon Istri Baru Untuk Denver?

"Melihat anakku dan Dewi. Mama tunggu saja di sini,” pamit Denver sembari menahan nyeri pada pinggang dan menyeret kaki yang terasa berat.Sayang, semesta seakan tidak memihak padanya. Rasa lembab pada sisi perut membuatnya meraba bagian tersebut. Saat tangannya kembali ke depan matanya, noda merah yang melekat di sana membuat rahang pria itu mengatup kuat.“Lihat ‘kan, kamu terlalu memaksakan diri!” cecar Dwyne dengan tatapan tajam.Tanpa menunggu Denver membantah, wanita itu langsung merangkul putranya, menyeretnya kembali ke ranjang.“Tolong pastikan tidak ada infeksi apa pun,” titah wanita itu kepada tim medis yang segera bergerak.Dengan berat hati, Denver kembali berbaring, membiarkan dokter menangani lukanya. Namun, keinginan Denver untuk bertemu Dewi dan putranya tidak surut sedikit pun.Pandangan pria itu bergerak ke arah Ruslan yang berdiri kaku di sudut ruangan. Dengan gerakan halus, Denver mengisyaratkan sesuatu padanya. Ruslan mengangguk paham dan segera melesat keluar.“B
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-29
Baca selengkapnya

Bab 130 : Godaan Dokter Tampan

Seketika napas Dewi tersengal, tubuhnya membeku dengan air mata yang kembali membasahi pipi. Sungguh, dia belum siap menerima kenyataan pahit dari informasi perawat itu.Bahkan kini tubuh mungilnya bergetar hebat, seolah jiwa gadis itu berusaha menolak apa pun yang akan dikatakan selanjutnya. Dada Dewi terasa sesak, seakan seluruh udara di lorong ini menghilang.“A—anakku … apa yang terjadi padanya?” lirihnya dengan suara serak.Denver berdiri di sampingnya, dengan rahang mengeras, dan detak jantung berpacu tidak karuan. Tangan pria itu secara refleks menggenggam pegangan kursi roda Dewi lebih erat, seolah memberi kekuatan untuk menahan tubuhnya yang tiba-tiba melemah.“Katakan!” titah Denver dengan suara tegar, tetapi dalam hatinya, dia merasakan kepanikan luar biasa.Sama halnya dengan Darius dan Astuti yang menegang di belakang mereka.Perawat itu menelan ludah gugup, melihat reaksi orang tua bayi yang kini menatapnya penuh harap dan ketakutan. “Bayi Anda … mengalami demam dan menol
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-30
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1112131415
...
17
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status