Share

Bab 121 : Gerakan Samar

Author: NACL
last update Last Updated: 2025-01-26 09:29:54

“Ada apa Mama datang ke sini?” Suara Denver sangat dingin dan datar, tetapi kedua tangannya mendekap erat sang mama dengan punggung berguncang.

Pertanyaan itu tidak mendapat tanggapan apa pun dari mamanya, tetapi Denver sabar menunggu hingga Dwyne tenang. Dia membawa mamanya ke ruang praktik yang berjarak satu lantai dari ruang ICU.

“Mama sakit?” tanya Denver memecah keheningan.

Bukannya menjawab, Dwyne menggeleng dan punggungnya makin berguncang, lantas mengeluarkan gawai dari dalam tas. Hal ini membuat Denver mengernyit tidak mengerti. Dia kembali diam.

“Denver … hasil tes DNA … positif, dia … anak kamu, cucu Mama,” lirih Dwyne, lantas menunjukkan laporan yang tadi pagi diterimanya melalui surat elektronik.

Denver menatap layar gawai yang menunjukkan hasil tes DNA. Matanya memanas, tapi bukan karena kebahagiaan. Rasa bersalah dan amarah kepada mamanya mengalir deras di dadanya.

‘Ini bukti yang Mama cari, tapi kenapa harus ada harga setinggi ini untuk kebenaran?’ gumamnya dengan suar
NACL

Siapa lagi orang yang ngintip itu? Darius? Suruhan MAma Dywne?

| 4
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
NACL
kasian Kak nnti denver sedih terus
goodnovel comment avatar
virna putri
Darius yg misterius.. hehe.. bangun nya ntr aja wi.. klo urusan di. sekeliling mu dah selesai.. bangun lalu bahagia.. hihi
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 122 : Pasien Tidak Terduga

    “Jadi siapa dia?” gumam Denver memandangi potret seorang pria yang dicurigainya itu.Pria dalam foto itu mengenakan jas mahal yang tampak pas untuk tubuhnya. Kerutan di wajahnya menggambarkan kelelahan, tetapi mata tajam, penuh perhatian, seperti sedang mengamati sesuatu dengan intens. Denver merasa tidak nyaman, seolah pria itu menyimpan sesuatu yang tidak terucap. Rambutnya beruban sebagian, menambah kesan misterius.Meskipun anak buahnya telah berhasil mengambil gambar sosok misterius itu, tetap saja mereka menemui kebuntuan.Pandangan Denver beralih kepada Ruslan yang berdiri tidak jauh darinya. Dia menunjukkan hasil foto itu. “Apa ini orang suruhan Mama? Wajahnya benar-benar asing,” tukasnya.Alih-alih memberikan jawaban yang melegakan hati, justru Denver melihat Ruslan geleng-geleng dengan alis tertaut.“Saya pikir bukan, Pak. Selama ini Nyonya Dwyne tidak pernah mempekerjakan orang lanjut usia seperti itu,” papar Ruslan yang menyerahkan kembali selembar foto.“Bisa jadi Mama me

    Last Updated : 2025-01-26
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 123 : Cara Memisahkan Kami?

    “Sial!” umpat Denver yang melihat bagaimana tubuh Dewi bergerak di atas ranjang. Bukan siuman melainkan kejang, apalagi suara nyaring monitor serta pergerakan angka-angka menunjukkan tekanan darah gadis itu mengalami peningkatan.Melihat tubuh Dewi yang kejang, jantung Denver seolah ikut terhenti.Tangan pria itu yang biasanya stabil saat memegang alat pemeriksaan kini sedikit gemetar. Napasnya tertahan dan pikirannya berlomba dengan waktu.“Tidak sekarang, Dewi. Tolong bertahan,” bisik Denver dengan suara bergetar, penuh harapan sekaligus ketakutan.Denver pun langsung memerintah perawat membawa obat-obatan. Namun, ketika seorang tenaga medis hendak menyuntik obat, dia mengangkat tangan.“Berhenti! Dewi memiliki alergi obat,” lirih Denver, netra karamelnya terpaku pada tubuh Dewi yang menggigil.Untuk sesaat dia bergeming mencoba berpikir obat yang paling aman diberikan.Setelah itu, Denver meraih salah satu spuit dari atas meja dan menyuntikkannya dengan tatapan getir tertuju kepada

    Last Updated : 2025-01-27
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 124 : Melenyapkan Dewi

    Wanita itu mencengkeram ujung bajunya dan kuku-kuku yang panjang hampir merobek kain. Matanya menyipit, penuh kebencian saat menatap pintu ICU.“Ucapkan selamat tinggal pada anakmu, Dewi,” bisiknya, suaranya rendah seperti racun.Saat wanita itu hampir mendekat dengan pintu yang kini hanya dijaga seorang pengawal, tiba-tiba hentak sepatu heels menggema di lorong sepi ini. Wanita itu bergegas sembunyi di balik pilar dan mengumpat, “Berengsek, siapa lagi itu?”“Selamat datang, Nyonya Dwyne,” sapa pengawal dengan pandangan menunduk.“Selama Denver bertugas di luar rumah sakit, aku yang bertanggung jawab. Minggirlah, aku mau melihat Dewi!” titah wanita itu membuat pengawal terdiam. “Cepat! Sebaiknya kalian awasi sekitar, aku dengar Carissa dirawat di sini.”“Baik, Nyonya,” sahut pengawal.Saat pengawal mulai menyisir area ICU, Dwyne melangkah mantap masuk ke dalam. Dia mengenakan peralatan pengaman, lantas menunjuk seorang perawat menemaninya.“Bagaimana kondisi perempuan ini?” tunjuk Dwy

    Last Updated : 2025-01-27
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 125 : Jangan Sentuh Dewi-ku!

    Pagi ini Dwyne kembali menjenguk cucunya di rumah sakit, tetapi tidak sendirian. Dia bersama Oma Nayla dan Valerie. Tentunya wanita itu senang karena lebih leluasa bergerak setelah Denver pergi.Akan tetapi, sesampainya di depan ruang NICU, mata cokelat wanita itu memicing. Dia memperhatikan seorang pria muda tampan dengan potongan rambut khas militer, sisi kepala plontos dengan bagian atas pendek.“Kenapa Aunty?” tanya Valerie yang kemudian mengikuti arah pandangan wanita itu. “Dia siapa? Kenapa melihat ke ruang bayi? Dokter anak baru?”Helaan napas panjang terdengar dari Dwyne. Tanpa menjawab pertanyaan Valerie, dia melangkah mendekati sosok itu.“Aku perhatikan belakangan ini kamu lebih sering berkunjung ke Rumah Sakit JB. Apa ada hal menarik di sini?” sarkas Dwyne dan pandangannya tertuju pada dinding kaca besar dengan beberapa bayi dalam inkubator.“Apa kabar Tante?” Darius mengulurkan tangan, tetapi Dwyne bersikap tak acuh. “Ya, aku ke sini karena bayi di dalam sana.” Pria itu m

    Last Updated : 2025-01-27
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 1 : Dijual Suami

    “Tolong, Mas. Aku mohon sekali ini saja, bantu Ayah,” lirih seorang wanita sambil mengatupkan kedua tangan dan bersujud di depan pria bertubuh kurus.Sudah setengah jam perempuan cantik bermata sipit itu mengemis di hadapan sang suami. Namun, pria bertubuh tinggi di hadapannya tidak luluh walau secuil kapas.“Heh, Dewi, aku bukan lembaga sosial yang memberi uang Cuma-Cuma? Bodoh amat ayahmu itu mati dan kesakitan, aku tidak peduli!” sentak pria itu sambil mengempas kaki sehingga tubuh mungil di bawahnya tersungkur ke atas lantai.Netra hitam pekat Dewi bergetar dan kedua tangan terkepal kuat di samping tubuh, setelah mendengar kalimat kejam dari bibir suami. Perlahan dia mendongak, menatap dalam wajah pria itu.“Mas Bima … dokter bilang ayahku harus dioperasi segera, kalau tidak …,” kata Dewi dengan suara nyaris tenggelam.Dua jam lalu Dewi menerima kabar dari tetangga di kampung, bahwa ayahnya dilarikan ke rumah sakit karena mendadak sesak napas. Saat itu, dia masih bisa berpikir ten

    Last Updated : 2024-11-29
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 2 : Ikhlas

    “Silakan duduk!” titah pria tampan yang mengenakan jas putih dalam ruangan. Selama empat bulan bekerja di rumah sakit, belum pernah satu kali pun Dewi masuk ruangan ini. Apalagi, langsung berhadapan dengan sosok paling penting di sini. Sekarang dia hanya menunduk dalam. Akan tetapi, sekujur tubuh Dewi mendadak membeku kala pria berbadan besar dengan kepala botak memutar kaki dan meninggalkan ruangan. Gadis ayu ini semakin tidak mengerti, bukankah orang itu memiliki kepentingan? Mengapa menyerahkannya begitu saja pada dokter? ‘Ini aneh,’ kata hati Dewi. “Dewi, kemarilah. Duduk di sini,” titah Dokter lagi, membuyarkan seluruh pikiran semu gadis itu. Perlahan Dewi mengangkat kepala hingga iris hitam pekatnya bersipandang dengan sepasang netra cokelat karamel. Seketika degup jantung Dewi bertambah cepat, bukan karena terpesona pada rupa menawan dokter, melainkan dia takut dipecat karena menyanggupi kesepakatan ini. “Dokter Denver, a--aku … maaf, tidak bermaksud … ini karena a-

    Last Updated : 2024-11-29
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 3 : Sebuah Keputusan

    “Karena aku calon ibu biologis bagi anak pasiennya. Ya, pasti itu alasannya,” gumam Dewi setelah turun dari mobil Denver. Namun, apa yang diucapkan bibirnya berbanding terbalik dengan isi hati. Entahlah gadis itu masih dihantui rasa penasaran, mengapa Dokter Denver memberi perhatian lebih padanya. Padahal pria itu tidak lebih dari seorang dokter yang menangani program bayi tabung bagi pasien. Akan tetapi, makin dipikirkan bukannya menemukan jawaban, justru kepala Dewi menjadi pusing. Gadis itu bergeming sambil memperhatikan kendaraan roda empat menjauh di telan pekatnya malam. Beberapa menit setelahnya, seperti biasa Dewi masuk rumah melalui pintu belakang sebab Bima tidak mengizinkan melewati bagian depan, kecuali untuk membersihkan ruang tamu dan keluarga. Setelah berhasil menginjakkan kakinya di dalam, sayup-sayup dia mendengar percakapan antar dua manusia. Mereka saling sahut tertawa bahagia. “Lumayan juga si Dewi bisa menghasilkan uang satu miliar. Kamu mau apa, Sayang? Jalan-

    Last Updated : 2024-11-29
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 4 : Sebuah Petaka atau Keberuntungan

    Melalui cara pandang Denver, Dewi mengetahui sebuah jawaban yang memecahkan teka-teki dalam pikirannya. Dia menurunkan pandangan dan perasaan ragu itu datang lagi memenuhi rongga dada. Bagaimana mungkin dia melewatkan satu hal?Selama ini Dewi melihat banyak perempuan datang untuk melakukan program bayi tabung, diantar oleh seorang pria yang memiliki ciri fisik persis seperti sosok tambun dan plontos malam itu, ternyata ….“Kamu adalah perempuan yang aku cari, Dewi,” kata Denver berusaha melenyapkan keraguan sang gadis. Pria itu berkata lagi, “Kelak anak itu tidak akan kekurangan satu apa pun. Aku akan mengurusnya dengan baik.”Bibir tipis Dewi terkatup rapat, lidahnya bergitu kelu dan pita suaranya seolah tak bersuara. Dia tahu status Denver sebagai direktur sudah tentu mampu memberikan kehidupan di atas rata-rata pada anaknya. Hanya saja, dia tidak menyangka pria yang menyewa rahim dan membeli sel telurnya adalah sosok yang selama ini dikagumi oleh semua orang.Dia menggeleng lemah,

    Last Updated : 2024-11-29

Latest chapter

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 125 : Jangan Sentuh Dewi-ku!

    Pagi ini Dwyne kembali menjenguk cucunya di rumah sakit, tetapi tidak sendirian. Dia bersama Oma Nayla dan Valerie. Tentunya wanita itu senang karena lebih leluasa bergerak setelah Denver pergi.Akan tetapi, sesampainya di depan ruang NICU, mata cokelat wanita itu memicing. Dia memperhatikan seorang pria muda tampan dengan potongan rambut khas militer, sisi kepala plontos dengan bagian atas pendek.“Kenapa Aunty?” tanya Valerie yang kemudian mengikuti arah pandangan wanita itu. “Dia siapa? Kenapa melihat ke ruang bayi? Dokter anak baru?”Helaan napas panjang terdengar dari Dwyne. Tanpa menjawab pertanyaan Valerie, dia melangkah mendekati sosok itu.“Aku perhatikan belakangan ini kamu lebih sering berkunjung ke Rumah Sakit JB. Apa ada hal menarik di sini?” sarkas Dwyne dan pandangannya tertuju pada dinding kaca besar dengan beberapa bayi dalam inkubator.“Apa kabar Tante?” Darius mengulurkan tangan, tetapi Dwyne bersikap tak acuh. “Ya, aku ke sini karena bayi di dalam sana.” Pria itu m

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 124 : Melenyapkan Dewi

    Wanita itu mencengkeram ujung bajunya dan kuku-kuku yang panjang hampir merobek kain. Matanya menyipit, penuh kebencian saat menatap pintu ICU.“Ucapkan selamat tinggal pada anakmu, Dewi,” bisiknya, suaranya rendah seperti racun.Saat wanita itu hampir mendekat dengan pintu yang kini hanya dijaga seorang pengawal, tiba-tiba hentak sepatu heels menggema di lorong sepi ini. Wanita itu bergegas sembunyi di balik pilar dan mengumpat, “Berengsek, siapa lagi itu?”“Selamat datang, Nyonya Dwyne,” sapa pengawal dengan pandangan menunduk.“Selama Denver bertugas di luar rumah sakit, aku yang bertanggung jawab. Minggirlah, aku mau melihat Dewi!” titah wanita itu membuat pengawal terdiam. “Cepat! Sebaiknya kalian awasi sekitar, aku dengar Carissa dirawat di sini.”“Baik, Nyonya,” sahut pengawal.Saat pengawal mulai menyisir area ICU, Dwyne melangkah mantap masuk ke dalam. Dia mengenakan peralatan pengaman, lantas menunjuk seorang perawat menemaninya.“Bagaimana kondisi perempuan ini?” tunjuk Dwy

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 123 : Cara Memisahkan Kami?

    “Sial!” umpat Denver yang melihat bagaimana tubuh Dewi bergerak di atas ranjang. Bukan siuman melainkan kejang, apalagi suara nyaring monitor serta pergerakan angka-angka menunjukkan tekanan darah gadis itu mengalami peningkatan.Melihat tubuh Dewi yang kejang, jantung Denver seolah ikut terhenti.Tangan pria itu yang biasanya stabil saat memegang alat pemeriksaan kini sedikit gemetar. Napasnya tertahan dan pikirannya berlomba dengan waktu.“Tidak sekarang, Dewi. Tolong bertahan,” bisik Denver dengan suara bergetar, penuh harapan sekaligus ketakutan.Denver pun langsung memerintah perawat membawa obat-obatan. Namun, ketika seorang tenaga medis hendak menyuntik obat, dia mengangkat tangan.“Berhenti! Dewi memiliki alergi obat,” lirih Denver, netra karamelnya terpaku pada tubuh Dewi yang menggigil.Untuk sesaat dia bergeming mencoba berpikir obat yang paling aman diberikan.Setelah itu, Denver meraih salah satu spuit dari atas meja dan menyuntikkannya dengan tatapan getir tertuju kepada

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 122 : Pasien Tidak Terduga

    “Jadi siapa dia?” gumam Denver memandangi potret seorang pria yang dicurigainya itu.Pria dalam foto itu mengenakan jas mahal yang tampak pas untuk tubuhnya. Kerutan di wajahnya menggambarkan kelelahan, tetapi mata tajam, penuh perhatian, seperti sedang mengamati sesuatu dengan intens. Denver merasa tidak nyaman, seolah pria itu menyimpan sesuatu yang tidak terucap. Rambutnya beruban sebagian, menambah kesan misterius.Meskipun anak buahnya telah berhasil mengambil gambar sosok misterius itu, tetap saja mereka menemui kebuntuan.Pandangan Denver beralih kepada Ruslan yang berdiri tidak jauh darinya. Dia menunjukkan hasil foto itu. “Apa ini orang suruhan Mama? Wajahnya benar-benar asing,” tukasnya.Alih-alih memberikan jawaban yang melegakan hati, justru Denver melihat Ruslan geleng-geleng dengan alis tertaut.“Saya pikir bukan, Pak. Selama ini Nyonya Dwyne tidak pernah mempekerjakan orang lanjut usia seperti itu,” papar Ruslan yang menyerahkan kembali selembar foto.“Bisa jadi Mama me

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 121 : Gerakan Samar

    “Ada apa Mama datang ke sini?” Suara Denver sangat dingin dan datar, tetapi kedua tangannya mendekap erat sang mama dengan punggung berguncang.Pertanyaan itu tidak mendapat tanggapan apa pun dari mamanya, tetapi Denver sabar menunggu hingga Dwyne tenang. Dia membawa mamanya ke ruang praktik yang berjarak satu lantai dari ruang ICU.“Mama sakit?” tanya Denver memecah keheningan.Bukannya menjawab, Dwyne menggeleng dan punggungnya makin berguncang, lantas mengeluarkan gawai dari dalam tas. Hal ini membuat Denver mengernyit tidak mengerti. Dia kembali diam.“Denver … hasil tes DNA … positif, dia … anak kamu, cucu Mama,” lirih Dwyne, lantas menunjukkan laporan yang tadi pagi diterimanya melalui surat elektronik.Denver menatap layar gawai yang menunjukkan hasil tes DNA. Matanya memanas, tapi bukan karena kebahagiaan. Rasa bersalah dan amarah kepada mamanya mengalir deras di dadanya.‘Ini bukti yang Mama cari, tapi kenapa harus ada harga setinggi ini untuk kebenaran?’ gumamnya dengan suar

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 120 : Ini yang Terbaik

    Saat ini Denver duduk termenung di bangku logam. Sepuluh jemari tangannya saling menyatu erat dan menempel pada kening. Sesekali, pria itu juga menatap pintu ruang bank darah.Ketika seseorang ke luar dengan lengan terpasang plester, detik itu Denver mendapat jawaban bahwa darah yang didonorkan oleh sang pendonor cocok dengan Dewi.“Terima kasih, Darius,” ucap Denver sambil melengkungkan senyum tipis.“Dia juga pasienku,” jawab Darius sambil menatap tajam, lalu bertanya, “Boleh aku menjenguknya?”Denver menatap pria itu beberapa saat. Meskipun sosok di hadapannya telah berjasa, tetap saja berat hati Denver mengizinkan. Dia menggeleng dan berkata, “Dilarang masuk selain petugas ICU dan dokter yang bertanggung jawab.”“Aku hanya ingin memastikan Dewi baik-baik saja, Denver,” ujar Darius, matanya menatap lurus seolah mencari celah dalam keteguhan Denver. Namun, tatapan Denver yang dingin tetap tidak memberi ruang.“Baiklah, aku mengerti. Sampaikan salamku padanya, katakan dia wanita heba

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 119 : Berjuang Demi Kamu

    Mata karamel Denver bergetar menatap roda-roda brankar bergerak cepat keluar dari ruang operasi. Tubuh pria itu melemas bagai kehilangan rangkanya setelah melakukan penyelamatan kepada Dewi, yang mengalami pendarahan.“Dewi …,” lirih Denver, kini bersandar pada pintu kaca.Akan tetapi, tangis bayi menyadarkan Denver untuk tetap tegar dan berdiri kokoh sebagai pria sekaligus ayah. Dia menoleh dan melihat tubuh kecil itu.“Dokter, bayi Anda akan kami bawa ke NICU,” ujar seorang tim neonatalogis.Denver mengangguk, lantas meraih bayinya dan menggendongnya ke luar dari ruang operasi. Namun, di depan pintu dia menggeram ketika sang mama melontarkan sebuah pertanyaan menyakitkan, “Bayinya baik-baik saja, ‘kan? Kamu harus cepat tes DNA!”“Cukup, Ma!” desis Denver tertahan seolah enggan mengusik tidur bayi kecilnya.“Apa lagi? Kita harus tahu dia anakmu atau bukan!” desak Dwyne yang mendapat tatapan tajam dari Denver.Tatapan Dwyne sedikit goyah, tetapi dia segera mengangkat dagu. “Aku hanya

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 118: Menyelamatkan Kalian

    Semua orang dalam ruangan tercengang mendengar pernyataan itu. Namun, Dwyne maju dan menatap tajam kepada orang itu. “Kamu bukan dokter di rumah sakit ini, Darius!” hardiknya.“Tante, ini kondisi darurat!” sergah Darius yang kemudian melangkah maju dan melihat Dewi terbaring tidak berdaya. “Sebagai dewan komite, aku harap Tante Dwyne memberiku izin,” sambungnya.Darius menatap Dewi yang terbaring lemah di brankar. “Aku tidak bisa membiarkan dia seperti ini,” ucapnya tegas dan sorot matanya menunjukkan rasa bersalah.Dwyne mengepalkan tangan dan membuang tatapan ke arah lain, tetapi rintih kesakitan Dewi serta isak tangis Astuti membuat wanita itu mendengkus, lalu mengangguk pelan.“Sebagai dokter tamu. Bantu dia sampai Denver selesai operasi pasien lain!” tegas Dwyne.Seketika Darius memeriksa catatan hasil pemeriksaan tanda vital Dewi. Dokter itu pun mengambil keputusan membawa Dewi ke ruang operasi.“Tolong, Dokter. Selamatkan Dewi dan anaknya!” pinta Astuti sambil terus menggenggam

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 117: Akibat Tamu Tak Diundang

    Hari-hari yang dijalani Dewi seiring bertambahnya usia kandungan sangatlah berat. Sekarang, dia sama sekali kesulitan berjalan karena kakinya membengkak, termasuk wajah yang sebelumnya tirus. Dia pun menatap pantulan diri yang menyedihkan ini pada cermin.“Bertahanlah, Sayang,” gumamnya memandangi perut buncit.“Dewi, kenapa lama? Ada tamu!” teriak Astuti membuat Dewi buru-buru mencuci muka untuk menyamarkan garis sendu pada wajah.“Ya, Bu. Sebentar,” sahutnya.Sayang, rasa mual menyerangnya lagi hingga dia muntah. Padahal Denver sudah memberikan obat penunjang kesehatan untuk mengurangi dampak komplikasi, tetapi seolah tidak berpengaruh padanya.“Wi, kamu muntah lagi?” tanya Astuti.Dewi tidak menjawab karena desakan dari dalam lambung cukup hebat. Hingga Astuti menerobos masuk dan melihat dia sedang kepayahan. Ya, dia memang tidak pernah mengunci pintu.“Dewi bisa, Bu,” lirihnya sambil menyeka noda muntahan yang menempel pada dagu.“Jangan ngeyel, kamu, Wi! Ayo, Ibu bantu,” kata Ast

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status